26

5.1K 151 2
                                    

Matahari sudah terbit memancarkan sinarnya menerangi bumi dan menyilaukan mata seseorang yang sedang tertidur di sebuah perahu.

Ia menggosok matanya saat merasakan cahaya sudah menusuknya.

Ia terbangun dari tidurnya dan berteriak saat melihat sekelilingnya yang menurutnya sangat tidak baik.

"AKHHH." Teriaknya sampai membangunkan seseorang yang berada bersamanya didalam perahu itu.

"Kenapa teriak? AKHHH." Tanya Davin, lalu ikut berteriak saat melihat keberadaannya sekarang.

"DAVINN INI SEMUA GARA GARA LO, GUE BISA DISINI ITU GARA GARA LO." Marahnya kepada Davin.

Davin yang masih setengah sadar, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi.

"Ini semua salah lo juga, ngapain semalem lo ada di Davit?" Ucap Davin kembali menyalahkan Amoza.

"Kalau lo ga narik gue, gue ga mungkin ada disini sama lo!" Ucapnya mengingat kejadian semalam.

"Gue narik lo, karena lo mau bikin gue jatuh." Balas Davin.

"Gue tau lo sengaja Davin, pokonya ini semua salah lo!" Ucap Amoza yang memang ini salah Davin.

Pria itu yang sudah menariknya hingga terjatuh dan terdapat di tengah laut seperti ini.

"Pokonya gue mau lo tanggung jawab, bawa gue balik ke kapal pesiar itu lagi!" Ucap Amoza.

Sementara Davin ia tidak mendengar ucapan Amoza, ia malah berdiri sambil melihat ke sekeliling.

Ia mencari keberadaan kapal pesiar itu, namun sepertinya mereka sudah tertinggal jauh.

"Shhh." Ringis Amoza sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Ambilin gue dayung." Titah Davin kepada Amoza.

Namun Amoza mengabaikan perintah pria itu, ia membuang mukanya. Amoza tidak mau melihatnya, sebelum ia kembali kedalam kapal pesiar itu lagi.

Amoza kembali meringis saat kepalanya sakit kembali, ia memijat mijat kepalanya yang rasa sakitnya tidak kunjung menghilang.

"Minimal lo bantuin gue dayung." Ucap Davin kepada Amoza.

Pria itu kini sedang mendayung perahu itu, hingga perahu itu sedikit demi sedikit maju.

"Lo ga liat kepala gue sakit?" Tanyanya sambil menunjuk kepalanya.

"Ga."

"Lo itu bener bener ya ga punya hati nurani, kenapa si ga bisa gitu baik sedikit. Lo kebanyakan emosi bakalan cepet tua, udah tua juga masih aja emosian. Terus sosoan berjiwa muda." Ucap Amoza.

"Lo bisa diem ga, yang bakalan cepet tua itu lo, bukan gue." Ucap Davin yang tak mau kalah.

"Kenapa si ada orang senyebelin ini didunia, kenapa ga musnah aja, atau punah gitu. Biar dunia ini itu tenang." Ucap Amoza yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Davin.

"Lo kalau masih ngomong, mendingan lo turun dari perahu ini. Berenang sana buat lo pulang." Ucap Davin.

"Waahhh langit ini cerah bangett." Ucap Amoza sambil berdiri diatas perahu itu.

Amoza merentangkan tangannya, seperti menangkap semua udara yang menerpanya.

"Gila." Ucap Davin yang melihat tingkah Amoza yang selalu berubah-ubah.

"Davin liat disana ada pulau." Ucap Amoza sambil menunjukkan sebuah pulau kecil disana.

"Lo duduk dan diem, gue berat ngedayung nya." Ucap Davin.

"Davin kita akan tinggal disini selamanya." Ucap Amoza.

Davin yang mendengar itu menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu harus menjawab apa kepada Amoza yang kini sedang kehilangan setengah kesadarannya.

"Ternyata lo belum sadar." Ucap Davin.

Pengaruh alkohol yang ia minum kemarin masih berefek kepada kesadarannya.

