[32] relationship (21+)

14.5K 209 13
                                    

Masih di tempat yang sama..

Petra termenung. Lebih tepatnya ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika ibunya diberi suntikan penenang dosis tinggi oleh para perawat pria. Iris amber yang semula bertatapan langsung dengannya, kini mulai menutup perlahan. Kedua mata Marisa akhirnya tertutup sempurna dan wanita itu pun kini terlelap. Petra tidak terima, bagaimana jika obat penenang tersebut malah berbalik melukai ibunya.

"Apa yang sudah terjadi dengan ibuku?" tanya Petra kepada dokter wanita yang masih setia berdiri di belakangnya.

Dokter itu pun menghela nafas, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Petra. Bagaimanapun juga seorang dokter harus menjawab dengan jujur pertanyaan dari keluarga pasien.

"Aku tidak yakin. Namun tampaknya ibumu sudah tidak waras." jawab sang dokter. "Kami tidak bisa mengeluarkan dia dari rumah sakit ini meski sudah bertahun-tahun, karena ibumu tidak menunjukkan adanya perubahan sama sekali."

Petra tidak menyahutnya. Gadis itu ingin sang dokter wanita melanjutkan ucapannya tanpa ada keinginan menyela.

"Kami takut ibumu menyakiti orang lain diluar sana. Atau bahkan menyakiti diri sendiri karena semenjak ibumu dimasukkan ke tempat ini, dia sudah berperilaku mengerikan."

"Apa maksudnya?"

"Ibumu sempat ingin mengakhiri hidupnya sendiri dengan meminum cairan pembersih dari gudang. Mengetahui itu kami langsung menahannya namun Marisa malah menyerang balik para perawat hingga mereka terluka. Aku tidak tahu masalah apa atau peristiwa apa yang sudah menimpa Marisa di masa lalu sampai membuatnya segila ini, yang pasti, seiring berjalannya waktu dia malah semakin ganas. Aku--"

"Cukup."

Petra memotong ucapan si dokter dengan nada tinggi membuat si dokter wanita itu berhenti seketika. Ini adalah pertama kalinya Petra membentak orang lain.

"Iya, dokter memang tidak tahu peristiwa apa yang sudah menimpa ibuku di masa lalu. Mungkin sebaiknya dokter tidak mengetahuinya karena itu sangat mengerikan, dan aku juga yakin dokter akan bernasib sama dengan ibuku jika kau merasakan langsung berada di posisinya."

Wangi farfum remaja tercium kedalam hidung sang dokter ketika tubuh Petra berjalan melewatinya. Petra pergi dari ruangan tersebut meninggalkan si dokter wanita dan ibunya yang sudah terlelap di atas ranjang efek obat penenang.

Si dokter sempat merasa takut. Ia menoleh kepada Marisa yang semakin hari semakin terlihat kurus, dalam hatinya ia bertanya-bertanya.. Apa yang sudah terjadi kepada wanita ini?

-

-

Petra merasa tidak sanggup untuk menopang tubuhnya menuju stasiun kereta setelah beberapa menit berjalan kaki. Perut besar karena keberadaan sang bayi membuat gadis itu cepat kelelahan dan kehabisan tenaga. Selain hal tersebut Petra juga merasa sangat hancur. Bagaimana tidak, Petra hampir saja terluka oleh ibu kandungnya sendiri. Saat Marisa mendorong tubuh Petra kebelakang dengan kasar, jelas itu dapat membahayakan janin dalam perutnya jika saja si dokter wanita tak segera menahannya.

Mata Petra sudah terasa sembap, akibat dari air mata yang terus menggenang. Sakit dan hancur ini seperti tak asing lagi bagi Petra saking seringnya ia merasakan ini. Terlebih setelah melihat ibunya yang jauh dari harapan Petra sendiri.

Tubuh mungil berisi bayi itu akhirnya berhenti di dekat kursi panjang pinggir taman. Ia terduduk disana, akan tetapi pikirannya terus berkelana. Monster? Bahkan seorang Levi yang sempat membenci Petra pun belum pernah mengatakan kata itu. Namun Marisa? Ibunya? Petra dengar langsung kata tersebut keluar dari mulutnya.

Sebenci itukah Marisa kepada Petra?

"Ahh.."

Petra meringis pelan. Entah mengapa kepalanya tiba-tiba merasa sakit. Kota Yokohama masih cukup asing di mata Petra, dengan begitu ia langsung angkat kaki untuk segera pergi menuju stasiun.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now