[31] MOTHER!

3.8K 161 8
                                    

Zeke duduk di kursinya. Hujan gerimis rintik-rintik menemani kota tersebut pada sore hari kala itu, yang belum juga mereda semenjak dua jam lalu. Pria itu mengerang, lalu kembali pada sesuatu yang sedang dikerjakannya. Jemarinya lanjut memberi perintah pada kursor pada layar laptop.

Layar laptop miliknya memperlihatkan perawakan mungil seseorang yang tentu tak asing dimatanya. Gadis kecil berambut pendek sebahu bermata hazel yang indah, tengah berdiri setengah telanjang di dalam kamarnya.

Zeke menyesap kopinya sejenak. Kumis tebal yang tumbuh subur terangkat ke atas bersama bibirnya yang membentuk seringai kecil. Tidak ada yang tahu bahwa Zeke masih dan akan terus menyimpan foto serta video Petra yang saat itu Flagon kirimkan. Ia tidak peduli sekalipun Petra sudah menjadi milik seorang pria yang saat itu hampir membuat nyawanya melayang, Levi Ackerman.

Zeke tidak sendiri, ada adik tirinya yang entah ada angin apa tiba-tiba pemuda itu datang mengunjungi Zeke di hari libur sekolah kali ini. Padahal Eren tidak pernah melakukan itu sebelumnya sama sekali. Eren tidak tahu mengapa, namun ia merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakak tirinya. Eren merasakan ada yang tidak beres dan ia ingin mencari tahu sendiri apa hal aneh tersebut.

"Aku seperti orang bodoh.." bisik Eren pada dirinya sendiri.

"Hei, aku tahu kau disana!" teriak Zeke dari dalam kamar. "Apa yang sedang kau lakukan di depan pintu kamarku?!"

Eren yang mendengarnya pun terkejut, "a-pa maksudmu?"

"Jangan anggap aku bodoh." katanya lagi. "Memangnya apa yang kau pikirkan tentangku?"

Eren terdiam sebentar untuk memikirkan kata yang tepat agar menjawab pernyataan Zeke. Tentu saja Eren tidak akan mengatakan tujuan sebenarnya ia datang kesini karena mencurigai kakaknya, itu bisa menjadi masalah.

"Tidak ada kok." dasar Eren bodoh, ia terlalu gugup. "Rumahmu terlihat seram jadi aku merasa takut, karena itulah aku berdiri disini."

Terdengar kekehan pelan dari dalam kamar, Eren pun memutar bola mata karena merasa kesal telah memberikan jawaban bodoh. Tak lama kemudian pintu pun terbuka memperlihatkan perawakan dari sang pemilik rumah.

"Tolong buatkan aku kopi, bisakan?" pria bernama Zeke tersebut mendekatkan tubuhnya pada Eren agar memperpendek jarak antara mereka. Zeke sempat takjub setelah melihat tinggi badan Eren hampir menyusuli dirinya yang memiliki tinggi 182 cm. Ya, semua keluarga Yeager memang memiliki tinggi badan diatas 175 cm.

Eren tidak langsung menyanggupi, bola mata emerald milik pemuda itu sempat melirik ke arah laptop Zeke yang di letakkan di atas meja samping tempat tidur. Layar laptop itu seperti sedang menunjukkan adegan dari seseorang. Lebih tepatnya seorang gadis. Namun Eren tidak dapat melihatnya secara jelas karena jarak yang tidak dekat. Akan tetapi, bukan itu yang membuat kening Eren berkerut keheranan. Melainkan dinding kamar Zeke yang dipenuhi foto polaroid yang sengaja di tempelkan satu per satu. Benar-benar penuh seperti tak ada celah. Dan lagi sayangnya Eren kurang bisa melihatnya karena kondisi kamar Zeke agak gelap, namun hal tersebut cukup membuat Eren heran sekaligus ngeri.

"What the--"

"Hei, telingamu tersumbat ya?"

Sebelum Eren bisa dapat melihat foto-foto tersebut Zeke langsung mendorong tubuh tingginya ke belakang.

"Hei!"

"A-ahh... Ya?"

"Tolong buatkan aku kopi aku sudah memerintahmu sejak tadi." ulang Zeke. "jika sudah, letakkan saja kopinya diatas meja ini nanti aku ambil."

"Tenang saja aku akan membawakannya kedalam kamarmu."

"Tidak perlu." tegas pria tersebut.

"Haha.. Kenapa? Bukankah itu yang selalu kau inginkan?" Eren tertawa kecil. Ia lakukan guna mencairkan suasana.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now