part 42

9.9K 666 5
                                    

Memiliki keterampilan membunuh, tidak membuat Drustan memakai cara itu untuk mengalahkan Hendrick. Lebih tepatnya 'terpaksa'. Beberapa hari ini ia dibuat berpikir keras mengenai hal itu.

Drustan memutuskan hari ini ia akan berburu di hutan untuk menghilangkan kesuntukkannya.

Demi reputasi yang ia jaga, Drustan menahan hasrat dalam dirinya untuk membunuh manusia.

Berencana menggantikan posisi sebagai penerus raja, tentu rakyat tidak boleh mengetahui tentang dirinya yang asli.

Mulai sekarang, ia akan mematahkan rumor yang menyebar tentangnya. Menggantikan hobinya itu dengan berburu binatang di hutan.

Drustan dapat melihat seekor burung yang melintas tidak jauh darinya. Saat itu juga, ia langsung menembakkan anak panah dengan menjadikan burung itu sebagai sasaran.

Tembakannya tidak meleset, burung itu jatuh seketika. Saat mendekati burung itu, ia melihat sesuatu yang aneh.

"Kenapa ada dua anak panah?"
Drustan tidak mengenali satu anak panah yang juga menancap di tubuh burung itu dan berbeda dari yang dia punya.

"Kurasa kita menembakkan pada satu buruan yang sama."

Drustan melihat seorang pria yang muncul dibalik pohon. Terlihat, pria itu juga awalnya terkejut karena kehadiran Drustan.

Pria berambut hitam yang tidak ia kenali itu mendekatinya. Mencabut kembali satu anak panah yang sudah menancap ditubuh burung itu. "Kau bisa memilikinya."

"Kau mengalah begitu saja? Bukankah belum tentu aku yang menembakkannya lebih dulu?"

Drustan juga tidak melihat ada anak panah lain yang ikut terbang menuju sasaran yang sama pada detik itu.

"Itu hanya burung, tidak apa." Pria itu berjalan ke arah lain sambil terus mencari hewan lain yang bisa ia buru.

"Baiklah ini akan jadi milikku. Kau tidak boleh mengambilnya kembali." Lumayan, burung itu bisa dijadikan santapan makan siangnya, karena hari ini ia tidak berencana kembali ke istana.

"Ya tentu saja. Aku tidak mencap itu sebagai milikku, kau boleh mengambilnya."

"Kau bersikap seolah-olah sedang memberi santunan. Tembakanku juga mengenai burung ini," ucap Drustan tidak ingin mengalah.

"Aku tidak bermaksud begitu." Pria dengan rambut hitam itu kembali menatap Drustan dengan helaan napas kasar yang dapat ia dengar.

"Baiklah, aku anggap kau orang yang gampang mengikhlaskan."

"Aku bukan orang yang seperti itu! Untuk yang benar-benar milikku, tidak akan aku biarkan jatuh ke tangan orang lain."

"Bagaimana dengan ini?" Drustan mengangkat burung mati yang ada ditangannya.

"Aku tidak berbicara soal burung!"

Drustan melihat emosi di wajah pria itu. Bertemu orang asing ditengah hutan tidak pernah ia alami apalagi saat sedang berburu seperti ini.

Sewaktu pengasingannya, Drustan pernah berharap bertemu manusia di tengah hutan agar bisa ia bunuh untuk memuaskan hasrat gilanya.

Apa aku harus membunuhnya?

Ah tidak, dia sudah berjanji pada ibunya untuk bertahan tidak melakukan itu lagi. Lagipula
kali ini ia lebih penasaran siapa pria asing yang ia temui itu. Dari penampilan, sepertinya pria itu bukan orang biasa.

Apa dia seorang bangsawan?

"Duke, saya dapat rusa."

Drustan melihat pria lain sedang berlari mendekat dengan rusa mati yang ia bawa.

Duke, Ayo Kita Bercerai! Where stories live. Discover now