[34] flashback (2)

3K 125 12
                                    

*beritahu author jika terdapat typo.

***

"Apa telinga kalian tersumbat?! Seseorang saja memperkosaku tapi apa respon kalian? Kalian tidak mendengarkanku sama sekali. Keadilan macam apa yang akan kudapat disini? Jangan bilang kalian makan gaji buta sedangkan tugas yang seharusnya dilaksanakan tidak kalian kerjakan dengan benar!"

Suasana dalam kantor polisi pada pagi hari kala itu terasa panas karena teriakan gadis remaja SMA berusia 18 tahun. Penampilannya terlihat kusut dan berantakan, dengan muka bantal layaknya orang yang baru bangun dari alam mimpi. Tangannya menggembrak meja kantor polisi hingga sang polisi tersentak kaget. Ia menuntut keadilan setelah seseorang tak dikenal memperkosa dirinya tadi malam. Namun sayangnya ia tidak bisa mengingat seluruh kejadian karena sang pelaku telah membuatnya tak sadarkan diri.

"Nak, sudah aku katakan sebelumnya bahwa seluruh kejadian harus kau ceritakan secara jelas jika ingin kami tangani. Sedangkan kau--"

"Aku tidak ingat karena orang itu sudah memukul kepalaku! Dia sengaja membuatku pingsan!"

Sang polisi menggeleng pelan, "aku sudah bertemu dengan orang yang pertama kali menemukan tubuhmu, ia mengatakan bahwa kau terlihat seperti orang linglung. Selain itu tubuhmu juga baik-baik saja, tidak ada luka ataupun tanda-tanda penyerangan, hanya saja kau ditemukan dalam kondisi tergeletak di atas tanah serta rok yang setengah terbuka."

Gadis itu tidak menyerah, ia terus bersikeras agar menuntut keadilan dan berharap sang polisi menangkap pelaku.

"Kau bisa menyuruh tim medis untuk memeriksaku agar kau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku, benar kan?"

"Maaf. Ceritamu malah semakin berbelit-belit. Sebaiknya kau pulang saja. Tapi, biar aku beritahu satu hal.."

Sang polisi mendekati gadis tersebut lalu membaca name tag yang dikalungkan di lehernya.

"Marisa.. Mungkin akan lebih baik jika kau memperhatikan pakaianmu. Rok-mu terlalu pendek sedangkan kau tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikiran orang-orang saat melihatmu se seksi ini. Seandainya kau lebih bisa bercerita dengan jelas dan benar tentu kami akan langsung menangani. Namun kau malah marah-marah dan menuntut keadilan sedangkan kau sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Bagaimana kami bisa membantu jika kau sendiri tidak tahu."

Tangis Marisa pecah, "Kenapa kau malah menyalahkan pakaianku? Pakaian tidak ada hubungannya dengan semua ini. Kejahatan akan tetap terjadi jika sang pelaku memiliki niat. Bahkan, kejahatan juga bisa terjadi bukan hanya karena niat tetapi karena ada kesempatan."

Sang polisi terdiam. Ia mengakui jika perkataan Marisa memang benar. Namun entah apa yang ada dalam pikiran polisi ketika dia malah menyuruh polisi lain untuk menyeret Marisa keluar.

"A-pa?! Tu-tunggu dulu! Aku belum selesai bicara! Lepaskan aku! Lepas! Tolong!"

-

-

"Marisa.. Kau sudah pulang?

Marisa baru saja masuk kedalam kediamannya, terlihat sang ibu sudah menyambutnya dengan senyuman manis yang terukir di wajah. Sudah menjadi kebiasaannya menunggu kepulangan sang putri di atas sofa empuk itu, meskipun hari ini ada yang aneh dengan putrinya karena Marisa pulang sangat terlambat, bahkan kondisinya pun terlihat memperhatikan.

Ia tidak tahu jika peristiwa tak mengenakkan baru saja terjadi kepada putrinya.

"Nak, ada apa denganmu? Kau baik-baik saja? Kau terlihat berantakan." Ucap ibunya khawatir, suaranya terdengar parau.

Bukannya menjawab pertanyaan dari wanita di hadapannya, Marisa justru pergi ke kamarnya sembari mendobrak pintu dalam sekali hentakan. Membuat ibunya terkejut. Karena selama ia melahirkan dan membesarkan Marisa hingga detik ini, belum pernah ia saksikan Marisa bersikap seperti itu. Apalagi di hadapannya.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now