14

6.9K 217 1
                                    

Didalam sebuah ruangan yang cukup besar, terdapat seorang gadis yang kini sedang terbaring dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

Suara ketukan pintu beberapa kali berbunyi, namun gadis itu tidak menjawab dan membukanya.

Amoza sedang menangis dibalik selimut itu, ia tidak mau menikah dengan seseorang yang sangat ia tidak sukai.

Ingin sekali ia menolak pernikahan itu, namun orangtuanya tetap saja memaksanya.

"Gue ga mau nikahh hikss.." Tangis nya sambil mengoceh.

"Hanjin lo jahat, ninggalin gue disini. Gue ga mau ada ditubuh ini, gue mau pulang. Gue ga mau nikah sama om om hikss..."

Tring Tring Tring

Ponselnya sedari tadi sudah berbunyi, namun sama sekali tidak ia jawab.

Tring Tring Tring

"Siapa si yang ganggu, ga liat apa gue lagi sad kek gini." Ucapnya kesal, lalu meraih ponselnya yang berada di atas meja samping ranjangnya.

Ia menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan teleponnya itu.

"Hallo?!" Kesalnya pada sebuah sambungan telepon video.

Lo lagi nangis za? Tanya Agatha yang melihat air mata Amoza.

Iya za lo kenapa? Tanya Maura khawatir.

"Gue mau nikah hiks..." Jawabnya sambil menangis.

Apa?! Ucap kedua sahabatnya terkejut.

Lo bercanda kan? Tanya Agatha memastikan.

"Gue ga bercanda, gue beneran." Ucapnya.

Lo harus ceritain semuanya sama kita  Ucap Maura

"Jadi gini....." Amoza menceritakan semuanya tentang perjodohan dan juga Davin yang akan menjadi suaminya.

Keren Ucap kedua sahabatnya setelah mendengar semua cerita Amoza. Mereka memang sedikit terkejut, namun setelah mendengar ucapan temannya itu barulah mereka mengerti.

#####


Hari yang sama sekali tidak ditunggu oleh Amoza akhirnya tiba, yaitu hari pernikahannya dengan Davin.

Saat ini Amoza sedang dirias oleh MUA ternama yang sekaligus teman ibunya, namun sorot mata Amoza masih memancarkan kesedihan dan juga matanya yang bengkak.

Amoza menangis semalaman, ia sangat sedih dan juga sangat terpaksa dengan pernikahan ini.

Nagita sebagai seorang ibu datang dan menghibur Amoza. Nagita juga meminta maaf kepada putrinya, karena perjodohan ini.

"Anak mama cantik banget, udah kayak bidadari yang turun dari langit." Puji Nagita sambil tersenyum.

Namun Amoza hanya menatap dirinya pada cermin sekarang, pandangan nya seakan kosong.

Ia tidak bisa memikirkan hal lain, dipikirannya sekarang bagaimanapun caranya ia harus bisa menerima pernikahan ini.

Melihat Amoza yang selalu menatap kearah depan, membuat Nagita sedikit sedih. Nagita juga bisa merasakan jika putrinya itu sangat sedih dan ingin sekali menolak.

Namun ia tau Amoza tidak mungkin bisa menentang kedua orangtuanya.

"Permisi bu, pihak laki-laki sudah tiba. Bapak menyuruh kalian untuk bersiap, karena setelah ijab kabul, non Amoza harus sudah turun ke bawah." Ucap Bi Yuli salah satu asisten dirumah Amoza.

Amoza (Transmigrasi)Kde žijí příběhy. Začni objevovat