part 24

26.9K 2.1K 43
                                    


DEG!

Nachella merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Ini hal tidak biasa yang terjadi pada tubuhnya. Baru kali ini ia begitu berdebar saat ditatap Javier.

Hal yang sama pun terjadi pada pria itu. Bersusah payah ia mengontrol dirinya agar terlihat tenang. Lagi-lagi dia memasang topeng percaya diri diwajahnya, bersikap sok keren dihadapkan Nachella.

Keduanya diam tanpa mengalihkan pandangan yang saling bertatapan. Namun, hanya lima detik mereka bisa bertahan. Setelah itu, dengan canggung keduanya saling menjauhkan jarak mereka. Lima detik cukup lama yang mereka rasakan.

SIAL! Javier kesal ia masih tidak bisa menahan rasa malunya. Menjadi Salah tingkah sendiri karena perbuatannya.

Pipi mereka terlihat memerah, suasana pun menjadi canggung. Namun kali ini mereka tidak saling bertatapan.

'Kenapa disini panas sekali' Nachella dapat memastikan Javier serius dengan kata-katanya, namun hatinya masih belum bisa menerima keputusan Javier untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia hanya tidak percaya akan cinta. Baginya sekali dikhianati sudah cukup untuk tidak mempercayai lagi. Memaafkan? Bisa saja dilakukan, tapi bukan berarti itu menjadi jawaban dia akan menerima lagi.

"Wajahmu itu lucu sekali saat sedang malu." Javier mencoba mencairkan kecanggungan yang tercipta diantara mereka. Javier pun sadar dia juga malu saat ini, namun dia tutup-tutupi.

"Jangan mengada-ngada! Aku tidak sedang malu." Nachella menyetuh kedua pipinya yang memerah itu.

"Terserah saja."

"Jangan macam-macam denganku!" Nachella menunjukan wajah Javier dengan berani.

"Apa kau tetap ingin bercerai?"

"Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untuk bercerai darimu."

"Hahh.. Baiklah, aku juga akan melakukan apa saja agar kau tidak berani meninggalkanku." Javier menepis tangan Nachella yang sedari tadi menunjuk-nunjuk wajahnya. Ia kembali terseyum memandang Nachella, mengingat apa yang harus dia lakukan jika Nachella tetap ingin bercerai.

"Itu tidak akan terjadi." Nachella seolah mengetahui isi kepala Javier saat ini. Mulai sekarang, ia harus berhati-hati dihadapan pria itu. Nachella harus menghindar dari niat jahat Javier.

"Sepertinya aku tidak bisa menunggu sampai perceraian kita, saat ini juga aku harus keluar dari kediaman ini."  Itu cara Satu-satunya untuk menghindari Javier, ia akan tinggal dirumah orang tuanya sekarang. Tinggal bersama Javier sama saja mengurung diri di kandang macan.

"Aku tidak mengatakan akan menceritakan mu."

"Kau pernah mengatasi itu, jika kau ingat." Dulu, memang pernah Javier berulang kali mengatakan akan menceritakan Nachella, tapi itu sebelum ia menyadari perasaannya. Sekarang Javier sangat yakin dengan keputusan untuk membatalkan rencana awalnya.

"NACHELLA!! KAU TIDAK KU IZINKAN PERGI DARI SINI." Javier berteriak memanggil Nachella yang pergi meninggalkan nya. Nachella kembali ke kamar, mengemasi Baju-bajunya yang ada dilemari. Tidak perduli Javier yang sedari tadi mencegatnya. Lalu dia keluar dari kamar itu dan memanggil Merina untuk ikut dengannya.

"Duchess mau kemana?"

"Kita pergi dari sini."

Merina sebagai pelayan pribadi, tentu mengikuti apa yang dikatakan Nachella. Ia menyetujui untuk pergi dari kediaman itu. Merina juga langsung mengemasi barangnya untuk ikut dengan Nachella.

"TIDAK! KAU TIDAK BISA PERGI DARI KU!"

"KENAPA TIDAK? JANGAN HALANGI AKU!"

Javier menahan tangan Nachella, pria itu kalang kabut di saat istrinya itu hendak meninggalkannya.

Nachella terus saja mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya. Namun Javier sama sekali tidak melepas genggamannya. Nachella merasakan tangannya cukup sakit di tarik seperti itu.

"LEPAS!!"

"JANGAN MENCOBA KABUR DARIKU."

