41

4.5K 122 5
                                    

Membawa sebuah sapu untuk membantunya melawan ular yang berada didalam kamar apartemennya.

Detak jantung yang sedikit cepat karena ketakutan, berusaha ia tahan demi bisa mengeluarkan ular itu.

Dia memejamkan matanya sebelum membuka pintu, mengatur sedikit napasnya.

"Hen? Lo bisa ga?" Tanya  Amoza yang menatapnya sedari tadi.

Amoza lelah terus melihat Mahen yang masih terdiam, tanpa pergerakan. Pria itu masih saja tetap pada posisinya.

"Kalau kayak gini kapan ularnya bisa keluar?" Ucap Amoza yang sedikit kesal.

"Bentar za, aku lagi ngumpulin dulu keberanian." Jawab Mahen.

"Dari tadi perasaan lo ngomong gitu terus." Ucap Amoza.

"Kali ini aku masuk za." Ucap Mahen.

Mahen membuka sedikit pintu kamar itu, perlahan pintu kamar itu terbuka dan memperlihatkan tubuh ular yang sedang bergerak.

"Mahen tutup kembali pintu itu!" Ucap Davin, segera Mahen menutup pintu itu.

Ia juga melihat jika ular itu bergerak ke arahnya.

"Ahaaa." Ucap Amoza saat dirinya mendapatkan sebuah ide.

Mahen dan Davin sama-sama menaikan sebelah alisnya, mereka tidak tahu apa yang dipikirkan oleh gadis itu.

"Gue punya ide." Ucap Amoza sambil tersenyum.

"Kamu kalau punya ide yang bener ya, jangan kayak bom waktu itu." Ucap Mahen memperingati.

"Kali ini gue serius." Ucap Amoza.

"Ide apa yang kamu miliki?" Tanya Davin.

"Gue kan pernah nonton upin ipin tuh, nah terus.." ucap Amoza, yang menjeda ucapannya saat melihat Mahen dan Davin sama-sama menggelengkan kepala.

Kedua pria itu menepuk kening, mendengar ucapan Amoza yang membahas sebuah film kartun.

"Dengerin dulu." Ucap Amoza.

"Lanjutkan tuan." Ucap Mahen.

"Gue kan pernah nonton upin ipin, nah terus ada film dimana mereka lawan uler. Nah caranya mereka panggil pemadam kebakaran, nah—"

"Kita panggil pemadam kebakaran." Ucap Mahen yang memotong ucapan Amoza.

"Nah itu maksud gue, kita panggil pemadam kebakaran atau ngga pawang uler, panji petualang kita suruh kesini aja." Ucap Amoza.

"Baik, saya akan menghubungi pemadam kebakaran." Ucap Davin sambil merogoh ponselnya.

"Biar aku coba dulu." Ucap Mahen hendak membukakan pintu.

"Nih." Ucap Amoza sambil memberikan sebuah sapu kepada Mahen.

Mahen menarik napasnya, ia mengambil sapu itu lalu membuka pintu kamarnya.

"Hen." Tahan Amoza sambil memegang tangan Mahen.

"Apa?" Tanya Mahen.

"Lo ga usah masuk, bukannya gue khawatir ya sama lo, cuman gue ga tega liat nanti kakak lo sendirian kalau lo mati dimakan ular itu." Ucap Amoza.

Mahen tersenyum, hatinya merasa sangat senang saat Amoza menahannya.

Hal itu yang ia tunggu sejak tadi, ia menunggu kepedulian Amoza terhadapnya.

Walaupun Amoza memberikan alasan yang lain, namun ia percaya jika Amoza mulai merasakan kekhawatiran kepadanya.

"Lo ga usah senyum senyum ya, gue ga peduli sama lo, cuman-"

"Aku percaya." Ucap Mahen memotong ucapan Amoza.

"Tapi kalau lo mau masuk, masuk aja gih. Gue ga keberatan." Ucap Amoza sambil melepaskan tangannya yang memegang tangan Mahen.

Amoza melangkahkan kakinya menjauh dari sana, ia terduduk di sofa diruang tv yang tak jauh dari kamarnya.

Davin dan Mahen menyusul Amoza, mereka menunggu pemadam kebakaran datang.

