Bab 41

553 33 2
                                    

"Maafkan aku, Ba. Aku terpaksa melakukannya. Semenjak pindah ke desa, aku sudah merasa tertekan, Ba. Semua kebohongan yang dibuat orang itu, benar-benar membuatku muak. Seolah-olah, kita yang salah, bukan dia." Ucap Yudi sembari menahan perih, di sekujur tubuhnya.

"Tapi kenapa, Mas!" Teriak Adiba. Suaranya sedikit serak. Napasnya juga tersengal-sengal.

"Aku tidak ingin, semua yang terjadi, menjadikanmu seperti ini. Lihatlah, bahkan kau sendiri, melepaskannya, hanya demi menolongku dan semua orang. Dan kau pun juga, semakin menggila dengan menghasut orang-orang itu, untuk menyingkirkan orang yang tak sepenuhnya bersalah. Jangan berubah, demi orang lain, Ba. Temukan dirimu yang dulu, Mas rindu ... Mas rindu," Yudi berjalan setapak demi setapak, mendekati Adiba.

BRAK!

Dalam itungan seperkian detik, tubuh Adiba tiba-tiba saja terpental, terseret jauh dari tempat Yudi berdiri.

"Mati kau, iblis jahanam!" Seru Ipul, dengan telunjuk masih mengarah ke tempat Adiba semula.

"SAIFUL!" Gertak Yudi.

"Opo? Wani kowe! (Apa? Berani kamu)" Tantang Ipul.

"Saya tidak tahu, apa hubunganmu dengan gadis itu. Tetapi, saya akan bantu kamu untuk mengalahkan dia, saya memang berencana membunuh semua orang. Akan tetapi, saya akan kesulitan jika dia masih hidup." Ujar Nyai Sekar, pada Yudi.

"Saya tidak butuh bantuanmu. Apa kau lupa, kejadian di gapura waktu itu? Kau mencoba mengancamku. Dan sekarang, setelah kau tak berdaya, kau dengan mudah menawarkan bantuan, dasar tidak tahu diri." Ejek Yudi dengan senyuman di sudut bibir.

"Sombong sekali kamu!" Seru Nyai Sekar. Ia sedikit kesal, dengan sikap Yudi yang tiba-tiba angkuh.

"Kang, lihatlah wanita ini! Dia mencoba merayuku," Yudi mengalihkan pembicaraan.

"Hahaha! Hahaha!" Ipul hanya tertawa mendengarnya.

"Rupanya kalian bersekutu," ucap Nyai Sekar.

"Sekar! Sekar!" Ejek Ipul.

Nyai Sekar mencoba memejamkan mata. Ia berusaha memulihkan tenaga. Meskipun hatinya begitu marah mendengar ucapan kedua laki-laki tersebut.

"Manusia keparat! Saya bunuh kalian!" Umpatnya dalam hati. Nyai Sekar merapatkan kedua tangan. Mulutnya terlihat mendumal. Tak lama kemudian, sesuatu yang bersinar muncul dari belakang punggungnya.

"Meskipun kau berulang kali memulihkan tenagamu, kau tidak akan bisa melawan saya, Sekar!" Ipul segera mendekat, memberi serangan kecil ke arah Nyai Sekar. Ia mengayunkan pisau kecil ke arah wanita itu, bermaksud menusukkannya di perut. Akan tetapi ...

"Mas ..."

Suara seorang wanita tiba-tiba saja mengejutkan Ipul.

"L-lastri ..."

"Huek! Huek!" Yudi merasa perutnya mual. Ia dengan cepat memuntahkan isi perutnya. Aroma tak sedap yang berasal dari tubuh wanita yang dipanggil Lastri itu, sungguh membuatnya pusing serta mual.

"Mas ..." Lastri semakin mendekat. Ipul melenggang, menyambut kedatangan Lastri.

Wanita dengan gaun kain kafan kumal penuh lumpur dan bekas noda darah itu, tersenyum lembut. Perlahan dirinya mendekat, akan tetapi jauh dari posisi tubuhnya, sedang berdiri seseorang yang sengaja berdiam diri, menyaksikan pertemuan haru kedua insan itu.

"Kang, jangan tertipu Kang! Eling, Kang! Dia sudah lama mati!" Teriak Yudi mencoba menyadarkan Ipul.

"Sepertinya, rencana saya berhasil." Lirih Nyai Sekar sembari menyentuh lengan Yudi, tanpa sepengetahuan pemuda itu.

JALAN PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang