37

5.1K 153 5
                                    

"Mahen?" Sebut Amoza saat melihat tangan Mahen yang menahan tangannya.

"DAVIN, DAVIN." Panggil Amoza.

Dengan cepat ia menekan tombol diatas ranjang untuk memanggil dokter. Ia sedikit terkejut dengan pria yang kembali hidup setelah dinyatakan meninggal.

"Davin, liat." Ucap Amoza saat Davin sudah memasuki ruangan.

Amoza menunjukkan tangan Mahen yang menggenggam tangannya cukup kuat, seperti tidak mau terlepas.

Dokter pun datang, lalu memeriksa kondisi Mahen saat ini.

Dokter itu mengecek detak jantung Mahen yang kembali berdetak. Ia mengecek mata Mahen yang mengikuti cahaya yang diarahkan.

"Dokter bisa bantu lepasin tangan saya ga? Ini ga bisa dilepas." Ucap Amoza sambil menunjukkan tangannya.

Amoza sudah berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan genggaman itu, namun pria itu terlalu kuat.

Dokter itu pun melihat dan membantu melepaskan genggaman itu, namun bukannya terlepas genggaman itu semakin kuat.

"Sepertinya tuan Mahen, tidak mau ditinggalkan." Ucap dokter itu kepada Amoza.

"Terus bagaimana kondisi adik saya dokter?" Tanya Davin yang sedari tadi hanya terdiam.

"Ini adalah sebuah keajaiban, mustahil. Tuan Mahen terlepas dari kematian nya, mungkin ada hal yang membuatnya hidup kembali." Jawab dokter itu.

"Atau ngga emang tadi dia pura pura dok." Ucap Amoza sambil terus berusaha melepaskan genggaman itu.

"Suster pindahkan pasien ke ruang perawatan." Ucap dokter itu kepada suster.

"Baik dok." Ucap suster itu.

"Dok, nasib tangan saya gimana? Masa mau terus kayak gini." Ucap Amoza.

Bagaimana ia bisa pergi, jika tangannya terus digenggam oleh pria itu. Sebelum pria itu tersadar ia harus sudah pergi dari sana.

"Sepertinya anda harus menunggu sampai Mahen tersadar." Ucap Davin.

Dokter dan suster itu pergi dari sana setelah berpamitan. Mereka menyiapkan ruangan untuk Mahen.

Davin yang melihat raut wajah Amoza yang sangat kesal, membuatnya tersenyum. Amoza terus saja berusaha melepaskan tangannya.

"Gue potong juga tangan lo, kalau lo ga lepasin gue!" Kesalnya.

Setelah mengucapkan itu, ia langsung mengeluarkan seluruh tenaganya dan akhirnya tangannya bisa terlepas.

Dengan cepat ia berlari keluar meninggalkan Mahen dan juga Davin. Ia harus cepat-cepat pergi dari sana.

"Amoza." Ucap Davin yang melihat Amoza berlari terbirit-birit.

Amoza berlari keluar dari dalam rumah sakit, ia mencari taxi untuk membawanya pergi.

Hari yang sudah larut malam, membuatnya kesulitan mencari taxi. Ia bahkan sudah mencoba mencari taxi online, namun tidak ada satupun taxi yang bisa ia tumpangi.

"Sial, gara gara si Mahen gue jadi ga dapet taxi!" Gerutunya.

Terpaksa ia harus berjalan kaki, untung saja apartemennya tidak jauh dari rumah sakit itu.

Amoza berjalan, sambil terus berusaha mencari taxi online. Ia bahkan menghubungi beberapa temannya agar menjemputnya.

"Mereka asik asikan di bar, sedangkan gue jalan kaki kayak gini." Ucapnya setelah menghubungi Agatha dan Maura.

"Mahen awas aja lo ya, lo udah buat gue sengsara kayak gini." Gerutunya lagi.

Amoza terus melangkahkan kakinya, sudah cukup jauh ia berjalan dari rumah sakit.

Amoza (Transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang