46. Menginap

4.2K 654 14
                                    

"Fiona? Aku mendengarmu bicara barusan. Kau belum tidur, kan? Kau bicara dengan siapa?" Seri lagi-lagi berteriak memanggil dari balik pintu.

"Kau hanya salah dengar, Seri! Aku tidak bicara dengan siapa pun!" balas Fiona panik. Lucas masih ada di hadapannya dan tidak ingin pergi selangkah pun.

"Tuan, kumohon!" bisik Fiona gusar. "Aku masih warga baru di sini. Aku tidak ingin membuat keributan!"

Lucas mengernyit. Ia menahan tawa melihat tingkah Fiona. "Apa maksudmu keributan? Aku tidak melakukan apa pun, bukan? Aku hanya bilang, ingin menginap di sini malam ini."

"Kalau warga tahu seorang Lucas Foxton menginap di rumah seorang gadis seperti ini, namamu akan tercoreng lagi. Pekerjaan serta reputasi yang kita bangun untukmu selama ini akan sia-sia!"

"Fiona! Aku mau mengecek apakah kau masih sakit. Izinkan aku masuk!" Seri berteriak sekali lagi.

"Tunggu, tunggu!" Fiona berteriak balik ke arah pintu, lalu menoleh kembali pada Lucas dan berbisik, "Pergilah!"

Lagi-lagi, Lucas menggeleng. "Aku janji, akan pergi dari sini dini hari nanti."

Fiona balik mengernyit. Dulu, ia yang sering melakukan hal itu, pergi dari kamar Lucas saat dini hari agar tak ada yang melihat. Sekarang, yang terjadi malah kebalikannya.

"Fiona!" Seri memanggil sekali lagi. Lucas memberi isyarat untuk membuka pintu. "Perlihatkan padanya kau baik-baik saja. Jangan lama-lama."

Fiona menuruti kata majikannya itu. Ia membuka pintu kamar, tetapi tidak lebar. Gadis itu hanya memberi sedikit celah, supaya kepalanya dapat menyembul dari dalam. Tampak tepat di hadapannya, Seri berdiri dengan membawa nampan berisi secangkir cokelat panas dan sebatang lilin menyala.

"Hai," sapa Fiona. Ia berharap, bayangan Lucas tak muncul dari celah pintu yang dibukanya.

"Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Seri cemas.

Fiona mengangguk. "Sudah jauh lebih baik. Ini untukku, kan?" Cepat-cepat, Fiona meraih cangkir di atas nampan.

"Ah, iya. Baiklah kalau begitu, jangan ragu untuk bangunkan aku kalau terjadi sesuatu, ya!"

Seri pun pamit, dan Fiona segera menutup pintu kamar. Ia bernapas lega, sahabatnya tidak menyadari keberadaan Lucas. Yang jadi sumber masalah malah tertawa-tawa geli.

"Pft, wajahmu tegang sekali!"

"Itu semua karena Anda!" omel Fiona. Ia menyodorkan secangkir cokelat panas pada Lucas. "Minumlah. Anda pasti lelah seharian dalam perjalanan."

Lucas menyesap minuman cokelat di tangannya. Aromanya begitu menenangkan. Ia memang lelah dan belum tidur sama sekali, karena terlalu senang akan pulang.

"Jadi, aku boleh menginap di sini?" tanya Lucas, seraya melirik Fiona dari balik bibir cangkir.

Fiona memijat dahi. Majikannya itu cukup keras kepala. Ia tahu meski diusir sekali pun, pemuda itu tidak akan beranjak dari tempatnya.

"Iya, iya. Tapi, jangan lakukan macam-macam!" ancam Fiona, yang masih memegang teguh prinsipnya dari dunia asal.

Lucas mengangkat telunjuk dan jari tengah ke atas, membentuk V. "Aku bersumpah, tidak akan melakukan apa pun yang kau tak suka."

"Bagus." Fiona mengangguk.

Baru saja, Fiona hendak beranjak ke arah kasur, Lucas menarik tangannya lagi. Tubuh gadis itu berputar dan masuk dalam dekapan pemuda itu sekali lagi. Iris matanya yang merah tak berkedip menatap Fiona.

"Kalau cium, masih boleh?" Hidung Lucas dan Fiona saling bersentuhan. Wajah Fiona merona begitu merah. Ia hanya menjawab dengan anggukan.

Dalam sekali tenggak, Lucas menghabiskan sisa cokelat dalam cangkir. Ia tak menelannya, tetapi menahannya di mulut. Diangkatnya dagu Fiona dan dikecupnya bibir gadis itu. Perlahan, cokelat di mulut Lucas mengalir ke dalam mulut Fiona. Gadis itu terkejut, tetapi ia menikmati setiap tetes minuman yang lezat itu.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Kde žijí příběhy. Začni objevovat