Bab 24

558 35 0
                                    

"Hehe, maap." Ucap Yudi sambil cengengesan. "Lepaskan tali ini, biar saya bersihkan air kencingnya." Lanjut Yudi.

"Dasar manusia jorok!" Maki Ipul, sambil melepas ikatan di tangan dan di kaki Yudi. Ia juga tidak mau jika disuruh membersihkan air kencing orang lain.

"Cepat bersihkan! Awas, jangan coba-coba untuk kabur!" Ancam Ipul. Tak lama kemudian pria itu pergi sambil menutup pintu dengan keras.

Yudi mengangguk, lalu segera melepas sarung. Kemudian berjalan menuju pintu, mengintip keadaan Ahmad.

"Bagaimana caranya supaya bisa kabur dari sini? Saya harus segera membantu Mas Ahmad," lirih Yudi sembari terus berpikir.

Sementara Yudi mencari cara untuk kabur, Pak Sulaiman pergi menuju kediaman Pak Parta. Setibanya di sana, Pak Sulaiman berulang kali mengetuk pintu, namun tak jua sang pemilik rumah keluar.

"Assalamu'allaikum, Ba Adiba!" Panggil Pak Sulaiman. Hening, tidak ada sahutan dari dalam. Pak Sulaiman mulai curiga, lalu ia membuka paksa pintu rumah Pak Parta.

Setelah berhasil membuka pintu, Pak Sulaiman segera masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Adiba, namun sayang gadis itu tak berada di dalam.

"Gawat! Adiba pergi,"

Tiga puluh menit yang lalu, sebelum kedatangan Pak Sulaiman, seseorang datang berkunjung ke rumah Pak Parta. Seseorang tersebut berusaha membujuk Adiba supaya mau pergi dari rumah. Firasatnya mengatakan,  gadis tersebut sedang berada dalam bahaya. Awalnya Adiba menolak, namun ketika mendengar penjelasan sang orang misterius, Adiba pun menuruti perkataannya.

Dengan cepat Adiba lari menuju hutan. Ia mencari gubuk tua yang sengaja dipilih orang misterius untuk tempat bersembunyi. Namun, Adiba kesulitan mencari gubuk itu. Semunya tampak gelap. Hanya beberapa pohon dan tanaman liar yang ia lihat. Itu pun karena terkena cahaya rembulan. Tanpa penerangan apa pun, Adiba nekat menerobos gelapnya malam.

"Aarrggh!" Teriak Adiba saat kakinya tersandung bongkahan kayu yang melintang di atas tanah. Gadis itu terjatuh, ia menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Tangisan di matanya kian pecah saat mengingat ucapan orang tersebut. Di temani cahaya rembulan, Adiba terisak sendiri di tengah hutan yang dipenuhi pepohonan rindang. Gadis itu terus menangis tanpa berhenti.

Kembali ke Pak Sulaiman, pria tua itu segera kembali ke rumah. Dengan langkah tergesa-gesa, Pak sulaiman sampai tak sadar telah di sapa oleh Pak Heru. Pria itu mengabaikan keberadaan Pak Heru yang sedari tadi memanggilnya dari arah belakang.

Merasa curiga, Pak Heru bergegas membuntuti langkah Pak Sulaiman. Tak seperti biasanya, Pak Sulaiman bersikap seperti itu. Pak Heru menduga jika pria tua itu sedang menyembunyikan sesuatu.

Saat tiba di kediaman Pak Sulaiman, Pak Heru bersembunyi di bawah pohon dekat dengan jendela. Ia mencoba mencari celah supaya bisa mengintip aktifitas yang dilakukan Pak Sulaiman.

"Gawat Pul! Gawat!" Pak Sulaiman datang dengan raut wajah panik.

"Ada apa, Man? Coba bicara yang jelas." Titah Ipul.

"Adiba tidak ada di rumah,"

"Apa! Bodoh kamu, Man. Saya bilang juga apa, gadis itu pasti tahu sesuatu. Cepat kumpulkan semua warga, cari gadis itu sampai dapat! Kalau bisa, bunuh saja dia! Saya sudah tidak menginginkannya lagi!" Ipul dengan wajah geram, memberi perintah pada Pak Sulaiman. Pria itu lekas pergi menuju beberapa rumah di sekitarnya. Lagi-lagi, Pak Sulaiman tidak menyadari keberadaan Pak Heru yang sedari tadi menguping di bawah jendela. Pria itu berjalan setengah berlari tanpa menoleh sedikit pun. Entah disengaja atau tidak, hanya Pak Sulaiman yang tahu, apa arti tindakan tersebut.

JALAN PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang