7. Penipuan

6.2K 734 26
                                    

Sofa beludru merah yang berada di ruang kerja kediaman Foxton begitu empuk dan hangat, tetapi hal itu tidak dapat membuat Lucas betah duduk berlama-lama di atasnya. Ia hanya bisa menegakkan punggung, mengikuti suasana tegang di ruangan tersebut. 

Lucas tak berani bersandar, apalagi berkutik dari posisinya. Lemak menyembul dari perut yang terbalut kemeja putih berkancing. Pandangan ke arah ujung jemari kakinya jadi terhalang. Lucas ingin segera pergi dari sana. Tatapan matanya lurus menunduk, hanya fokus pada kedua tangan yang saling meremas. Ia tak berani melihat ayahnya yang berada di seberang, duduk di sofa beludru serupa.

"Kau tahu apa kesalahanmu?" tanya Duke Alfred Foxton, seraya mengusap kumis putih tebal yang bertengger di atas bibirnya. Putra sulungnya itu menggeleng cepat. Saat ini Alfred tengah memegang sebuah surat berisikan laporan dari seorang prajurit. Betapa geramnya pria berusia hampir setengah abad itu atas kelakuan putranya, sampai-sampai ia meremas ujung kertas tanpa sadar.

Dalam satu entakan tangan, Alfred meletakkan surat laporan tersebut di atas meja yang berada di tengah-tengah antara ia dan Lucas.

"Bisa-bisanya kau melakukan transaksi yang merugikan di belakangku!" teriak Alfred. Kebengisan yang terpancar di matanya, membuat Lucas bergidik. Pemuda gemuk itu cepat-cepat melihat apa isi dari kertas tersebut. Berupa tulisan tangan, yang susunan katanya seperti penyampaian berita oleh seorang pencanang.

Dengarlah! Keluarga Foxton telah membeli sejumlah petak lahan di dekat sungai yang penuh pepohonan beracun! Dengarlah! Dengarlah!

"Kau yang membeli lahan itu, bukan? Jawab!" Alfred bertanya sekali lagi. Kedua mata Lucas terbelalak membaca laporan tersebut. Transaksi yang ia lakukan empat bulan lalu ternyata sudah tersebar beritanya sampai ke mulut pencanang berita kota. Kalau sudah diteriakkan oleh seorang pencanang di alun-alun, maka seluruh warga telah mengetahui kebodohannya karena telah membeli tanah yang merugi.

"Ah, i-i-ini ... bisa saja kalau Linden yang melakukannya---" Lucas mencoba berbohong, tetapi ayahnya menggebrak meja, membuatnya terlonjak. Jantungnya serasa mau lepas dari rongga.

"Kau ini! Beraninya memfitnah adikmu sendiri! Lagi pula, Linden tidak seceroboh dirimu!" pekik Alfred. Beliau geleng-geleng menyaksikan bagaimana putranya berusaha lari dari tanggung jawab atas kesalahan yang ia perbuat.

Lucas kembali menunduk, tak bisa mengelak lagi. Ia sendiri sebenarnya tak menyangka, bahwa ada yang berani menipunya seperti ini. Lucas membeli tanah seluas satu hektar di dekat aliran sungai di desa Firin, berlokasi di kota Jotun. Penjualnya adalah seseorang yang mengaku membutuhkan uang untuk biaya istrinya yang sedang sakit. Lucas luluh dengan alasan yang seperti itu. Akan tetapi, ia tidak mau membeli begitu saja. Si pria penjual tanah mengajaknya melihat lahan yang akan ditransaksikan.

Lucas merasa tidak ada yang aneh, hanya sepetak lahan dengan ukuran yang sesuai. Di tengahnya mengalir sungai kecil yang tak begitu deras. Ada beberapa pepohonan di sekitar tepian sungai tersebut. Kata si penjual, itu adalah pepohonan buah khas di sana, yang akan bisa dipetik tiga bulan berikutnya. Lucas tidak curiga sama sekali. Ia membeli tanpa memeriksa apa pun lagi. Terlebih lagi, hal yang ia lakukan ini bisa untuk membantu orang lain. 

Maka, dengan satu cap jari dan stempel keluarga Foxton, hak eksklusif kepemilikan tanah tersebut jatuh ke tangan putra sulung Foxton.

Lucas merasa beruntung. Ia dapat membeli tanah dengan pepohonan yang berbuah subur. Rencananya, ia akan menanam jenis tanaman lainnya, lalu membangun pertanian yang akan menghasilkan keuntungan besar. Kemudian, dengan adanya aliran sungai di sana, ia yakin tanah yang ia beli pastilah sangat subur.

Tiga bulan berlalu, Lucas baru menyadari kalau dia telah ditipu. Buah dari pepohonan di lahan yang ia nanti-nantikan itu mulai muncul. Bentuknya bulat lonjong berwarna cokelat muda. Lucas tidak tahu nama buah tersebut. Yang ia lakukan setelah buah tersebut tampak matang di pohonnya adalah dengan memetik sampai dapat satu keranjang penuh, dan membawanya pulang.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now