[23] help!

4.7K 212 24
                                    

Beberapa saat lalu..

"Petra?"

Pemuda tinggi yang sangat Petra kenali tiba-tiba menghampirinya. Ia memakai kemeja putih dan celana bahan hitam yang tampak sangat cocok bersama tubuh jangkungnya.

"Eren?"

Eren, si pemuda tinggi itu lalu duduk di sebelah Petra. Dan menatap manik caramelnya lekat-lekat.

"Sendirian saja?" tanyanya.

"Aku datang bersama ibu dan kakakku. Kalau kau?"

"Bersama kedua orang tuaku." jawabnya.

"Aku baru tahu kalau kau diundang juga," tanya Petra mencoba mencairkan suasana.

Eren menghembuskan nafas pelan, "orang tuaku cukup kenal dengan dokter Hanji. Terutama ayah."

Atmosfer yang menggelayuti mereka berdua terasa kaku dan canggung. Meskipun sejatinya mereka adalah teman dekat. Keduanya tidak suka pada suasana canggung seperti ini, sampai akhirnya Eren kembali bersuara.

"Kau kemana saja? Sekarang aku jadi jarang sekali melihatmu. Di sekolah pun kau selalu menghindariku."

Petra terhenyak setelah perkataan Eren. Dalam hatinya ia merasa bersalah. Namun semua hal itu Petra lakukan bukan tanpa sebab, Petra terlalu takut jika suatu saat nanti Eren tahu tentang kehamilannya. Pasti Petra akan sendiri karena Eren tidak mau lagi berteman dengan gadis yang sudah ternodai seperti dirinya.

"Maaf. Aku tidak bermaksud untuk menghindarimu, tapi..." kepala Petra setengah menunduk, wajahnya tersirat raut pilu. "Aku sedang ingin sendiri. Entahlah, pokoknya aku sedang ingin sendiri."

"Ada masalah?"

"Tidak." gadis itu menggeleng mantap.

Eren memandang wajah cantik gadis di sebelahnya dengan tatapan tidak percaya. Eren tahu jika Petra berbohong, ada sesuatu yang sedang Petra sembunyikan. Wajah cantiknya terlihat sedikit menggambarkan kesedihan, Eren bisa menyadari itu. Sebenarnya ada apa dengan Petra? Eren sangat khawatir.

"Petra.. Mungkin ini akan terdengar menyebalkan bagimu, tapi jujur saja aku sangat mengkhawatirkanmu."

"Maksudmu?"

"Kau terlihat berbeda. Kau terlihat murung tidak seceria biasanya. Aku juga tidak tahu tapi kau tidak seperti Petra yang aku kenal."

Petra menoleh sekilas kepada si lawan bicara lalu menundukkan lagi kepalanya. "Begitu ya.." katanya sembari tersenyum samar.

"Maaf, bukannya aku--"

"Tak apa, Eren. Aku mengerti. Mungkin aku juga akan berpikiran hal yang sama jika aku berada di posisimu."

Eren terdiam. Pemuda itu lebih memilih untuk tidak melanjutkan arah pembicaraannya. Ia paham jika Petra sedang tidak ingin banyak bicara.

"Oke. Kalau ada apa-apa tolong jangan sungkan untuk memberitahuku."

Petra mengangguk tanda mengerti, namun suasana pesta yang begitu ramai dengan hiruk-pikuk manusia membuat kepala Petra pusing dan terasa pengap. Lalu Petra berkata kepada teman di sebelahnya untuk keluar sejenak dari gereja mencari udara segar.

"Kau yakin? Mau aku temani?" kata Eren menawarkan.

Petra menggeleng lemah sembari tersenyum. "Aku tidak apa-apa, Eren. Lagipula ini hanya sebentar."

Tanpa menunggu jawaban dari Eren, Petra segera beranjak dari kursinya dan pergi tergesa-gesa menghindari kerumunan. Diluar, Petra duduk di tepi dekat air mancur yang jarang dilalui orang. Hawa sejuk darisana mampu membuatnya mengambil nafas lega. Namun tak berselang lama Petra berdiam diri disana, tiba-tiba seorang pria asing datang menghampirinya bersama dua orang pria lain berwajah mengerikan. Petra takut, sontak ia memundurkan tubuhnya ke belakang untuk menghindar.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now