24. Rencana Selanjutnya

5.5K 711 5
                                    

Keesokan harinya, Fiona sedang berada di area sumur hendak mencuci peralatan bersih-bersih ruangan, ketika Seri memanggilnya dari kejauhan sembari melambaikan sebuah gulungan kertas. "Fiona, ini semua data yang berhasil dikumpulkan. Mungkin kalau ditotal, sekitar lebih dari seratus!"

Fiona menyisihkan pekerjaannya sejenak, lalu menyambut kertas di tangan Seri. Tulisan yang tertera begitu rapi. "Wah, kau pandai menulis, ya!"

"Hehe, terima kasih!" sahut Seri gembira. 

Seorang pelayan memang akan bangga apabila tulisannya dipuji. Fiona baru mengetahui bahwa di dunianya yang baru ini, warga kelas menengah ke bawah jarang ada yang bisa baca tulis. Seri adalah salah satu dari sekian persen yang mengerti bagaimana caranya menulis. Ia pernah bercerita pada Fiona, bahwa sejak kecil ia senang mendengarkan berita dari pencanang. Gadis itu belajar secara mandiri untuk bisa membaca berita yang ditempelkan di papan pengumuman di desanya.

Sejak Fiona datang ke dunia ini, ia menyadari bahwa dirinya bisa memahami dan mengerti perkataan dan tulisan orang lain secara otomatis. Tulisannya tidak berbeda dengan susunan alfabet latin di dunia sebelumnya, hanya terdapat sedikit ukiran tambahan. Fiona tidak mengerti kenapa dia bisa langsung beradaptasi dengan literasi di dunia "Lady Renata" ini.

Fiona pun tak tahu, apakah Nayesa si pemilik tubuh sebelumnya juga mengerti baca tulis sama seperti dirinya. Yang jelas, sejauh ini tidak ada yang menyadari. Hal ini membuat Fiona berpikir, Apa mungkin Nayesa juga mengerti baca tulis? Atau karena dia terlalu pendiam dan tak berteman dengan siapa pun, makanya tidak ada yang sadar?

 "Fiona, jadi bagaimana?" Seri bertanya lagi saat ia menyadari temannya itu sedang melamun.

"Oh, iya. Ya sudah, aku akan bilang pada Tuan Lucas tentang rencanaku selanjutnya. Terima kasih, ya!"

Fiona pun segera meninggalkan area sumur dan pergi ke lantai atas, tempat kamar Lucas berada. Namun, sesampainya di depan pintu, gadis itu menghentikan langkahnya.

Tunggu, setelah semua yang terjadi kemarin, bagaimana cara aku bicara dengannya untuk hal ini? Aduh .. kenapa jadi susah begini, sih ... .

Fiona menimbang-nimbang, antara jadi masuk ke kamar Lucas atau tidak.  Ia bingung harus menampilkan sikap yang seperti apa. Apa aku harus biasa saja, menganggap yang kemarin itu tidak terjadi? Atau bagaimana??

Belum sempat gadis itu mengambil keputusan pasti, terdengar derit pintu yang terbuka. Dari baliknya muncullah wajah sang tuan muda sulung. Lucas terbelalak ketika melihat Fiona yang sudah ada di depan pintunya.

"Kamu ... ."

"Ah, iya, Tuan Lucas," sapa Fiona sembari menunduk memberi hormat. Lalu, ada keheningan di antara keduanya. Fiona menunduk. Lucas pun melihat ke arah luar jendela koridor sejenak, tak tahu harus memulai percakapan dari mana. 

"Um ... apa Tuan hendak pergi ke suatu tempat?" tanya Fiona pada akhirnya. 

Lucas mengangguk. Ia melihat gulungan kertas di tangan Fiona. "Ada apa?"

"Ah, kalau Anda terburu-buru, saya bisa bicara nanti saja saat Anda pulang!"

"Tidak apa. Urusanku masih bisa nanti-nanti."

Lucas menatap Fiona yang tak berani memandangnya, sembari memegangi leher belakangnya. Wajah keduanya tampak memerah salah tingkah.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang