16. Fermentasi

5.6K 715 2
                                    

"Fiona, pancinya sudah kusiapkan. Mau digunakan untuk apa?" tanya Seri seraya mengangkut sebuah panci berukuran sedang yang terbuat dari tembaga.

Fiona baru saja memasuki ruang dapur kembali, membawa sekeranjang kluwek yang sudah dicuci bersih. Gadis itu pun meletakkan keranjang di atas meja, lalu memeriksa panci yang dibawakan Seri. Berbeda dengan panci modern, yang dibawa Seri ini memiliki tiang pegangan yang cukup panjang, berfungsi sebagai gantungan di atas api menyala. Fiona belum pernah melihat panci kuno seperti itu.

"Oke, ini bisa dipakai. Terima kasih, ya!" ucap Fiona. Senyum Seri mengembang begitu lebar mendengarnya. "Sama-sama!"

Lucas menyusul masuk ke dapur setelah Fiona. Jasnya sudah terlepas, dibawakan oleh salah satu pelayan. Ujung kedua lengan kemejanya sudah terlipat sampai ke siku, menampilkan tangan gempal pemuda tersebut. Seorang pelayan lain dengan sigap membawakan Lucas handuk, guna mengelap keringat yang bercucuran di dahi sang tuan muda.

"Tuan Muda, apakah ingin disiapkan air untuk mandi?" tanya si pelayan. Lucas masih mengelap keringat seraya menjawab, "Nanti saja. Sepertinya Fiona belum selesai."

Lucas memberikan kembali handuk ke tangan si pelayan, lalu menghampiri Fiona. Gadis itu tengah menuang semua biji yang telah dicuci ke dalam panci. Kemudian, ia menciduk air dari drum di sudut ruangan dan mengisi panci hingga biji-biji itu terendam semua.

"Oke, sekarang waktunya merebus. Umm ... ." Fiona mengangkat alisnya. Ia bingung melihat tungku yang menggunakan kayu bakar. Bagaimana cara menyalakannya?

Seri melihat Fiona yang tampak linglung.  "Aku bisa menyalakannya kalau kau mau!"

"Nah! Sangat membantu sekali! Tolong, ya!" Fiona mengacungkan jempol ke arah Seri. Gadis itu langsung bersemangat.

Di belakang Fiona, terdengar para pelayan berbisik-bisik. "Bagaimana mungkin, dia tidak bisa menyalakan api sendiri? Bagaimana hidupnya selama di desanya dulu, sebelum bekerja di sini?"

Sial, aku lupa kalau yang barusan itu akan terlihat aneh sekali. Mereka kan tak mengerti kalau aku hanya tahu kompor gas!

"Fiona, selanjutnya apa yang harus dilakukan?" Pertanyaan Lucas mengambil alih perhatian para pelayan.

Fiona menghela napas lega. Baguslah, dia mengalihkan topik!

"Selanjutnya  kita akan merebus semua biji ini, minimal selama dua jam, untuk menghilangkan sisa racun yang masih menempel," jawab Fiona. Lucas tampak mengangguk-angguk paham.

"Lalu, setelahnya?"

"Kita keringkan dulu, lalu ... ." Fiona berhenti sejenak. Ia memandang ke sekitar, seperti mencari sesuatu. "Aku butuh karung dan abu. Apa kita punya?"

"Karung dan abu?" tanya Lucas memastikan. Fiona mengangguk.

"Fiona, apinya sudah menyala!" Seri dengan bangga memperlihatkan hasil kerjanya. Api telah berkobar dari dalam tungku pembakaran. Rupanya Seri juga telah memasangkan panci pada gantungan di atas tungku. Alas panci pun menyentuh ujung api, membuat air di dalamnya termasak perlahan-lahan.

Oh, cara memasaknya seperti pakai api unggun kalau sedang berkemah ... . Fiona mengambil kesimpulan. Ia baru mengerti teknologi memasak sederhana di dunia ini.

"Terima kasih, ya, Seri!" seru Fiona. Seri makin melayang, ia merasa telah sangat berjasa. Fiona pun  menyadari hal itu dan tersenyum. Rupanya dia anak yang polos sekali.

"Tadi kau butuh karung dan abu, untuk apa?" tanya Lucas lagi.

"Untuk fermentasi, Tuan," jawab Fiona. "Nanti, setelah direbus selama dua jam, semua biji ini akan dipendam dalam abu di karung."

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