part 21

30.1K 2.2K 37
                                    


Setelah kejadian malam itu, Javier semakin menghindari Nachella. Pernah satu kali Nachella menunggu Javier di depan pintu kamarnya. Menunggu pria itu datang. Namun Javier sama sekali tidak terlihat. Rasanya aneh, tinggal satu rumah tapi tidak pernah bertemu beberapa hari ini. Kediaman itu memang luas, tapi kan mustahil. kamar mereka bersebelahan masalahnya. Saat sarapan, makan siang, dan makan malam pun Javier tidak makan bersamanya beberapa hari ini.

"Aku tidak bisa menunggu seperti ini." Ia bergegas keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Javier. Jika perlu, ia akan menyusuri seluruh kediaman itu. Nachella tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Saat Nachella baru saja keluar dari kamar itu, ia melihat Javier yang juga keluar dari kamarnya. Mereka keluar dari kamar masing-masing secara bersamaan.

"ARHHH!" Kaget Javier saat melihat Nachella yang akhir-akhir ini ia hindari, sekarang tepat didepannya.

"AHA!! ketemu juga kau!"  Nachella menunjuk Javier yang ada didepannya itu. Kali ini ia pastikan Javier tidak akan bisa lari darinya.

Javier terlihat gelagapan saat di tatap Nachella. Bibirnya terdiam seribu bahasa, bingung mau bicara apa pada Nachella saat tidak sengaja berpapasan seperti ini. Langsung pergi dari sana juga rasanya sangat aneh. Ia ingin bersikap biasa saja tapi tidak bisa. Tingkahnya sudah terlanjur terlihat aneh saat dihadapkan Nachella.

"Akhir-akhir ini kenapa kau menghindari ku? Kau tau kan ada sesuatu yang harus kita bicarakan?"

"Aku tau, tapi bisakah nanti saja kita bahas itu?" Javier berusaha terlihat biasa saja.

Padahal saat ini ia berusaha keras memasang wajah tanpa ekspresi itu.

"Jangan menghindari ku lagi. 'Nanti' kau itu tidak tau sampai kapan. Kita selesaikan sekarang saja." Nachella mendekati Javier dan mengangkat wajahnya lebih dekat melihat wajah Javier. Itu membuat Javier mundur selangkah kebelakang, ada hawa aneh yang ia rasakan saat berdekatan dengan Nachella.

"Aku yang berhak membuat keputusan itu. Bercerai atau tidak itu tergantung keputusan ku."

"Tidak bisa seperti itu, kau sudah berjanji sebelumnya! Aku yakin keputusanmu itu selalu merugikan ku nantinya." Sahut Nachella.

"Kupastikan tidak." Ucap Javier

"Aku tidak yakin" Jawab Nachella.

"Terserah, aku mau pergi. ada yang harus aku urus terlebih dahulu." 

"Uruslah perceraian kita dulu, baru kekasihmu itu."

"Aku harus mengurusnya terlebih dahulu. Setelah itu baru kau." Ucap Javier.

Javier langsung pergi meninggalkan Nachella di tempat itu.

"Selalu saja! Hah!" Nachella kesal ditinggalkan seperti itu.

Nachella bisa saja mengejar pria itu dan menghadangnya untuk tidak pergi. Tapi, perutnya berbunyi minta diisi.

"Ahh, kenapa lapar disaat seperti ini?" Ucapnya

Nachella mengurung niatnya untuk mengejar Javier.  Entah kenapa, Nachella merasakan tiba-tiba lapar, padahal dia sudah banyak makan sebelumnya.

Apakah alam semesta begitu mendukung Javier sampai-sampai menghalangi rencananya? Hah, tidak adil sekali.

______________________

Javier juga akhir-akhir ini tidak bersama Ikasya. Ia sengaja menyuruh Ikasya untuk tidak menemuinya. Karena banyak yang harus ia kerjakan beberapa hari terakhir.

Dan hari ini, ia berjanji akan pergi ke toko butik dengan Ikasya. Kekasihnya itu menginginkan sebuah gaun. Tentu itu bukan suatu permintaan yang sulit untuk Javier wujudkan.

Setelah membeli gaun itu, Javier mengajak Ikasya ke suatu tempat. Javier bilang, ia ingin mengatakan sesuatu pada Ikasya. Maka dari itu ia memilih tempat yang cukup tenang.

"Duke, aku merindukanmu. Apa pekerjaan mu terlalu banyak sampai-sampai tidak ingin menemuiku beberapa hari terakhir?" Tanya Ikasya.

"Ikasya, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu disini." Ucap Javier.

"Apa itu?"

