48. Pembelaan

3.9K 600 9
                                    

"Apa ini sudah benar?" Fiona berkali-kali berkaca di cermin ruang persiapan. Gaun warna pastel itu telah membalut tubuhnya, pun dengan riasan cantik di wajah, tetapi rasa gugupnya belum juga hilang.

Fiona takut terlihat aneh karena belum pernah memakai gaun semahal itu sebelumnya, baik di dunianya yang baru ini maupun sebelumnya. Selain gaun, Fiona juga membeli peralatan rias yang lebih bermerek untuk dipakai sehari-hari. Ia tampak seperti wanita bangsawan.

"Semoga tidak ada yang menyadari kalau aku adalah bekas pelayan."

Beberapa hari lalu, setelah berbelanja pakaian dan memesan lusinan peralatan makan mewah, Fiona dan Lucas mendatangi bangunan yang telah mereka beli dan mulai mendekorasi ruangan, serta merancang menu. Ada banyak perbedaan yang terlihat antara restoran mewah kali ini dengan kedai sebelumnya.

Dindingnya dicat putih agar terkesan sederhana namun tetap elegan. Karena kuah rawon berwarna hitam, maka semua peralatan makan yang Fiona pilih berwarna putih. Meja dan kursi terbuat dari kayu terbaik dan menampilkan warna cokelat yang senada dengan gelas berisi lilin di tengah meja.

Tiap satu meja diatur letaknya tak terlalu dekat dengan meja lain, agar para bangsawan yang menikmati hidangan mendapatkan privasi mereka untuk mengobrol tanpa terdengar oleh sebelahnya.

Bagian yang mirip dengan kedai adalah dapurnya terlihat dari ruang makan. Fiona ingin menampilkan konsep masak terbuka, demi membuktikan bahwa segala makanan dan minuman yang disajikan disiapkan secara benar.

Yang berbeda adalah menu. Tidak ada menu paket makan, karena bangsawan akan merasa terhina bila terlihat membeli barang diskonan. Fiona dengan senang hati menaikkan setiap harga masakan menjadi sepuluh kali lipat, dengan cara penyajian yang mewah juga tentunya.

Tidak ada lagi sayembara bagi-bagi uang untuk mempromosikan, karena sebagian bangsawan rupanya pernah mencicipi rawon. Mereka diam-diam meminta para pelayan masing-masing untuk memesan di kedai distrik menengah. Namun, Fiona tetap menyiapkan semangkuk besar dengan piring-piring kecil di dekat pintu masuk bagi yang belum pernah.

Fiona kembali mematut dirinya di depan cermin. Para pelayan restoran lain telah keluar menuju ruang makan. Waktu tersisa sepuluh menit lagi baginya untuk segera menyambut para pelanggan pertama.

Tak lama, pintu diketuk oleh Lucas. "Boleh aku masuk?"

"Ya, silakan."

Lucas memasuki ruangan dengan jas yang biasa dikenakannya. Terlihat sangat tampan dan menawan, seolah bukan Lucas Foxton yang dulu sering dihina itu.

Fiona berbalik menghadap Lucas. Raut wajahnya mengatakan kegugupan. "Aku kelihatan aneh, ya?"

Namun, Lucas tak menyahut apa pun. Kedua matanya menatap Fiona yang selesai merias diri.

"Hei, aku tanya padamu, Tuan!" seru Fiona, membuyarkan tatapan tak henti dari Lucas padanya. "Ada apa?"

"Kau cantik sekali."

Satu pujian dari Lucas, membuat kedua pipi Fiona merona merah. "Sungguh?"

Lucas mengangguk. Tangannya merengkuh tubuh Fiona dalam dekapan. "Boleh cium?"

Seketika itu juga, Fiona memukul dada pemuda itu dan menjauh darinya. "Ini jam kerja, ingat!"

***

"Mari silakan, Tuan dan Nyonya."

Pelayan-pelayan sibuk mengantar para bangsawan duduk di meja yang telah disediakan. Setelah mengantar, mereka juga akan mencatat pesanan. Maka dari itu, yang dipekerjakan oleh Lucas di sini adalah yang bisa baca tulis secara lancar.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now