51. Keraguan

4.4K 592 24
                                    

"Maaf, Anda siapa, ya? Ingin bertemu siapa?" tanya Fiona penasaran. 

Siang ini di depan rumahnya, ada seorang pemuda datang dengan menaiki seekor kuda hitam besar dan mengenakan mantel bertudung yang menutupi sampai lengan atas. Ditambah lagi, ia memasang cadar di muka. Selain pemuda tersebut, kuda itu juga membawa dua karung putih yang menjuntai di bagian belakang dekat ekor.

Fiona merasa tidak asing dengan si kuda hitam besar. Ia sering melihatnya berada di kandang kastel Abbott. "Tuan Lucas? Apakah itu Anda?" tebak Fiona. 

Hanya Lucas yang memiliki kuda hitam sebesar itu. Kuda ras khusus yang didatangkan sewaktu Lucas masih bertubuh gemuk, begitu cerita yang ia dengar dari majikannya sendiri. Kini saat Lucas sudah bertubuh ramping, kuda tersebut jadi terlihat terlalu besar untuk dinaiki satu orang saja.

Pemuda tersebut menoleh ke arah Fiona. Spontan, ia turun dari kudanya dan memperlihatkan wajah di balik cadar. Benar, ia adalah Lucas Foxton. Di balik mantelnya, Lucas mengenakan tunik biasa dengan tambalan kain perca di ujungnya, layaknya pakaian rakyat biasa.

"Fiona," sapa Lucas. 

"Apa yang sedang Tuan lakukan? Mengapa kemari dan berpakaian seperti ini? Tuan tidak pergi ke restoran?" Fiona memberondong dengan berbagai pertanyaan. Wajahnya mendekat ke arah Lucas, kedua mata bulatnya mengedip-ngedip penasaran. Fiona tak menyadari, tindakannya itu membuat Lucas merona merah.

"Ah ... aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," sahut Lucas. Fiona memicingkan mata. "Ke mana, Tuan?"

"Ikutlah. Kau punya mantel bertudung dan cadar? Pakailah. Atau, kalau tidak, kita bisa membelinya dulu di pasar." 

Sejenak, Lucas memandangi Fiona dari kepala hingga kaki. Gadis itu memakai gaun terusan berwarna merah muda yang cantik. Lucas sempat terlena dan ingin menatap Fiona berlama-lama, kalau saja ia tak mengingat tujuannya semula. "Ganti juga pakaianmu dengan tunik dan celana, agar nyaman saat duduk di atas kuda."

Fiona tampak kebingungan atas instruksi Lucas yang tiba-tiba. "Aku punya mantel dan cadar seperti ini." Fiona menunjuk pada apa yang dikenakan Lucas. "Tapi, kita mau ke mana, sampai harus menutupi identitas?"

Sepengetahuan Fiona, seseorang akan bercadar bila ingin menjaga dirinya dari angin kencang yang membawa debu dan pasir. Namun, siang itu terlihat cerah dengan awan putih bergelung berlatar langit biru di atas kepala. Tidak ada angin kencang apa pun yang berembus.

Berarti, kemungkinan terakhir adalah, Lucas ingin menutupi dirinya agar tidak dikenal orang lain.

Mendengar pertanyaan Fiona, Lucas tersenyum. Kedua matanya menatap lembut pada gadis itu. Ia mengusap pipi Fiona dan merapikan anak rambut yang menjuntai keluar dari selipan telinga, seraya berkata, "Aku akan menunjukkan padamu, sesuatu yang dulu sering kulakukan saat senggang."

***

Lima menit telah berlalu semenjak Lucas dan Fiona berangkat dari distrik pemukiman menengah kota Warwick. Kini, mereka tengah menuju ke arah gerbang perbatasan.

Fiona duduk di atas kuda milik Lucas, tepatnya di belakang pemuda tersebut. Keduanya mengenakan mantel bertudung dan cadar serupa. Punggung Lucas tampak begitu tegap ketika tengah fokus mengendalikan tali kekang kuda. Punggung gagah itu tidak lagi berlemak seperti dulu. Fiona memegang sisi kanan kiri pakaian Lucas guna berpegangan dari guncangan kaki-kaki kuda yang melangkah. Fiona jadi asyik melamun sendirian.

Ini seperti anak remaja, saat pacaran sambil naik motor di dunia modern, batin Fiona. Lamunannya membuat gadis itu tersipu malu sendirian.

"Fiona," panggil Lucas. Gadis itu langsung kembali dari dunia khayalan. "Eh, iya, Tuan?" 

