19. Makan Malam

6.1K 804 3
                                    

Gaes, mohon dukungan untuk share cerita ini ya, barangkali ada temannya yang suka isekai juga. Thanks, selamat membaca!

***

Matahari memantulkan sinarnya pada dua bilah pedang panjang di depan wajah Visar. Ia tidak menyangka, tugasnya membawakan makanan pada para prajurit yang tengah berlatih bisa mengantarnya pada kematian.

"Kau berani memberi racun pada kami!" Michael dan Tibal menodongkan pedang, sementara para prajurit lain berusaha memuntahkan rawon yang sudah mereka telan. Visar mengangkat kedua tangan ke atas, diikuti oleh Ron dan Leo. 

"Kami tidak bermaksud meracuni kalian! Lagi pula, kalau memang beracun, saat ini kalian pasti sudah merasakan gejalanya!" Ron membela diri.

"Benar! Kalian pasti sudah pusing kalau memang benar diracuni!" timpal Leo.

Para prajurit saling memandang satu sama lain. "Benar juga. Aku tidak merasakan apa pun ... ."

"Iya, bahkan yang tadi itu lezat sekali," sahut prajurit lain.

Linden menyaksikan kericuhan para prajurit dan pekerja rumah dalam diam. Ia mengintip lagi ke dalam mangkuk, lalu mengambil beberapa potong daging yang tersisa. Michael terkejut ketika melihat tuannya itu menyuap beberapa potong daging ke mulut. "Tuan! Ingat, itu pangium!"

"Aku tahu," jawab Linden saat selesai mengunyah. "Ini enak. Kau bilang tadi ... pangium? Pangium dari mana?"

Visar menjawab, "Dari lahannya Tuan Lucas, Tuan!"

"Sudah kuduga." Linden mengangguk-angguk. Ia sudah tahu kalau kakaknya pasti terlibat. "Apa Kak Lucas yang meminta kalian mengantarkan makanan ini pada kami?"

"Benar, Tuan!" sahut Ron. "Tuan Lucas bahkan yang memasaknya sendiri!"

"Apa? Tuan Lucas memasak?" Para prajurit kembali terperangah. Leo tergelak melihat keterkejutan semua orang. "Iya, makanan ini Tuan Lucas yang memasaknya! Mungkin sekarang pun masih memasak untuk semua pekerja di kastel ini!"

Mendengar hal itu, Linden segera meletakkan mangkuknya di atas bangku panjang. Ia pun berjalan cepat, tergesa-gesa menuju ke arah dapur. Prajurit lainnya tak mengerti mengapa tuannya tiba-tiba pergi. Visar, Ron, dan Leo segera mengekori si putra bungsu Foxton tersebut.

Linden berhenti di ambang pintu masuk dapur. Dari sana, tampak tubuh kakaknya tengah banjir keringat. Dahi dan kemejanya basah. Tangannya sibuk dengan spatula di tangan, menumis bahan-bahan masakan di atas wajan. 

Sementara sang putra sulung Foxton sibuk memasak dan hanya dibantu satu-dua pelayan saja, para pekerja lainnya justru menikmati masakan majikannya itu. Mereka duduk di bangku panjang dengan semangkuk sup berkuah hitam di hadapan masing-masing sembari bersenda gurau. Semua pelayan seperti itu, tak terkecuali pelayan dapur yang seharusnya melakukan apa yang dikerjakan oleh Lucas.

Meski begitu, Lucas tampak tak terganggu sama sekali. Ia tetap memasak dengan sukacita. Ada kegembiraan tersirat di wajahnya yang kelelahan. Terutama ketika ia mendengar semua orang memuji masakannya. Lucas tersenyum semringah.

"Tuan Linden!" Seorang pelayan akhirnya menyadari kedatangan putra kedua Foxton di sela-sela makannya. Seluruh pekerja yang ada di dapur pun ikut menoleh ke arah pintu. Mereka jadi panik dan bergegas memberikan salam penghormatan, sebelum akhirnya Linden meminta mereka untuk duduk kembali. 

"Nikmati saja makanan kalian. Aku hanya ingin melihat-lihat," ucap Linden. Pandangan matanya pun bertemu dengan sang kakak yang sedang merebus daging baru di panci. Lucas segera mengambil lap guna membersihkan kedua tangannya.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now