"Sial banget gue ada di deket kalian." Ucap Amoza sambil menatap Davin dan juga Mahen.

"Ini itu bukan kesialan, tapi emang kita lagi di teror, Amoza jangan pernah kamu mikir kayak git—" Ucapan Mahen terpotong saat melihat Amoza yang tiba-tiba berdiri.

"Kenapa?" Tanya Davin.

"MAHEN, MAKANAN GUE!" Ucap Amoza sambil menatap Mahen.

Mahen tersenyum melihat tingkah Amoza yang kini sudah berlari menuju dapur.

Sementara Davin, ia mengerutkan keningnya merasa bingung dengan tingkah Amoza.

Mahen dan Davin menyusul Amoza, mereka melihat Amoza yang kini sedang mencicipi makanan yang berada diatas meja makan itu.

"Udah dingin." Ucap Amoza.

"Biar aku panasin dulu." Ucap Mahen sambil mengambil makanan itu.

Mahen menyiapkan wajan untuk memanaskan makanan yang sudah dingin itu.

"Gara gara si uler, makanan gue jadi dingin kan." Ucap Amoza kesal.

Amoza mengambil sebuah garpu, lalu ia menusuk nusukkan garpu itu kepada buah apel yang dilihatnya.

"Sebentar lagi itu uler bakalan ditangkep liat aja lo uler." Ucap Amoza lagi, yang membuat kedua pria itu tersenyum melihat kekesalannya.

"Nih udah panas kembali tuan putri." Ucap Mahen sambil memberikan makanan yang sudah ia panaskan.

"Terimakasih suam—" Amoza menghentikan ucapannya, saat ia tidak sengaja mengatakan suatu hal, yang seharusnya tidak ia sebutkan.

"Suam? Suamiku?" Tanya Mahen sambil menggoda Amoza.

"Apaan sih?! Siapa juga yang ngomong suamiku, ga like banget. Gue itu bilang...bilang terimakasih buat makanan ini, salah denger lo." Ucap Amoza memberikan alasan.

"Oke." Ucap Mahen mengiyakan ucapan Amoza, ia sangat mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Amoza.

Namun untuk saat ini, ia tidak mau memulai pertengkaran adu mulut dengan Amoza.

Tingg

"Itu pasti damkar." Ucap Mahen, saat mendengar suara bel apartemen berbunyi.

"Makanan gue belum abis heh!" Ucap Amoza, saat melihat Davin dan Mahen pergi dari sana.

"Mahen, Davin makanan gueee." Ucap Amoza sambil beranjak dari duduknya.

Ia menatap makanan yang sangat menggiurkan itu, ia harus kembali menahannya.

"Kenapa sih ada banyak banget cobaan buat gue makan." Rengeknya sambil berjalan mengikuti kedua pria itu.

Sesekali Amoza melihat makanan yang diatas meja itu, baru sesuap ia memakannya.

Ingin sekali ia terus makan, namun ia tidak enak dengan para pemadam kebakaran itu.

Mahen membuka pintu apartemennya itu, lalu melihat tiga orang pemadam kebakaran yang sudah menunggu.

"Permisi pak, kami dapat telepon jika ada ular piton didalam apartemen ini." Ucap salah satu pemadam kebakaran itu.

"Betul pak, saya yang menghubungi bapak. Kami mau meminta bantuan." Ucap Davin.

'Damkarnya masih muda cakep, pemberani, ga kayak yang disebelah gue. Dia cakep sih, tapi.. sedikit penakut.' Batin Amoza sambil melihat Mahen.

'Eh tunggu, tapi gara-gara dia datang, gue ga bisa makan makanan enak itu.' Ucap batin Amoza lagi.

Amoza terus saja mengoceh didalam hatinya, ia meluapkan kekesalannya sendiri.

'Tapi masalah awal dari semua ini, adalah si uler tuh, dia ngapain sih tiba-tiba nongol dikamar bukannya di hutan atau kebun binatang gitu.' Batin Amoza lagi,

Ia terus saja mengoceh, sambil mengikuti Mahen, Davin dan juga ketiga pemadam kebakaran itu yang sudah mulai melakukan kegiatannya.














°
°
°
°
°

Amoza (Transmigrasi)Where stories live. Discover now