35. Overthinking

4.8K 702 20
                                    

"Kalau aku sudah dibebaskan nanti, itu berarti, aku tidak harus tinggal di sini lagi, kan?" gumam Fiona lirih, sembari mematut diri di depan cermin, bersiap untuk bekerja.

Matahari belum naik begitu tinggi, tetapi para pelayan harus sudah keluar dari asrama. Meski begitu, Fiona masih menghabiskan waktunya di dalam kamar. Semenjak bekerja di kedai, Fiona dibebas tugaskan dari pekerjaannya sebagai pelayan. Ia tak lagi harus membersihkan kamar dan ruangan di kastel Abbott. Kini, dalam hidupnya hanya ada memasak dan menghitung neraca perdagangan kedai. Selain Fiona, Seri juga mengalami nasib yang sama. Mereka berdua tidak bekerja sebagai pelayan di kastel Abbott lagi, meski masih tinggal di asrama pelayannya.

"Besok, aku akan menemui Ayah. Kalau dia sudah mengakui kemampuanku, setelahnya kita akan bicara mengenai dirimu." Itulah yang diucapkan oleh Lucas kemarin sebelum pulang. Kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinga Fiona sampai detik ini.

Bila nanti Fiona benar-benar dibebaskan, tentunya, ia tidak akan terikat lagi pada Foxton dan kastel Abbott. Dia bisa bebas pergi ke mana pun, tinggal di mana pun, dan berbuat apa pun. Fiona sudah membayangkan hal-hal baik yang akan terjadi padanya di dunia yang baru ini.

Akan tetapi, bukan Fiona namanya kalau tidak overthinking. Gadis itu terbiasa bekerja keras, bahkan dari saat masih berada di dunia sebelumnya. Bukannya memikirkan hal-hal apa yang bisa ia lakukan untuk bersantai selepas dari status budaknya, ia malah khawatir kalau tidak diperbolehkan bekerja lagi di kedai.

"Kalau aku bukan pelayan Foxton lagi, berarti aku juga tidak terikat pada kedai itu , kan? Terus, aku mau ke mana setelah ini kalau menganggur?"

Fiona memandang ke sekeliling kamarnya. Statusnya memang adalah budak. Karena menjadi budak itulah, ia berkesempatan memiliki pekerjaan sebagai pelayan, kamar untuk tinggal, makanan gratis untuk disantap, dan gaji yang dapat dihabiskan untuk bersenang-senang. Upah yang dia terima memang tidak seberapa, tetapi ia tak memiliki tanggungan apa pun. Sejak Fiona merasuki tubuh Nayesa, ayah Nayesa tidak pernah lagi dikirimi uang sepeser pun. Fiona bebas menabung dan bersenang-senang sendirian.

Kalau Fiona bukan lagi budak dari si tokoh antagonis Lucas, tentunya semua keuntungan yang ia terima bukanlah menjadi haknya lagi. Performa kerjanya sebagai pelayan kastel Abbott tidaklah terlalu baik. Memasak di kedai pun sudah bisa digantikan oleh Lucas dan Grotto. Fiona merasa, keberadaannya bisa digantikan siapa pun, bila nanti ia lepas dari ikatan perbudakan ini.

"Tapi, kalau statusku masih jadi budak, lama-kelamaan orang lain akan mengetahuinya." Selama ini, para pelayan lain memang merumorkan hubungan Nayesa dan Lucas. Fiona pun mengetahui hal itu. Akan tetapi, mereka semua tidak memiliki bukti, kecuali surat kontrak sihir yang dipegang oleh Lucas, dan salinannya ada pada ayah Nayesa.

Memiliki unsur sihir di dalamnya, technomancy berupa kertas surat yang satu ini digunakan untuk transaksi antara dua pihak atau lebih. Bila dilanggar, bisa terjadi dampak magis pada si pelanggar, hingga menyebabkan kematian. Perjanjian dalam kontrak sihir bisa dibatalkan oleh mayoritas pihak yang terlibat tanpa adanya unsur paksaan. Dewan kerajaan juga bisa membatalkan secara sepihak, bila yang ditransaksikan adalah hal yang melanggar hukum.

"Aku harus membatalkan isi dari kontrak itu kalau ingin benar-benar bisa bebas. Tapi kalau nanti sudah bebas, aku harus tinggal di mana? Agh, pusing!"

Di tengah-tengah kegalauannya, terdengar suara pintu diketuk, disusul oleh panggilan dari luar. "Fiona, kau sudah siap? Ayo, sudah waktunya ke kedai!"

"Iya, Seri, sebentar!" sahut Fiona, yang langsung menyisir rambutnya dan mengikatnya rapi ke belakang. Tak lama, ia menemui Seri di koridor yang memakai pakaian serupa dengannya, berupa kemeja putih dan rok hitam. Seragam sehari-hari mereka di kedai.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن