29. Percetakan

4.7K 693 10
                                    

Yang suka isekai bisa follow wattpadku ya. Aku menulis banyak cerita isekai yang akan dipublish/republish hanya di Wattpad dan Karyakarsa. Terima kasih, selamat membaca!

***

"Apa kau yakin, akan mencetak ini saja, Nona Pelayan?" tanya seorang tukang percetakan kertas pada Seri. Gadis itu mengangguk yakin.

"Benar, Paman. Perintahnya seperti itu dari keluarga Foxton!" tegas Seri. Si tukang cetak tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tak berambut itu, sambil terus memandangi kertas pesanan di tangannya.

Satu minggu telah berlalu sejak Lucas dan Fiona berhasil menemukan tempat berjualan rawon yang mereka inginkan. Seri tidak begitu mengerti apa saja yang majikan dan temannya itu lakukan. Namun, tiba-tiba Seri mendapat tugas untuk mengantarkan pesanan ke sebuah percetakan kerajaan.

Di dunia ini, usaha percetakan berfungsi menerbitkan buku-buku yang ditujukan untuk para bangsawan dan pendeta. Bisa berupa buku pelajaran dan buku doa. Melalui percetakan, satu buku bisa diterbitkan dalam jumlah banyak dalam keadaan dijilid. Harga cetaknya pun bervariasi, tergantung dari jenis kertas yang ingin digunakan dan juga jenis penjilidannya. Setelah semua pesanan dikonfirmasi, isi buku siap diperbanyak dengan mesin percetakan bertenaga technomancy, yakni peralatan berteknologi sihir.

Meski bisa dicetak banyak, tetapi tidak pernah lebih dari 200 eksemplar. Buku bukan merupakan barang konsumtif di dunia yang setengah total penduduknya tidak bisa baca tulis. Yang tertarik untuk memiliki buku hanyalah warga kalangan menengah ke atas. Maka dari itu, saat ini si tukang percetakan bingung ketika membaca kertas pesanan yang dibawakan Seri.

Dalam kertas tersebut tertulis bahwa keluarga Foxton ingin mencetak tulisan di atas kertas termurah yang mereka punya. Jumlah tulisannya tidak banyak, hanya tiga kalimat. Yang banyak itu adalah jumlah kertasnya. Keluarga Foxton menginginkan tiga kalimat itu dicetak di atas 500 lembar kertas yang tidak dijilid.

"Apa kau yakin, Nona, aku tidak perlu menjilidnya?" tanya si tukang percetakan sekali lagi. Ia tidak mau ambil risiko salam menjalankan pesanan, karena ini datang dari keluarga nomor satu seprovinsi Racian.

"Yakin sekali, Paman!" tandas Seri. Lalu ia menunjuk ke arah kertas pesanan. "Jangan lupa, dicetaknya hanya bagian bawah saja, ya. Atasnya dibiarkan kosong saja!"

"Kenapa begitu, Nona?"

Seri tersenyum. "Karena di semua 500 kertas tersebut akan dibubuhi gambar!"

"Gambar?!"

***

Sementara itu di kastel Abbott, seorang gadis tengah kebingungan, menengok kanan-kiri di halaman depan yang sangat luas. Ia mengenakan pakaian berupa gaun terusan sederhana berwarna cokelat dan kuning, serta kain penutup kepala berwarna putih. Di punggung terdapat tas kain yang memuat sebuah gulungan kertas. Bukan kertas dengan ukuran biasa, melainkan lima kali lipat lebih besar. Selain kertas besar, ia juga membawa kanvas kecilnya yang biasa. Di pinggangnya, telah bergantung berbagai macam jenis kuat dan cat yang ia miliki, sementara di tangannya menenteng sebuah tripod lukis seukuran tinggi tubuhnya.

Namanya Liana, seorang pelukis muda yang tiba-tiba saja mendapat panggilan untuk melukis di kediaman Foxton. Gadis itu membawa semua peralatan melukis yang biasanya dipakai bekerja, kecuali gulungan kertas besar tadi. Ia sendiri tak mengerti mengapa Lucas Foxton memintanya membawa kertas sebesar itu.

Apakah mereka ingin memintaku melukis sebesar ini? Mungkinkah untuk lukisan keluarga? tanya Liana dalam hati. Memang, sesekali ada keluarga bangsawan yang meminta gambar wajah keluarganya diabadikan dalam kanvas besar.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now