part 25

27.9K 1.9K 16
                                    


Karena kajadian itu, Nachella dan Merina tidak dapat pergi, karena Javier memerintahkan para pelayan yang lain untuk mengurung Nachella dikamar. Dia tidak dapat memberontak saat itu. 

Beberapa hari berlalu, Nachella masih dikurung dikamar itu. Makan saja hanya diantarkan oleh pelayan pribadinya ke kamar. Sudah berkali-kali ia dan Merina mencoba kabur, tapi selalu gagal. Dimana-mana banyak penjaga di kediaman itu.

Awalnya Javier berniat mengurungnya tiga hari saja, tapi setiap Nachella ketahuan hendak kabur, Javier menambah hukumannya untuk dikurung dikamar selama tiga hari lagi. Entah berapa lama Nachella sudah dikamar itu, karena ia sering ketahuan hendak kabur.

"Bukankah itu terlalu jahat, Duchess bisa semakin membenci anda." Mark berdiri dihadapan pria yang sedang sibuk dengan beberapa kertas yang ada di atas mejanya.

"Jika tidak seperti itu dia akan mencoba kabur dan mengadu pada orang tuanya." Pria itu tidak melihat lawan bicaranya, matanya masih tertuju pada kertas-kertas yang ada ditangannya.

"Ini semakin Memperburuk keadaan saja Duke." Mark menghembuskan nafas kasar.

Javier melempar kertas yang ada ditangannya ke atas meja, lalu ia berdiri dari kursi itu, menyandarkan bokongnya di sisi meja, lalu Javier melipat kedua tangannya di depan badan sambil menghadap Mark.
"Kau tahu sendiri aku sudah tidak ingin bercerai. Malam itu aku sampai menagis memohon padanya tapi dia tidak perduli, kurasa hanya ini yang bisa kulakukan agar dia tidak pergi dari sini."

"Saya tahu, tapi ini tidak membuat hubungan kalian membaik."

Javier tahu itu, sudah tidak ada cara untuk memperbaiki hubungannya. Nachella terlanjur membencinya. Mengurung Nachella seperti itu juga membuatnya kasihan.  Javier sadar dia egois karena menahan Nachella. Ingin dilepaskan, hatinya tidak ikhlas.

_________

Drrrt..

Terdengar suara pintu yang dibuka, wanita didalamnya langsung melihat kearah pintu itu, mengamati siapa yang masuk ke kamar nya.

"Javier?" Nachella turun dari ranjangnya berlari kecil menghampiri Javier, orang yang membuka pintu itu.

"Kau tahu, aku bosan dikamar ini berhari-hari. Bagaimana kau bisa sekejam itu padaku?!" Ia menatap lekat mata pria itu sambil berkacak pinggang. Nachella kesal, karena ia diperlakukan seperti seorang sandra.

"Mulai hari ini kau ku bebaskan. Tapi ingat, jangan kabur!"

"Ck! Tenang saja, aku tidak akan kabur jika kau mengizinkan ku pergi dari tem... "

"JANGAN MEMBANTAH!" Javier memotong ucapan Nachella dan memukul pintu yang yang ada disampingnya dengan keras, membuat Nachella terkejut.

Sungguh, dia tidak bisa hidup dengan pria kasar seperti Javier. Keputusannya untuk bercerai sudah paling benar.

"Kau bebas berkeliaran di kediaman ini. jika ingin keluar, harus denganku." ketus nya.

"Kau tidak bisa memaksaku, aku tidak ingin selamanya hidup dikekang seperti ini."

"Huuh... Nachella, aku akan memberimu apa saja yang kau inginkan, aku akan turuti semuanya. Selain bercerai." Javier maraih kedua tangan Nachella, dan menurunkan nada suaranya menjadi lembut kembali, ia tidak ingin membuat Nachella semakin benci padanya karena selalu membentak.

"Selain itu tidak ada yang kuinginkan lagi!" Dengan cepat ia menarik kedua tangannya dengan kasar dari genggaman Javier.

"Tidak bisakah kau lihat ketulusanku?"

"Apa kau ingin hidup dengan seseorang yang tidak tulus mencintaimu?" Nachella balik bertanya.

Javier membeku, tidak dicintai Nachella ternyata rasanya sesakit ini. Dia menyesal karena ia telah menyia-nyiakan istrinya yang dulu tulus mencintainya.

__________

Karina memasuki kamar Hendrick dan bertanya pada pria itu. "Kakak, benarkah suami kak Nachella mempunyai kekasih lain?"

"Rumornya seperti itu." Hendrick melirik sebentar kearah Karina, lalu ia mengambil salah satu buku dan membacanya dengan santai.

"Kenapa kau diam saja? Kak Nachella kan juga sahabat kita."