Nachella pikir dia tidak mencoba kabur dari Javier, kabur itu diam-diam bukan terang-terangan seperti itu.

Selama ini, Nachella belum pernah melihat Javier merengek padanya. Pria itu lebih terlihat seperti seorang anak yang menangis melarang orang tuanya pergi bekerja. Sedikitpun dia tidak ingin lepas dari Nachella.

"Duchess, saya sudah siap." Merina datang menghampiri Nachella.

"Sekarang waktunya kita pergi." Nachella melangkahkan kakinya dan menepis tangan Javier.

Bukannya lepas dari Javier, pria itu semakin kuat menahannya. Bahkan kaki Nachella tidak dapat digerakkan. Javier berlutut memeluk kaki Nachella, melarang istrinya itu pergi.

"Kau tidak malu melakukan ini?" Mengingat Javier tidak pernah memohon seperti itu, membuat rendah harga dirinya.

"Jika kau pergi, aku akan lebih menyesal." Persetan dengan harga diri, yang Javier butuhkan sekarang adalah Nachella. Mencium kaki Nachella pun dia sanggupi agar wanita itu tidak jadi meningalkannya.

Hanya mereka saja yang berdebat, tapi cukup membuat ricuh suasana di tempat itu. Para pelayan dan penjaga disana, termasuk Zen dan Mark mencari sumber suara dari mana keributan itu berasal. Dan menyaksikan moment langka yang mungkin saja hanya akan mereka lihat sekali seumur hidup. Javier, majikan mereka menangis sesegukan sambil menahan kaki Nachella. Tentu itu membuat mereka saling memandang satu sama lain memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa tuan mereka yang selama ini tegas, berwibawa dan mempunyai harga diri yang tinggi, sekarang terlihat tidak sedewasa itu?

"Pelankan suaramu Javier, kau membuat telingaku sakit." Nachella menutup kedua telinganya mendengar Javier yang terus saja memohon sambil menangis padanya.

Pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Zen menahan tawa melihat tuannya bertingah kekanakan seperti itu.

"Duke, berhentilah menangis. Banyak yang melihat anda sekarang." Mark menghampiri tuannya, menekuk lututnya ke lantai untuk menghadap Javier. Tidak pernah ia melihat Javier jadi selemah itu.

"Lepaskan dia dari kakiku Mark."

Mark melaksanakan perintah Nachella, ia mencoba menarik Javier. Dan Zen juga tidak diam saja, dia ikut membantu Mark. Zen mencoba melepaskan cengkraman tangan Javier dikaki Nachella sementara Mark menarik tubuh Javier.

"MENJAUH KALIAN!" Javier menatap kedua pria itu.

"Sadarlah Duke, jangan seperti ini." Mark semakin kuat menarik tubuh Javier, namun Javier semakin lengket dikaki Nachella. Tangannya pun sulit untuk dilepaskan. Zen hampir menyerah.

Sementara Nachella, ia meminta bantuan Merina untuk menahan tubuhnya dan sebisa mungkin menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh, tubuhnya hampir oleng karena ulah ketiga pria itu.

'Kenapa aku yang malu.'
Ini cukup membuat Nachella malu saat dilihat para pelayan dan penjaga lain yang juga menyaksikan kejadian itu.

"Bisakah lebih cepat kalian lepaskan dia dari kakiku?" Nachella sudah tidak tahan, kakinya terasa sakit saat dipeluk Javier dengan erat.

"Kami sedang berusaha." jawab Zen.

Kedua pria itu mengeluarkan seluruh tenaganya untuk  menarik Javier. Setelah pelukannya dirasa sedikit melonggar, Nachella berusaha mengangkat sebelah kakinya agar bisa lepas. Saat menarik kakinya dengan paksa, lututnya tidak sengaja mengenai wajah Javier, tepat di hidung pria itu. Javier terjatuh kebelakang menindih Mark yang ada dibelakangnya.

"Duke, anda tidak apa-apa?" Zen membantu Javier untuk berdiri.

"Darah." Mark menunjuk hidung Javier yang mengeluarkan darah segar.

Javier menyentuh hidungnya. benar saja, ada darah disana. karena lutut Nachella begitu kuat menghantam hidungnya.

"Aku tidak sengaja." Nachella menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia kembali takut saat ditatap Javier dengan tajam. Apa pria itu akan marah? Salah sendri sudah menahan Nachella. Emosinya cepat sekali berubah.

Duke, Ayo Kita Bercerai! Where stories live. Discover now