Membuat ia hilang akal dan melantur kemana-mana. Untung saja Davin sedang menjaga emosinya, jika tidak ia itu sudah melakukan kekerasan kepadanya.

"Davin betapa indahnya disini, kita bisa tinggal di lautan ini. Air yang bening, udara yang segar, langit yang cerah" Ucap Amoza yang semakin berbicara sembarangan.

"Iya, kalau lo haus minum air laut yang bening ini, kalau lo laper makan udara yang segar ini, dan kalau lo mau tidur jadiin langit cerah ini sebagai selimut lo, biar lo ga kedinginan." Ucap Davin yang sudah mulai kesal.

"Davin kok ngomong nya kayak gitu." Ucap Amoza.

"Turun, kita menepi dipulau ini dulu." Titah Davin kepada Amoza, ia sudah turun terlebih dahulu dan memegangi perahu itu.

Namun saat ia menengok, Amoza sudah tidak ada di perahu. Amoza sudah berlari menepi kepulau itu, meninggalkannya yang sudah berusaha mendayung cukup jauh.

"Davinn sinii." Panggilnya.

Pria itu menghampirinya dan mengabaikan perahunya. Perahu yang menjadi transportasi satu satunya pergi menjauh.

"Davin perahunya." Ucap Amoza yang melihat perahu itu menjauh dari sana.

Davin yang mendengar itu, langsung membalikan tubuhnya. Ia berlari mengejar perahu itu, namun perahu itu sudah sangat jauh.

"Akhh." Teriaknya sambil memukul air.

"Amoza ini semua gara gar—"

"Amoza?" Panggilnya saat tidak menemukan keberadaan Amoza.

Davin menggunakan matanya, mencari keberadaan Amoza. Namun ia sama sekali tidak melihatnya.

Ia melangkahkan kakinya, namun saat ia hendak berbalik Amoza sudah ada dibelakangnya dengan membawa pisang yang cukup banyak.

"Lo dapetin pisang ini dari mana?" Tanya Davin.

"Itu." Jawabannya sambil menunjuk kepada pohon pisang yang berada di dekat hutan.

"Lain kali jangan pergi tanpa pamit, lo nyusahin. Ntar kalau lo ilang, gue yang disalahin." Ucap Davin.

"Duduk sini." Ajak Amoza.

Amoza mengambil pisang yang berjatuhan, karena ia membawanya cukup banyak.

Amoza menggunakan kedua tangannya, namun kedua tangannya tidak dapat menampung pisang pisang itu lagi.

Davin yang melihat itu mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman. Menurutnya Amoza kini sangat menggemaskan, ia seperti anak kecil.

"Davin, tolong bawain pisang yang jatuh itu." Titah Amoza kepada Davin.

Davin menghela napasnya, jika tidak kehilangan kesadaran, Amoza tidak mungkin memerintahnya.

Davin masih berusaha menahan emosinya untuk saat ini, ia tidak mau menghabiskan tenaganya untuk marah marah.

"Davin kamu ga mau makan?" Tanya Amoza kepada Davin yang kini hanya terdiam saja.

Pria itu mengambil dan mengupas pisang itu, lalu memakannya.

"Shh aww." Ringis Amoza saat merasakan sakit dikepalanya, saat sudah memakan sepotong pisang.

"Sadar lo kali ini." Ucap Davin.

"AKHHH." Teriaknya saat melihat sekelilingnya.

Amoza berdiri dari duduknya, ia melihat sekelilingnya yang hanya ada air, langit, dan pohon pohon yang dapat ia lihat.

"Pulau terpencil?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Inget kan?" Tanya Davin yang kini ikut berdiri.

"DAVINNNN INI SEMUA GARA GARA LO!" Ucap Amoza yang kembali menyalahkan pria itu.

"Bener kan gue, pasti dia nyalahin gue lagi." Ucap Davin dengan suara yang sedikit pelan.























°
°
°
°
°
typi bertebaran!!!

Amoza (Transmigrasi)Where stories live. Discover now