21. Teman Pertama

5.4K 731 1
                                    

Mulai Bab 22 dan seterusnya, jadwal terbit akan jadi Selasa dan Jumat, ya! Terima kasih, selamat membaca!

***

"Apa Nayesa tidak pernah merawat rambutnya sendiri?" tanya Fiona, bermonolog di depan cermin.

Malam hari, setelah matahari terbenam dan para pelayan kembali ke asrama, Fiona sedang sibuk bercermin memandangi dirinya. Diri Nayesa, sebenarnya. Namun, setelah hampir dua bulan ia berada di dunia lain ini, Fiona sudah mulai bisa menerima kalau tubuh yang memiliki rambut ungu dan iris mata senada itu adalah Fiona yang baru.

Oleh karena itu, Fiona sebal setiap kali dia melewati cermin dan memandangi kulit kusamnya dan rambut yang tak terawat. Rambutnya berwarna ungu asli. Fiona menyadari kalau di dunia ini rambut dan mata semua orang itu warna-warni, dan itu adalah hal wajar. Mereka mendapatkannya secara keturunan. Varian warnanya bukan cuma cokelat, pirang, merah, atau hitam seperti di dunia sebelumnya. Melainkan ada jingga, merah muda, biru atau ungu seperti yang ada di kepala Fiona saat ini.

Coba saja kalau yang seperti ini ada di bumi, pewarna rambut bisa jadi tidak laku, ya ... , gumam Fiona dalam hati, sembari memeriksa rambutnya di cermin. Meskipun warna ungunya Fiona suka, tetapi kondisinya kering dan pecah-pecah di ujung.

"Ugh, tidak bisa begini! Ini harus dipotong ujungnya!" keluh gadis itu. Akan tetapi, ia tahu kalau tak bisa memotong rambutnya sendiri. Ia harus pergi ke tukang cukur. Bukan salon perawatan, karena yang seperti itu hanya untuk bangsawan. Khusus pelayan dan kalangan rakyat biasa hanya ada tukang cukur biasa. Salon tidak membukakan pintunya bagi warga kelas menengah ke bawah.

Hah, kasta menyebalkan! pekik gadis itu dalam hati.

Fiona memeriksa isi lemari Nayesa. Di dalamnya hanya ada beberapa gaun hitam seragam serta celemek putih untuk pelayan dan dua potong baju terusan berwarna cokelat muda dan cokelat tua yang sangat sederhana. "Apa Nayesa cuma punya dua pakaian ini untuk bepergian?"

Akhirnya, gadis itu memindahkan isi lemari yang sedikit itu ke atas tempat tidur. Tidak ada yang unik, kecuali sebuah kantung kain yang berisi beberapa lembar uang di dalamnya. Kertas-kertas uang tersebut memiliki ukuran besar dan warna yang bervariasi.

"Oh, apa ini mata uang di Kerajaan Navarre? Hmm ... namanya chimpe. Lembaran terkecil ini merah berangka 10, lalu ada jingga berangka 100. Nayesa hanya punya sampai yang warna jingga, itu pun cuma selembar. Kalau ditotal, hanya ada 150 chimpe."

Tak lama, Fiona mendengar pintu kamarnya diketuk. Gadis itu segera memasukkan lembaran uang tersebut ke dalam saku dan membuka pintu. Seri datang membawa kertas yang terlipat.

"Ini upahmu untuk bulan lalu," ucap Seri, seraya menyodorkan kertas tersebut. Fiona membuka lipatannya, dan mendapati lima lembaran kuning di sana, dengan angka yang tertera masing-masing 1000 di atasnya.

"Tadi itu gajian. Semua orang berkumpul selesai bekerja, tapi kamu malah langsung pergi ke asrama!" Seri tertawa kecil. Fiona jadi salah tingkah. Ia memang tidak tahu kalau hari itu akan mendapat uang.

"Aku lupa, terima kasih, ya!" seru Fiona. Seri mengangguk senang. "Sama-sama!"

Ada warna merah, jingga, dan sekarang kuning. Apa warnanya berurutan seperti pelangi? Dan makin besar nominalnya, berarti ukurannya kertasnya juga ikut membesar?

Fiona mengeluarkan kertas uang berwarna merah dan jingga yang tadi dikantunginya, lalu membandingkan dengan yang kuning. Benar dugaanku. Tapi, kenapa uang Nayesa hanya 150, padahal upahnya per bulan sampai 5000 chimpe?

"Kau ingin mengirimi uang pada ayahmu lagi?" tanya Seri. "Kau bisa menitipkannya padaku. Aku juga ingin mengirimi gaji pada ibuku di desa besok pagi!"

Mendengar pertanyaan Seri, mata Fiona langsung mendelik. Ia mengerti sekarang, mengapa jumlah uang di kantung tabungan Nayesa sedikit. Fiona juga menyadari alasan Nayesa tidak pernah membeli pakaian baru atau merawat rambutnya, padahal ia upahnya per bulan cukup untuk hal itu.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now