[6] drunk

13.8K 429 11
                                    

Enam hari setelahnya.

Pada pagi hari yang cerah itu Eren merebahkan dirinya di atas ranjang kesayangannya dengan santai. Jam baru menunjukan pukul 10, tak ada yang bisa Eren lakukan selain bermalas-malasan di kamar sambil memainkan gadget.

Layar ponsel itu ia usap demi mencari video menarik dari platform youtube. Tapi tak ada satupun video yang bisa mengusir rasa bosan Eren. Sungguh menjengkelkan, gerutu pemuda itu dalam hati. Sudah enam hari pula Eren belum bertemu dengan Petra, tetangganya. Meskipun usianya satu tahun lebih muda dari Petra, namun jika mereka dibandingkan Eren tampak lebih dewasa daripada Petra.

Mungkin karena Eren tinggi.

Pemuda itu mengusap lehernya yang masih terlihat memerah akibat perbuatan Levi kala itu. Hampir saja luka itu diketahui ibunya, jika iya, maka keadaan akan makin rumit. Terutama ayahnya. Eren bisa menahan diri agar tidak menceritakan itu kepada kedua orang tuanya karena menurut Eren itu tidak penting.

Mikasa mengirimkan pesan sekitar satu jam lalu, bukan sesuatu yang sangat penting, hanya menanyakan kabar Eren beserta kedua orang tuanya. Dan Eren pun menjawab dengan senang hati bahwa mereka baik-baik saja. Yahh.. Setelah itu tidak ada. Mikasa kembali pada aktivitasnya dan Eren kesepian lagi.

Pemuda Yeager itu kemudian mendekati cermin dan melihat pantulan dirinya sendiri disana. Sambil mengusap rambutnya Eren berkata, "padahal jika dilihat-lihat lagi wajahku lumayan ganteng,.. Tapi kenapa tidak ada yang mau denganku." setelah itu Eren terkekeh, "hahaha.. Aku ngomong apa sih.."

Eren mengambil satu batang rokok lagi dari bungkusnya. Itu sudah ketiga kalinya dalam satu hari ini Eren merokok, entah bagaimana caranya pemuda jangkung itu bisa menyembunyikan semua itu dari ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya pun tidak curiga padahal bisa saja mereka melihat atau mencium aroma rokok dari tubuh Eren.

"Lebih baik aku merokok saja sampai paru-paruku gosong."

Eren duduk bersandar pada kepala ranjang sembari menghisap rokoknya. Asap pun mengepul memenuhi ruangan besar tersebut. Rasanya malas sekali Eren keluar kamar, bukan tanpa alasan, itu karena keberadaan sang kakak tiri Zeke Yeager yang entah ada urusan apa pria berjanggut itu tiba-tiba datang begitu saja kerumahnya pada jam 7 pagi tadi.

"Tch. Bikin mood rusak saja!"

Di sisi lain, Petra terlihat gembira dengan hasilnya membuat cookies coklat setelah diajarkan ibu sambungnya beberapa hari lalu. Petra menyisihkan beberapa buah cookies dalam toples untuk cemilan dirumah. Sedangkan sisanya ia masukkan kedalam kotak kecil untuk diberikan kepada tetangganya, Eren.

Gadis berambut sebahu itu melangkahkan kakinya ke luar rumah menyambut pagi hari yang cerah. Sambil menenteng kotak kecil di tangan kiri menuju kediaman tetangganya. Semilir angin berhembus membelai rambut caramel serta wajah putih bersihnya.

Ding dong!

Jemari Petra menekan bel yang sudah disiapkan pada pintu depan rumah.

"Eren! Zeke! Siapapun tolong bukakan pintunya!" teriak ibu Eren dari arah dapur.

"Biar aku saja, bu." Zeke menawarkan. Zeke yang sedang bersantai di sofa ruang tamu itu pun berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Iris matanya terpaku setelah melihat siapa yang menekan bel pintunya. Seorang gadis kecil mengenakan dress mini berdiri disana sambil membawa sesuatu.

"Hei, nak, kau mencari siapa?"

Petra kebingungan. Pasalnya orang yang membukakan pintu itu bukan Eren. Melainkan pria tinggi berjanggut dan memakai kacamata. Pria itu tampak asing di mata Petra. Petra juga sempat bergidik geli saat melihat janggutnya yang seakan tumbuh subur di antara dagu sampai telinga.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now