[15] when night falls (21+)

37.1K 376 16
                                    

Dalam part ini terdapat adegan dewasa yang cukup mendetail. Saya harap kalian bisa menyikapinya dengan bijak. Terima kasih.

***

Petra tidak mengerti mengapa kakaknya bisa begitu marah saat menanyakan tentang video aneh tadi. Padahal Petra benar-benar tidak tahu, ia bertanya karena penasaran. Gadis cantik itu kemudian masuk ke dalam kamarnya, lalu mengambil secarik kertas dan pensil, dan melakukan hal yang biasa ia lakukan ketika bosan. Yaitu dengan mencurat-coret kertas putih itu hingga hitam tak beraturan. Terkadang Petra menuliskan seluruh isi hatinya, seluruh perasaannya ke dalam sebuah buku diary kecil bersampul biru. Tapi tak ia lakukan untuk hari ini, Petra lebih melampiaskannya pada kertas polos tersebut.

Dan tentang menjadi bagian dari keluarga Ackerman.. Apakah Petra harus senang atau justru sebaliknya?

Sedangkan dari sisi lain, Levi marah bukan karena film haram yang sempat Petra tanyakan. Itu karena ia masih belum bisa menerima keputusan ibunya. Bagaimana bisa gadis yatim piatu miskin yang dipungut dari panti asuhan bisa dengan mudahnya menjadi bagian dari keluarga Ackerman. Levi benar-benar tidak terima. Tapi, apakah alasannya sehingga lelaki berusia 32 tahun itu tak dapat menerimanya?

Alasannya sangat umum terjadi pada orang lain. Ya apalagi kalau bukan karena hak waris. Levi tidak ingin hak warisnya terbagi. Bagi Levi hak waris itu hanya miliknya seorang, turunan asli dari keluarga Ackerman. Bukan gadis kecil seperti Petra yang asal-usulnya tidak jelas. Cukup jadikan saja Petra sebagai adik angkat baginya dan anak angkat bagi Kuchel. Tapi jangan jadikan ia bagian dari keluarga ini. Levi tidak sudi. Inilah yang Levi tidak sukai dari ibunya, Kuchel selalu mengambil keputusan seenak hati tanpa meminta persetujuan darinya.

Tapi semuanya sudah terjadi. Keputusan Kuchel adalah hal yang mutlak dan tak bisa dibantah. Levi tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin butuh waktu sampai ia bisa menerimanya. Namun Levi tak akan diam saja jika Petra bertingkah, termasuk dengan memberinya 'HUKUMAN'.

***

Pagi hari menjelang, baik Kuchel maupun Levi tidak berangkat ke tempat kerjanya seperti biasa. Satu keluarga itu kini lengkap. Entahlah, Levi merasa tidak bersemangat. Meskipun Erwin, si pria alis tebal itu terus mengiriminya pesan. Masalah pekerjaan Levi tak perlu khawatir, ia bisa menanganinya sendiri.

Selesai membereskan kamar, Petra pergi ke lantai atas menuju ruangan Kuchel. Gadis itu membuka pintu dan terlihat Kuchel tengah berkutat dengan pekerjaannya memilah kain-kain. Kuchel menyadari kehadiran Petra dan wanita itu pun menoleh kepada sosok mungil tersebut.

"Ada apa sayang?"

"Anu, bu.. Sampah-sampah yang ada di dapur itu harus dibuang kemana?"

"oh itu.." Kuchel berkacak pinggang menghentikan sejenak kegiatannya, "buang saja ke tempat sampah yang ada di depan. Nanti truk sampah akan mengangkutnya."

"Baik"

Petra berbalik badan meninggalkan ruangan Kuchel. Saat Petra sedang berjalan, tak sengaja matanya bertemu dengan sosok Levi yang juga akan menuruni tangga. Pria itu memakai kaos pendek putih polos juga celana pendek berwarna hitam. Sedangkan handuknya di lilitkan di leher untuk menahan tetesan air yang jatuh dari surai hitamnya yang basah. 

"Pagi, kak Levi.." Petra tersenyum memberi sapaan.

Levi tak berkutik demi memandang Petra dari atas sampai bawah. Wajah polos dan bibir manis itu, Levi sungguh merindukannya. Tubuh Petra terbalut dress berwarna mocca yang imut. Menambah kesan manis dan cantik pada gadis yang akan menginjak angka 16 tahun itu. Levi begitu terpesona, sungguh. Cukup dengan melihat senyuman khas-nya yang secerah matahari terbit sudah bisa membuatnya... Jatuh cinta?

My Cutie SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang