[12] fear

7.9K 240 6
                                    

Dalam rumah berukuran sedang namun mewah itu, wanita berkacamata yang identik dengan gaya eksentriknya sedang mengobrak-abrik berkas dalam laci meja kerja dengan tampang sedikit emosi. Berulang kali seruan kotor keluar dari mulut wanita tersebut.

"Arrghhhh...!! Aku lupa menyimpan berkasnya dimana.. Fuck! Fuck! Shit!"

Hanji, nama wanita itu. Untuk meredakan sedikit amarah yang membludak dalam dirinya, Hanji mengambil satu batang rokok kemudian menyulutnya dan menghisapnya. Kakinya ia angkat ke atas meja. Satu gelas kecil beserta sake pun masih tersedia dengan rapi disana.

"Ternyata menjadi dokter itu cukup membosankan. Padahal ini cita-citaku sejak kecil." gumam Hanji seraya menghembuskan asap rokok itu dari hidung.

"Jika waktu bisa diputar, aku ingin kembali ke zaman dimana aku masih muda." iris maroon Hanji menatap satu bingkai foto saat dirinya bersama ketiga sahabatnya masih mengenakan seragam SMA. Yaitu Levi, Erwin, dan Mike.

Setelah melihat foto tersebut tiba-tiba Hanji berlutut di atas lantai sambil berteriak, "IBU... TOLONG AKU BU.. Bisakah aku kembali menjadi bocah kecilmu? Ternyata menjadi dewasa tidak semenyenangkan dugaanku dulu."

Ding dong!

"Argrhhh... Aku tidak akan segan mencekik orang yang datang malam-malam begini! Mengganggu saja!" gerutu Hanji kesal.

Ding dong!

"Hanji, bukakan pintunya! Ini aku, Moblit."

"Ohh.. Moblit ya.." mata Hanji berbinar. Lalu membukakan pintunya.

"Kau baik-baik saja? Aku dengar kau berteriak tadi." ucap Moblit saat Hanji mempersilahkannya masuk.

"Bukan apa-apa. Abaikan saja." Hanji duduk di sofanya, "ada perlu apa malam-malam datang kerumahku?" tanya Hanji to the point.

"Hmm.... Begini.." Moblit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu duduk di sofa satunya berhadapan dengan Hanji. "Kau tahu sendiri kan Hanji... Bahwa kita berdua berhubungan cukup lama."

Hanji diam menunggu kelanjutan ucapan Moblit, tak ada niat sedikitpun untuk menyela.

"Hmm.. Aku ingin.. Aku ingin.. Hmm bagaimana ya.."

Hanji masih terdiam.

"Argghh... Kenapa kau diam saja?"

Hanji tersentak, "kau kan sedang berbicara, kau ingin aku memotong perkataanmu?"

"Bukan begitu maksudku.. Setidaknya responlah sedikit."

"Oke, oke, kau ingin apa?"

"Aku ingin.. Aku ingin... Hubungan kita menuju ke jenjang yang lebih serius." kata Moblit akhirnya dengan lantang membuat Hanji terkejut saat itu juga.

"Ehh?? Serius?"

"Iya.."

"Maksudmu seperti ini?" Hanji menatap mata Moblit dalam-dalam penuh keseriusan.

"Bukan itu Hanji.. Maksudku, aku tidak tahu apakah ini pantas atau tidak.. Aku juga tahu ini terlalu cepat, tapi jujur saja dalam lubuk hatiku aku ingin kita... Menikah."

"APAAAA??!!!" Hanji kaget sampai menggebrak meja. "Jangan bercanda denganku, Moblit!"

"lihatlah wajahku! Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?!"

Hanji melihat wajah Moblit dan benar saja, wajah pria itu sama sekali tak menunjukkan raut becanda. Jantung Hanji terasa berdetak tak karuan.

"Holy shit! Kenapa kau seperti itu? Aku saja tidak pernah terpikirkan sama sekali."

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now