Bab 13

638 37 1
                                    

Para warga sengaja mencegah Pak Heru yang ingin mendekati Indah. Pria yang sudah bertahun-tahun menjadi RT itu, menangis melihat sang anak kesakitan.

"Kau apakan anakku, Ba! Kau apakan dia!" Teriak Pak Heru kepada Adiba.

Adiba menggelengkan kepala. "Saya tidak melakukan apa pun, Pak. Saya berusaha menolong Indah,"

"Aaarrrgggh! Pergi! Wanita iblis! Pergiii!" Rengek Indah yang terus menerus kesakitan.

"Kamu yang pergi! Jangan ganggu gadis ini!" Seru Adiba sambil terus melafalkan ayat-ayat suci.

"PANASS! PANASS!" Jerit Indah.

Adiba duduk bersimpuh. Gamis longgarnya tertiup angin. Entah, bagaimana sang angin bisa masuk ke dalam kamar. Padahal kondisi jendela kamar Indah semuanya tertutup.

"Tolong jangan sakiti anakku! Lihatlah, dia sudah begitu menderita." Pinta Pak Heru. Indah memang kesurupan, tapi Pak Heru tak tega melihat anak gadisnya merintih kesakitan. Apalagi saat Adiba mengeraskan suaranya saat membaca ayat suci.

Adiba tak menggubris ucapan Pak Heru. Sambil terus melafalkan ayat-ayat suci, Adiba menarik tubuh Indah, menempelkan tangan ke jilbab Indah.

"Aku tidak tahu siapa kamu, dan bagaimana kamu bisa ada di sini. Tapi, aku harus memaksamu pergi. Kau sudah menyakiti temanku,"

"AAAAAARRRRGGGGHHH!" Lengkingan jeritan Indah terdengar pilu. Ada sesuatu yang dipaksa keluar dari tubuhnya. Adiba sempat merasa kewalahan, namun berkat pertolongan dari Sang Pencipta, Adiba berhasil mengeluarkan sosok yang merasuki Indah. Tak lama kemudian, Indah terkulai lemas. Tergeletak di lantai tak berdaya. Ada yang keluar dari ubun-ubun kepalanya. Sesuatu yang berhasil Adiba keluarkan dengan segenap tenaga.

Hening beberapa saat. Adiba mengembus napas panjang, menyeka keringat di dahi yang tertutup jilbab.

"Huek!" Perut Indah terasa mual. Ia memuntahkan isi perutnya. Kali ini bukan darah atau hewan melata yang keluar, namun sebuah keris kecil berbentuk ular.

"Astaghfirullahaladzim," Adiba langsung memungut benda tersebut.

"Ndah, sejak kapan kamu ..." Adiba menatap tajam ke arah Indah. Gadis itu sengaja mengalihkan pandangan. Tubuhnya masih lemas.

"INDAH!" Pak Heru datang memeluk Indah. Mencium keningnya berkali-kali. Ia bersyukur Indah sudah tak kerasukan.

"Terima kasih, Ba. Atas pertolonganmu," ucap Pak Heru.

"Sama-sama Pak. Semua berkat pertolongan Allah, saya hanya perantara saja." Balas Adiba yang sengaja menyembunyikan benda yang dimuntahkan oleh Indah.

"Mas Ahmad tidak apa-apa?" Yudi menolong Ahmad yang tergeletak tak berdaya. Para warga yang ditabraknya tadi pun ikut merasakan sakit akibat tubuh Ahmad. Lalu beberapa warga memutuskan untuk pulang. Ada juga yang masih bertahan, mereka masih penasaran dengan situasi saat ini.

"Tidak apa-apa, Mas." Tukas Ahmad. Tubuhnya terasa sakit. Ia tak menyangka jika sosok yang berada di dalam tubuh Indah begitu kuat. Ia berganti memandang ke arah Adiba. Ia penasaran dengan gadis itu. Kenapa Adiba yang hanya seorang gadis remaja, mampu menangani hal semacam itu? Sekarang Ahmad mulai paham, mengapa Kiai Sobirin begitu khawatir dengan Adiba.

"Sekarang kalian semua pulang! Biarkan Pak Heru dan Indah istirahat!" Titah Pak Parta yang sedari tadi ikut pulang bersama Pak Heru dan juga Popon.

Para warga pun berjalan bersamaan keluar dari rumah Pak Heru. Sayup-sayup terdengar mereka saling berbisik. Namun, yang sangat mengganggu telinga, ketika salah satu warga berbisik di dekat Ahmad.

"Jangan-jangan Indah kesurupan arwah Nunung. Dulu juga pernah si Wati kesurupan, sampai meninggal pula. Beruntung sekali si Indah, bisa di selamatkan Adiba. Adiba memang hebat, pasti dia mewarisi ilmu bapaknya, Suparta. Dukun sakti terhebat di sini, dulu."

JALAN PULANGWhere stories live. Discover now