3

18.6K 588 4
                                    

Semua orang bertepuk tangan setelah mendengar beberapa kata dari Davin.

"Oke selanjutnya untuk calon wanita untuk memberik—" Ucap MC itu saat Amoza memotong ucapannya.

"Ga ada"

"Oke baik, karena tidak ada kata dari calon wanita kepada calon pria, mari kita lanjutkan saja untuk pertukaran cincin" Ucap MC itu.

Lalu seorang wanita datang dengan membawa sebuah kotak kecil yang berwarna merah.

Kotak itu diberikan kepada Davin

Davin membuka kotak itu lalu berlutut dihadapan Amoza.

'Anjir kenapa pake berlutut segala, gue kan jadi deg degan' Batinnya saat mendapatkan perlakuan seperti itu.

Semua orang yang melihatnya pun ikut tersenyum.

Davin mengambil satu buah cincin dari kotak itu, lalu memakaikannya di jari manis Amoza.

Davin juga mengecup singkat punggung tangan Amoza, lalu ia beranjak berdiri.

"Sekarang untuk calon wanita, silahkan pasangkan cincin nya ke jari manis pria"

'Males banget, tapi masa iya gue nolak' Batinnya lagi.

Dengan terpaksa Amoza pun mengambil cincin itu, lalu memasangkan ke jari manis Davin.

"Oke, pertukaran cincin sudah dilakukan, sekarang untuk sesi foto-foto bersama kedua pasangan yang sudah resmi bertunangan" Ucap MC yang dimeriahkan dengan tepuk tangan dari kedua keluarga.

'Aduh gue males beginian, kapan selesai si?Gue mau tidur, udah ngantuk berat ini. Ga liat apa mereka, ini udah jam berapa, hampir tengah malem coyy' Omelnya

Sungguh acara perjodohan dan pertunangan ini sangat ia benci.

Dari kehidupannya sampai dikehidupan Amoza dia harus menerima perjodohan.

Apakah takdirnya tidak bisa menentukan pilihannya sendiri?

Setelah sesi foto-foto selesai, Amoza memilih untuk pergi dari sana dan masuk ke dalam kamar

Ia membanting tubuhnya ke atas ranjang hotel itu

"Gue dijodohin sama om om, ga ada yang bener banget jodoh gue" Gumamnya sambil menatap langit-langit kamar itu.

Ceklek

Suara pintu kamar Amoza terbuka setelah seseorang membukanya. Sontak saja Amoza langsung mengubah posisinya menjadi berdiri.

Amoza menatap seorang pria yang kini sedang berjalan kearahnya.

"Lo ngapain disini?Kamar lo itu disebelah" Ucap Amoza dengan tatapan datarnya.

Davin hanya terdiam, ia tidak membalas ucapan gadisnya yang kini sedang menatapnya.

Ia malah terus melangkahkan kakinya berjalan mendekati gadisnya itu.

Sontak saja Amoza pun memundurkan selangkah demi selangkah kakinya.

Saat kakinya membentur kaki ranjang, ia pun terjatuh ke atas kasurnya.

Sementara itu Davin sama sekali tidak menghentikan langkahnya, ia terus mendekati Amoza.

"Heh, om jangan macem macem ya, gue teriak ni kalau lo berani deketin gue" Ucapan memberi peringatan dengan tatapannya yang sedikit tajam.

Namun Davin sama sekali tidak mendengarkan gadisnya itu, ia terus mendekati gadisnya yang kini terus mengoceh.

"Om gue teriak ni ya, TOL—mm" Ucapannya terpotong saat tangan Davin langsung membekap mulutnya.

"Tutup mulutmu, saya hanya ingin melihat gadis saja lebih dekat" Ucap Davin dengan suara beratnya.

Amoza menelan ludahnya susah payah setelah mendengar suara yang begitu merdu didengarnya.

"Kalau kamu menurut saya akan melepaskan tangan saya dari mulutmu" Ucapnya yang langsung diangguki oleh Amoza.

"Huft, lo mau bunuh gue hah?! Pake hidung gue lo tutup juga!" Sentak Amoza sambil mengatur napasnya.

"Maaf saya tidak sengaja" Ucapnya sambil duduk disamping Amoza.

"Ga sengaja ga sengaja, kalau gue mati gara gara kehabisan napas lo mau tanggung jawab?!" Emosi Amoza.

"Saya akan kasih napas buatan, kalau kamu mau" Ucap Davin

Plakkk

"Kenapa kamu menampar saya?" Ucap Davin sambil memegang pipinya yang terkena tamparan dari gadis yang berasal disampingnya.

"DASAR LO OM OM MESUM, BISA BISANYA LO NGOMONG KAYA GITU SAMA GUE HAH! SIALAN LO!" Kesal Amoza.

"Saya tidak mesum, saya hanya mengikuti ucapan mu untuk bertanggung jawab, lagian saya kan sudah menjadi tunanganmu"

"Apa itu jadi alasan lo buat nyium gue gitu, enak aja ga ada. Keluar lo sekarang dari kamar gue!"

"Izinkan saya untuk tidur bersamamu malam ini"

"KELUARRR!!!" Ucap Amoza dengan suaranya yang super tinggi, yang mampu membuat Davin langsung menutup kedua telinganya.

"Baik saya akan keluar, namun kecilkan suaramu terlebih dahulu"

"Terserah gue, ini mulut gue bukan mulut lo, jadi cowok ga usah ribet, tinggal keluar doang susah banget"

Davin menarik napasnya dalam dalam, ia harus bersabar dengan gadisnya ini.

"Baik saya keluar, namun saya akan kembali lagi nanti" Ucap Davin sambil beranjak dari sana.

"Terserah lo, banyak bacot banget"

Davin lebih memilih untuk mengalah, daripada ia harus bertengkar dengan gadisnya.

Saat Davin sudah keluar dari kamarnya, dengan cepat Amoza langsung menguncinya.

Ia tidak mau jika nanti tiba-tiba Davin datang kembali.







°
°
°
°
°

Typo bertebaran

Amoza (Transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang