[26] mother's tears

4.6K 225 36
                                    

Frieda mengetuk-ngetuk ujung kukunya pada meja dengan gusar. Satu gelas kecil yang semula berisi sake itu kini telah kosong. Hanya tersisa permukaan beningnya yang tampak memantulkan bias cahaya matahari dari jendela. Sebelumnya, Frieda memang mampir terlebih dahulu ke toko terdekat membeli sake. Itu sudah menjadi kebiasaan Frieda, tidak ada yang keberatan dengan hal itu, termasuk Kuchel sendiri. Calon mertuanya.

Sake yang diminumnya tidak terlalu banyak, itu artinya Frieda tidak mengalami mabuk berat. Hanya merasakan sedikit pusing pada kepalanya itu pun masih ada kesadaran penuh.

Wanita itu menyentuh bibirnya sendiri. Lalu menyeringai tipis. Bagaimana tidak, Frieda berhasil mencuri kesempatan untuk mengecup bibir Levi. Dan hal tersebut ternyata disambut baik oleh Levi, pria itu tidak menolak sama sekali. Hal tersebut membuat Frieda semakin leluasa dan ingin melumatnya lagi. Meskipun si objek ciumannya tak memberikan respon apapun, namun mampu membuat Frieda cukup terangsang. Tapi sayang.. Frieda harus menghentikannya ketika Kuchel dan Petra datang.

Mereka ini mengganggu saja.

Oh iya, Petra.. Si bocah pendek itu, Frieda amat membencinya.

Tunggu dulu, bukankah ini sudah 10 menit lebih? Tapi kenapa Levi belum juga kembali? Ini terlalu lama untuk sekedar mengecek. Frieda ingin menuruti perintah Levi untuk stay disana dan jangan beranjak kemana-mana. Tapi ia juga penasaran sebenarnya apa yang Levi lakukan di kamar adiknya?

Oke, untuk kali ini saja tidak apa-apa kan?

Frieda berjalan menjauhi ruangan. Jarak antara kamar Petra dengan ruang tengah bisa dihitung beberapa meter yang memudahkan Frieda untuk menemukannya.

Sebuah pintu dengan warna dasar coklat tua terlihat tertutup. Namun Frieda yakin kalau pintu itu tidak dikunci, masih terlihat sedikit celah disana. Frieda yakin inilah kamar yang dimaksud karena ia sempat melihat Petra keluar dari ruangan ini saat itu.

"Levi... Kenapa lama sekali.."

Frieda membuka pintu. Namun ketika pintu dibuka, pemandangan yang ia dapatkan malah jauh dari dugaannya. Benar-benar jauh, Frieda tidak menyangka bahwa ia akan melihat itu dengan mata kepalanya sendiri.

Disana, Levi sedang menjambak rambut Petra sambil memaju-mundurkan kepalanya dalam tempo cepat. Dengan posisi Petra berjongkok di bawah Levi. Lebih tepatnya, di antara selangkannya alias di depan kemaluannya. Yang lebih membuat Frieda jijik sekaligus sakit adalah Levi yang tampak begitu menikmati. Berkali-kali pria itu mengeluarkan desahan kenikmatan melalui bibirnya.

"Ahh.. "

Batin Frieda tidak kuat, pipinya memanas menahan emosi. Lalu ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana untuk merekam semua adegan tersebut. Tidak mungkin ia diam saja setelah mendapat penghianatan Levi. Bahkan ini tak bisa diterima akal sehat.

"Astaga... Aku sedang menyaksikan adegan paling menjijikan di muka bumi ini."

Tangan Frieda bergetar sambil berusaha menyembunyikan bulir air mata yang akan jatuh menerpa pipinya. Tanpa ia sadari bahwa suaranya terlalu keras dan hal itu di dengar oleh Levi selaku orang yang tengah menikmati keindahan duniawinya.

"Frieda?" kata Levi tak percaya. Pria itu mendorong tubuh Petra agar menjauh dan membenarkan celananya kembali.

Menyadari kehadirannya sudah diketahui, lantas Frieda segera pergi darisana. Ia mengambil mantel putih yang tergantung di standing hanger kemudian berlari secepat mungkin.

"Hei!"

Sayang sekali langkahnya berhasil dikejar Levi. Pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh pria itu, nampak emosi bermain di wajah pria bermarga Ackerman tersebut.

My Cutie SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang