Fragmen Tanpa Akhir

3K 290 21
                                    

"Akan ada suatu masa;

Di mana pengharapan tak lagi jadi pilihan dalam keabu-abuan;

Dan logika menjadi pendominasi dalam kendali kehidupan;

Menjadi diktator dan pengecam emosi bahwa nyata tak lagi semata sebuah candaan."



-||-



Fragmen Tanpa Akhir



Dusta.

Aku tahu sejak awal, bahwa tidak pernah ada 'tidak ada apa-apa' di antara mereka.

Aku tahu itu dari bagaimana gadis itu menatap lelaki yang selalu ada di sisinya dan begitu pula sebaliknya. Mereka bukan tipikal manusia jujur dan naif yang akan mengorbankan apapun demi perdamaian dunia-tapi bukan berarti pula bahwa mereka adalah dua orang berlainan jenis yang akan selalu jujur tentang perasaan masing-masing. Aku menyadarinya dari bagaimana ketika pertama kali keduanya dipertemukan oleh semesta.

Bila saja saat itu, Tuhan izinkan aku untuk miliki dahi agar mampu mengernyit, mungkin sudah kugunakan kesempatan itu seraya berkacak pinggang dengan galak agar semesta berhenti mempermainkan dua orang manusia. Aku sudah mengendus semua ketidakberesan ini-itulah mengapa aku tidak pernah suka keduanya dipertemukan meski seisi makhluk dalam taman ini, mendukung kedekatan mereka berdua.

"Mbak, itu tali sepatunya belum diiket," peringat si lelaki kala itu, ketika bersua pandang dengan kaki sang gadis yang berjalan terseok seakan tak tahu arah. Lelaki itu berjalan mendahului dengan santai, namun terhenti secara mendadak ketika menyadari kalau si pemilik sepatu tak terikat, tengah bercanda ria dengan air mata yang menetes membentuk aliran. "Mbak sakit? Mbak kecopetan? Dirampok?" dia memberondong si gadis dengan pertanyaan lagi, namun hanya dibalas dengan teriak tangis bervolume lebih keras daripada sebelumnya.

Hari itu, merasa bahwa tak seharusnya ia ikut campur, lelaki tersebut pergi begitu saja dengan dahi mengernyit-bertingkah seakan tak ada hal yang cukup berarti untuk dipusingkan.

Jam berganti hari, hari pun mengekor untuk berganti diri menjadi minggu. Semesta kembali bosan karena kehilangan mainan. Ia kembali mempertemukan keduanya di tempat yang sama, menambah kebetulan-kebetulan kecil yang membuat keduanya jadi berpikir bahwa ada kuasa takdir yang bercampur tangan dalam pertemuan kedua mereka. Kali ini, tak seperti yang pertama, keduanya sama-sama memberondong pertanyaan dan menertawakan kebodohan masing-masing dari jawaban yang dilontar tanpa pikir. Keduanya akrab bahkan tanpa memberi jeda bagi semesta untuk terus memainkan mereka, menjadikan mereka bidak dalam kesenangan yang dibuat tanpa prediksi dampak kerusakan.

Keduanya saling merindu sampai tersipu dan bisu. Landasan soal ciri-ciri jatuh cinta dari internet, membuat mereka jadi hilang akal akan sebuah kenyataan bahwa mereka baru bertemu dua kali karena sebuah 'kebetulan'.

"....Spiderman bermotif polkadot atau Thor berambut pink?"

"Atau!"

"Mantan bawa pacar baru apa dijodohin pas arisan temen mama?"

"APA!"

"Ah, kamu nggak serius jawabnya." Si gadis memberengut dalam cebikan. Hidungnya mengerut, seakan membelai mata yang menyipit secara bersamaan. "Mantan atau gebetan?"

HypnagogicWhere stories live. Discover now