part 40

13K 759 10
                                    

Hendrick tahu maksud tersembunyi dari Drustan yang terus mendekatinya. Dari dulu dia memang berniat merebut posisi Hendrick sebagai putra mahkota.

Mereka memang adik kakak, namun beda ibu. Dan ratu yang bertahta sekarang ini adalah ibunya Drustan yang dulunya adalah seorang selir.

"Kau sama saja seperti ibumu."

"Tentu saja, kami ibu dan anak. Mempunyai kesamaan sudah hal yang wajar," ucap Drustan tanpa melepas senyum diwajahnya.

"Kau tahu aku banyak menyimpan dendam padamu."

"Tentang ibumu? Sudah kukatakan bukan aku yang membunuhnya."

Hendrick teringat ia ditinggalkan oleh ibunya saat dia masih berusia sepuluh tahun. Ia menganggap kematian ibunya sudah direncanakan, dan orang yang paling ia curigai adalah selir ayahnya dan anak laki-laki nya.

Tentu saja mereka punya motif yang kuat. dan ratu disaat itu meninggal, maka merekalah yang paling diuntungkan.

Mengingat dulu ibunya tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan selir itu.

"Secantik apa calon kakak iparku itu? Apa aku mengenalnya?" Drustan mengalihkan topik lain dan ia berhasil menghentikan lamunan Hendrick.

Namun yang ia dapat bukan jawaban dari Hendrick, hanya helaan nafas yang ia dengar dan tatapan dingin yang masih tertuju padanya.

"Apa kau mengetahui apa yang akan kulakukan padanya?" Nada suara Drustan menurun, kali ini sudah tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya. Sedari semula, senyum itu memang palsu.

Hendrick mengernyitkan dahi sambil terus menatap tajam kearah Drustan yang sudah memunculkan sosok aslinya itu.

Tidak lama, Drustan lagi-lagi hendak membuka mulut, namun Hendrick lebih dulu menendang pria itu dengan satu kakinya.

Karena serangan yang tiba-tiba, Drustan berhasil dijatuhkan dari atas kasurnya ke lantai dingin dengan posisi tubuhnya jatuh menyamping dan menindih salah satu tangannya.

"Kau harus tahu akibatnya jika kau punya niat menyakiti calon istriku!" Hendrick langsung turun dari ranjangnya, berdiri tepat di hadapan Drustan yang belum bangun dari posisinya.

"Jangan sembarangan menyimpulkan seperti itu, aku hanya bercanda," ucap Drustan sambil berdiri, mensejajarkan matanya dihadapan mata Hendrick dalam jarak dekat.

"Masalahnya aku tidak ingin mendengar candaanmu itu," kata Hendrick dengan nada ketus.

Drustan memalingkan wajahnya, berjalan kearah cermin yang menempel di dinding ruangan itu. Di sana, ia terlihat sedang memperhatikan pantulan wajahnya dengan serius.

"Aku juga ingin menikah, tapi karna kau lah, tidak ada gadis yang menyukai wajahku dengan bekas luka panjang ini. Padahal ini terlihat keren."

Setahu Hendrick, manusia seperti Drustan tidak ada cinta dalam hatinya, hanya ada kegilaan yang terus mengontrol dirinya.

Itulah hal lain yang membuat Hendrick membenci Drustan adalah karena pria itu mempunyai kelainan dalam dirinya.

Kelainan yang membuatnya senang melakukan kekerasan bahkan membunuh. Drustan sudah membunuh banyak pelayan wanita dan menyiksa para tahanan, itu yang membuatnya diasingkan ke dalam hutan yang jauh dengan tujuan Drustan dapat berubah. Karena manusia seliar itu akan lebih pantas hidup di lingkungan yang serupa.

Justru selama berada disana, ia melampiaskannya pada hewan-hewan yang ada di hutan itu. Menyiksa, membunuh, memakan. Itu yang membuatnya bertahan hidup selama lima tahun pengasingan.

Duke, Ayo Kita Bercerai! Where stories live. Discover now