Ikasya melihat ada keseriusan di mata Javier sekarang.

"Kau tau kan aku tidak bisa hidup dengan dua wanita. Aku hanya akan mencintai satu orang saja." Ucap Javier.

"Aku tau itu." Jawab Ikasya,

Dia tau, Javier hanya mencintainya. Dia merasa sedang saat mendengar Javier berkata seperti itu. Ikasya yakin, satu wanita yang hanya dicintai Javier itu adalah dirinya.

"Maka dari itu, aku memutuskan untuk tidak menceraikan istriku dan mengakhiri hubungan kita." Ucap Javier.

Ikasya tentu sangat terpukul dengan ucapan Javier tersebut. Baru saja dia merasa berbunga-bunga saat Javier mengatakan ia akan mencintai satu wanita saja. Yang dia yakini wanita itu adalah dirinya, Tapi setelah kalimat berikutnya yang Javier ucapkan. Ikasya meras kakinya lemas, Ia tidak sanggup berdiri dan dia terjatuh dihadapan Javier saat itu juga.

Ada alasan lain kenapa Javier menghindari kedua wanita itu akhir-akhir ini. Ia sengaja tidak menemui Ikasya dan juga Nachella dalam beberapa hari ini. Javier hanya ingin tau, hatinya itu lebih merindukan siapa diantara kedua wanita itu. Setelah beberapa hari ia berpikir, ia yakin. Ia tidak bisa kehilangan Nachella. Hatinya lebih memilih Nachella yang Javier sadari, itu seharusnya yang dia rasakan sejak dulu. Bukan memilih wanita lain.

"Maaf, aku mengingkari janjiku untuk menikahimu Ikasya." Ucap Javier.

Javier menekuk lututnya untuk menyamakannya tingginya dengan Ikasya. Ia melihat wajah Ikasya yang sudah menangis.

"Aku sudah menunggumu sejak lama, tapi kenapa kau begini pada akhirnya?" Ikasya menatap Javier tanpa menghapus air matanya

"Aku baru menyadari yang kita lakukan selama ini salah. Dan aku tidak ingin menjadi laki-laki brengsek yang menceraikan istrinya demi wanita lain." Ucap Javier.

"Apa kau menganggapku wanita lain sekarang? Kau sudah menganggap dia istrimu? Aku tidak percaya kau mengatakan itu dari mulut mu."

Ikasya tahu betul, selama ia menjalin hubungan dengan Javier. Pria itu tidak pernah memanggil Nachella dengan sebutan 'istri'.

"Maaf" Javier merasa bersalah telah menyakiti wanita dihadapannya itu. Wanita yang pernah ia cintai. Tapi bagaimana pun, ia harus bisa memilih siapa yang pantas untuk dipertahankan. Dan dari keputusan itu sudah pasti ada yang tersakiti.

"Jadi penantianku selama ini sia-sia?"

Ikasya masih menangis tidak terima dengan keputusan Javier yang ingin mengakhiri keputusannya.

"Maafkan aku Ikasya, aku sudah memberimu harapan palsu selama ini. Itu salahku, aku sadar. Tapi ku mohon padamu untuk melupakanku. Aku yakin banyak laki-laki yang ingin menerima cinta darimu. Kau masih bisa mendapatkan laki-laki yang lebih memcintamu dari pada aku."

Javier ingin mengakhiri hubungannya dengan Ikasya secara baik-baik. Dia tidak ingin Ikasya menyimpan dendam pada dirinya hanya karena hal itu.

"Dan jangan menemuiku lagi mulai sekarang. Aku ingin menjaga perasaan istriku." Ucap Javier lagi.

"Baiklah, tidak masalah." Ikasya mencoba menghapus air matanya yang tumpah kepipi.

Javier merasa senang Ikasya menerima keputusannya secepat itu.

"Apa kau memaafkanku Ikasya?"

Ikasya tidak menjawab apa-apa. Dia mulai berdiri dan mengusap air matanya.

"Mulai sekarang kita tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi." Ucap Javier

"Aku tahu itu." Jawab Ikasya

Javier tahu, Ikasya sedang menahan rasa sakitnya. Tapi ia berterima kasih pada Ikasya karena sudah rela melepaskannya.

Mereka berpisah secara baik-baik. Javier pergi dari sana meninggalkan Ikasya yang masih berdiri ditempat itu. Javier yakin, Ikasya pasti berhasil melupakannya.

"Aku akan mendapatkan mu lagi"  Ikasya melihat Javier sudah jauh pergi meninggalkannya yang masih terdiam ditempat itu.


Duke, Ayo Kita Bercerai! Where stories live. Discover now