"Aku akan menambah kecepatan. Kau siap?"

"Eh?"

Kedua tangan Lucas menarik lengan Fiona, yang sedari tadi hanya memegang ujung pakaiannya, ke arah depan. Kini, gadis itu seolah memeluknya dari belakang.

"Pegangan yang erat." Lucas memukulkan pelan kakinya pada sisi badan si kuda. Secara otomatis, kuda tersebut menganggapnya sebagai perintah untuk mempercepat laju.

Fiona dan Lucas melintasi lahan-lahan pertanian di luar tembok perbatasan kota. Padi mulai menguning, pertanda sebentar lagi musim panen tiba. Para peternak terlihat menggiring hewan-hewan ternak mereka untuk merumput di tanah lapang yang luas. Angin semilir berhembus, membuat panasnya matahari terik di atas kepala tak begitu terasa. 

Damainya suasana pertanian di luar kota tak dapat menyurutkan degup jantung Fiona yang berdebar kala Lucas sesekali menggenggam tangannya di depan. Tak perlu selalu dihujani ciuman yang lembut dari pemuda itu. Sesederhana seperti berkuda bersama dan saling menautkan jemari seperti ini saja sudah membuat hati Fiona merasa tenteram.

Fiona tak tahu kalau saat ini pikiran Lucas tengah kalut. 

Pemuda itu menggenggam erat tangan Fiona sembari terus mengendalikan tali kekang dengan sebelah tangan. Hal itu dilakukan Lucas untuk mengingatkannya, bahwa gadis ini yang selalu ada di dekatnya. Bukan orang lain, bukan siapa pun. 

Lucas tengah berperang dalam batinnya. Setelah mendapat informasi dari Linden tadi pagi, pemuda itu jadi mengingat-ingat apa saja hal-hal janggal yang ia temukan dari diri Fiona.

Sebelumnya, Lucas memang beranggapan bahwa Fiona Nayesa adalah gadis lugu dari desa yang mau saja menuruti permintaan hawa nafsunya. Ia tak pernah bertanya apakah Fiona bisa baca tulis. Setelah melihatnya mampu mengonsep ide pemasaran untuk bisnis rawon, Lucas hanya menduga bahwa selama ini Fiona bisa, hanya tidak pernah ada kesempatan untuk menunjukkan keahliannya itu.

Kenyataannya, informasi dari Linden begitu mengejutkan. Lucas jadi menyadari bahwa memang ada yang berbeda dari diri Fiona yang dulu dan sekarang. Dulu, Fiona adalah gadis lugu dan penurut yang cengeng, dan selalu berusaha sebaik mungkin melayani Lucas meski tubuhnya kesakitan.

Namun, tiba-tiba suatu hari Fiona mulai melawan dan menolak untuk melayani Lucas lagi. Sejak hari itu pula, Fiona menunjukkan kecerdasannya mengolah dan memasarkan pangium, menggunakan metode yang tak pernah dipakai oleh siapa pun di dunia ini.

Selama ini, Lucas tak pernah mempertanyakan. Ia percaya pada Fiona karena gadis itu berjasa dalam hidupnya. Ia ingin membahagiakan gadis itu.

Akan tetapi, Linden ada benarnya, bahwa kelemahan Lucas dari dulu adalah terlalu mudah percaya pada orang lain. Dampak terakhir kali dari kelemahannya itu adalah harus berurusan dengan lahan penuh pangium yang beracun. Kalau saja Fiona tak ada, pasti saat ini dia sudah diusir ayahnya dari kediaman Foxton.

Kalau benar seharusnya Fiona Nayesa adalah gadis lugu tak bisa baca tulis dari desa, lalu siapa yang ada di belakangku saat ini? Apa benar, dia gadis yang sama, yang dulu pernah menjadi budakku itu?

"Tuan, kita mau ke mana sebenarnya?" Suara Fiona menyadarkan Lucas dari lamunan. Pemuda itu berpaling ke arah depan, tempat kudanya menuju.

Selama setengah jam kuda Lucas terus berlari dengan kecepatan stabil. Sampai akhirnya di ujung mata, ada sebuah wilayah pemukiman sederhana yang dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari bambu-bambu runcing. 

Lucas menunjuk ke arah pemukiman tersebut. "Kita akan memasuki wilayah desa yang di sana itu."

***

Baca SAMPAI TAMAT di Karyakarsa.com/ryby hanya Rp. 1000/bab! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan, dan babnya lebih cepat tayang!

 1000/bab! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan, dan babnya lebih cepat tayang!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now