44. Firasat

4.3K 644 47
                                    

"Sedang mencari udara segar, Tuan Muda?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Lucas. Wajah cantik Renata menyembul dari balik pagar semak di taman kastel Dunhill. Lucas terkejut, lalu segera bangkit dari duduknya di bangku taman.

"Selamat malam, Nona Basset," sapa Lucas seraya membeli salam penghormatan. Renata mengernyit. "Jangan panggil aku dengan nama keluargaku. Cukup Renata saja."

"Baiklah. Kalau begitu, kau bisa memanggilku Lucas saja."

Renata mengangguk setuju. Lucas pun kembali duduk di bangku taman.

Renata berjalan mendekat dan duduk di sebelah pemuda tersebut. Biasanya, lelaki lain akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menebar pesona sebanyak mungkin pada sang Putri Terpilih. Padahal, Renata sudah mempersiapkan diri untuk membuka hati, andai saja Lucas ingin mengenal dirinya lebih dekat.

Namun, Lucas tak melakukan apa pun. Pandangannya tetap lurus ke depan, menatap pagar semak-semak. Ia kembali melamun. Pikirannya melayang ke tempat hatinya berada, yakni kota Warwick, tempat Fiona berada.

Tak kunjung ada tindakan apa pun dari Lucas setelah lebih dari lima menit. Renata mulai gusar. Untuk apa aku menyusulnya sampai kemari di malam dingin, kalau hanya untuk didiamkan seperti ini?!

Akhirnya, Renata berinisiatif untuk memulai percakapan lebih dulu. "Apa yang sedang kau pikirkan? Mungkinkah, usaha kedai milikmu?"

"Bisa dibilang begitu." Lucas tak sepenuhnya berbohong. Ia memikirkan orang yang ada dibalik ide kedai tersebut. Ia hanya tak ingin membagi apa yang dirasakannya pada orang asing.

"Kulihat kalau kau adalah orang yang serius dan pekerja keras. Kau harus bisa relaks sedikit." Renata mengusulkan, "Bagaimana kalau kita kembali ke dalam?"

Lucas tertawa kecil. "Aku merasa tidak cocok dengan kegiatan menari dan berdansa seperti itu."

"Bukankah Tuan adalah calon penerus Duke? Seorang Duke akan sering menghadiri acara-acara seperti ini di masa depan," ucap Renata.

"Entahlah. Setelah selama ini orang-orang tidak pernah memedulikan keberadaanku, sekarang tiba-tiba semuanya ingin mendekat," ungkap Lucas.

Renata memperhatikan pemuda di sebelahnya itu dengan saksama. "Kau merasa kesal?"

"Tidak juga. Ada seseorang yang menasihatiku, kalau kita tidak bisa mengendalikan pikiran orang lain. Dia benar. Namun, aku bingung harus bersikap bagaimana," ungkap Lucas. Tiba-tiba, ia menoleh ke arah Renata.

"Selama ini kau hidup di dalam cahaya, sama seperti adikku. Apakah kau bahagia?" tanya sang putra Duke, sembari menatap Renata.

Ditanya seperti itu, Renata jadi bertanya-tanya dalam hatinya sendiri. Tentu saja aku bahagia. Aku bisa mendapatkan semua yang kuinginkan. Akan tetapi, akan menimbulkan kesan tinggi hati kalau menjawab seperti itu. Hmm ... .

"Ada kalanya aku bahagia. Kadang pula aku merasa sedih. Sama seperti manusia-manusia lainnya. Hanya saja, aku tak memperlihatkan perbedaannya." Renata begitu hati-hati dalam memilih kata-kata.

Lucas mengangguk. Ada jeda hening kembali mengudara di antara mereka. Kemudian, Lucas kembali bertanya, "Kau tidak menikmati pestanya?"

"Ah? Oh, tentu saja aku menikmatinya," sahut Renata.

"Lalu, mengapa kau tidak berada di dalam saat ini? Pesta itu diadakan untukmu."

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now