49. Tujuan Hidup

4.2K 605 40
                                    

Lucas segera berlari mengekori Fiona yang kabur ke arah ruang persiapan. Di sana, tampak Fiona sedang menitikkan air mata.

"Hei, apa mereka tadi sudah membuatmu sedih?" tanya Lucas dengan nada yang khawatir. Ujung jemarinya menyeka air mata Fiona yang tersisa di pipi. 

Fiona tak menjawab apa pun. Ia perlu waktu untuk menenangkan diri. Namun, Lucas merasa ada yang tidak beres dengan dadanya. Hatinya ikut sakit melihat air mata Fiona. Kesakitan itu berubah jadi benci. Lucas mengangkat dagu Fiona, mendongakkan kepala gadis itu agar menatapnya. "Bicaralah. Kalau diam saja, aku yang jadi susah ... ."

Fiona menarik napas sejenak. "Aku tidak masalah kalau dihina. Yang membuatku sedih adalah karena mereka mengaitkannya dengan bisnis ini. Anda dan keluarga Foxton juga ikut dihina. Saya takut Anda yang akan sakit hati dan ... kembali seperti dulu ... ."

Fiona tersendat mengucapkan kalimat terakhirnya. Lucas langsung mendekap Fiona erat.

"Tenanglah, dan dengar aku," ucap Lucas seraya mengusap kepala gadis itu. "Aku bukan lagi Lucas yang diam saja dan menangis saat dikucilkan. Sekarang, aku tidak peduli semua itu. Aku sudah punya tujuan hidup yang pasti, dan sangat ingin mewujudkannya. Aku tidak akan mendengarkan perkataan orang lain yang ingin menghalangi atau membuat mentalku jatuh." 

"Tujuan hidup yang pasti?" tanya Fiona. 

Lucas tersenyum seraya mengangguk. "Aku tidak bisa memberitahumu sekarang. Tapi, percayalah, aku tidak akan kembali seperti dulu lagi."

"Aku percaya padamu. Tapi ... ." Fiona kembali meragu. "Aku takut akan ada orang lain seperti Nona Fransiska yang akan menghindari rawon buatan restoran kita ini, hanya karena aku orang desa, Tuan."

"Tidak akan. Tidak akan ada yang berani lagi. Mereka akan menghadapiku kalau terjadi lagi yang seperti tadi," tandas Lucas.

Tawa kecil terdengar dari mulut Fiona. "Tuan berani menghadapi mereka semua?"

"Tentu. Sudah kubilang, aku tidak takut apa pun lagi. Kalau pun masih kurang, aku akan bawa Linden bersamaku. Semua gadis di kota ini menyukainya, termasuk dua orang tadi. Mereka tidak akan mau membuat Linden benci."

Fiona tergelak mendengar ucapan Lucas. Kesedihan dalam hatinya telah sirna. "Kasihan Tuan Linden, reputasinya dimanfaatkan oleh Anda!"

Lucas ikut terkekeh. "Yah, ada gunanya juga punya adik yang populer. Lagi pula, dia itu sangat menyukai rawon. Tidak mungkin dia akan membiarkan bisnis ini jatuh karena orang lain."

"Tuan benar!" seru Fiona, ditimpali oleh tawa Lucas. "Baiklah, terima kasih, Tuan. Ayo kita kembali ke depan."

Lucas menatap Fiona lekat-lekat, dan mengecup keningnya. "Baiklah, ayo."

Fiona tak mengetahui, kalau tujuan hidup yang Lucas sebutkan adalah menyangkut masa depan dirinya.

Sementara itu, Linden baru saja pulang dari latihan pagi dan sekarang sedang berjalan di koridor kastel Abbott. Entah kenapa, hidungnya terasa sangat gatal, sampai dia bersin-bersin.

"Komandan terserang flu?" tanya seorang prajurit, anak buah sang putra kedua. Linden menggosok-gosok hidungnya.

"Tidak." Linden mengernyit. Siapa yang sedang membicarakanku?

***

Satu minggu telah berlalu semenjak kepulangan keluarga Foxton dari kastel Dunhill, kediaman Basset. Sejak itu pula, Renata sering termangu di depan cermin, menatap kecantikan alami yang dimilikinya lekat-lekat dan berpikir mengapa Lucas Foxton sama sekali tak tertarik padanya.

Apa yang dimiliki oleh seorang Renata Basset? Terlalu banyak. Kecantikan, kekayaan, popularitas, pesona, kecerdasan, dan daya manipulasi yang ia miliki untuk bisa memengaruhi orang lain. Semua yang diidamkan oleh para gadis lain, ada dalam diri Renata. Pertanyaan yang tepat adalah, apa yang dia inginkan tetapi tidak bisa didapatkan?

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now