"Aku tidak ada hak mencampuri urusan rumah tangga orang." Hendrick masih sibuk dengan buku ditangannya, membalik buku itu halaman demi halaman.

Sikap cuek Hendrick bukan hal yang mengherankan. Tapi kenapa dia bisa sesantai itu? Karina tahu kakaknya menyukai Nachella sejak lama.

Dia dan kakaknya hanya terpaut tiga tahun. Hendrick hanya lebih tua setahun dari Nachella, mereka bertiga tidak bisa dipisahkan dulu, sebelum Nachella memutuskan untuk menikah.

Karina pikir, seandainya Hendrick lebih dulu mengungkapkan perasaannya, pasti Nachella tidak akan menikah dengan pria lain. Tapi berbeda dengan Hendrick yang berpikir dia akan merusak persahabatannya jika ia mengakui menyukai Nachella.

"Jika rumor itu benar, jadikan ini kesempatan untuk kakak kembali mendapatkan kak Nachella." Karina berjalan menghampiri Hendrick, ia mengambil buku yang ada ditangan kakaknya, dan menyingkirkan buku itu.

"Aku tidak ingin merebut istri orang."

Memang benar, Hendrick akui dia begitu mencintai Nachella, sampai detik inipun dia masih belum berhasil mengubur perasaannya itu. Ia mencoba mengikhlaskan Nachella yang sudah menikah dengan pria lain, tapi usahanya belum berhasil untuk menghilangkan Nachella dari hatinya. Bukan berarti dia bisa mengambil kesempatan ini dan memaksa Nachella untuk mencintainya juga, dia tidak ingin menjadi pria jahat.

"Sampai kapan kau mengalah seperti ini kak? Apa kau ingin melihat kak Nachella hidup menderita?"

"Aku percaya padanya, wanita seperti Nachella pasti bisa mengatasi masalahnya sendiri. Dan jika rumor itu benar, mana mungkin dia mau hidup dengan Javier sampai saat ini."

"Hahh.. Padahal aku sudah sangat berharap dia menjadi kakak iparku."

Hendrick hanya tersenyum pahit mendengar keinginan adiknya. Dia juga berharap seperti itu, tapi harapan hanyalah harapan.

"Tapi jika suatu saat kak Nachella bercerai dengan suaminya, aku ingin kau bisa mendapatkan hati kak Nachella. Dan jadikan dia istrimu!"

"Jahat sekali, kau mengharapkan kehancuran dirumah tangga orang." Hendrick mencubit gemas hidung adiknya itu.

"Bukan maksudku begitu, kan ku katakan 'jika'."

"Jika itu tidak terjadi?" tanya Hendrick

"Tanggung sendiri kesalahamu karena sudah menyia-nyiakan kesempatan dulu."

"Aku tidak bisa memaksanya, dia berhak memilih pria yang dicintainya."

Karina tahu kakaknya itu meragukan perasaan Nachella. Seharusnya sebagai laki-laki, dia yang mengatakan perasaannya terlebih dahulu. Diterima atau tidak, itu masalah belakangan, yang penting dia harus tahu perasaan Nachella terhadapnya seperti apa.

Pria itu hanya menunggu sinyal dari Nachella, hah! Dasar pengecut. Jika sudah seperti ini dia yang akan menanggung cinta sepihak. Itu sangat menyiksa bukan? Lebih baik gagal daripada belum mencoba. Ini akan menjadi penyesalan terberat Hendrick.

"Apa kakak mau menikah dalam waktu dekat ini?" tanya Karina, kakaknya itu juga dituntut ayahnya untuk segera menikah, sudah berapa kali dia dijodohkan. Tapi Hendrick selalu menolak dengan berbagai alasan. Karina tahu, dia masih belum bisa melupakan Nachella.

"Aku belum berniat menikah untuk saat ini." jawab Hendrick

"Tentu saja, karenanya calonnya sudah menjadi istri orang bukan? Itu karena kau pengecut." Karina menunjuk wajah Hendrick kesal.

"Sudahlah karina, jangan dibahas lagi."

"Berdoa sajalah kau diberikan kesempatan kedua kak, kuharap kau tidak membuat kesalahan yang sama jika kesempatan itu datang." Karina langsung membalik badannya membelakangi Hendrick dan berjalan keluar dari kamar itu tanpa permisi.

Hendrick tidak menanggapi apa-apa, dia terdiam berdiri sambil memandang adiknya yang berjalan pergi.

Apa mungkin kesempatan itu datang padanya? Hendrick pun berharap demikian. Sudah cukup dia menjadi pengecut, dia akan mengambil hati Nachella jika kesempatan itu datang.

Duke, Ayo Kita Bercerai! Where stories live. Discover now