Alasan untuk Kembali

5.3K 472 51
                                    

A l a s a n

u n t u k

K e m b a l i



***


Angin bertiup mendorong awan, menarik paksa matahari yang bersembunyi dari peradaban. Langit biru bercampur kelabu. Tak jelas memberikan tanda apakah tangis semburan awan akan kembali pecah atau bahkan tetap terdiam saja menyimpan memori.

Hari itu dia masih terdiam memandang gulungan ombak menimpa kaki-kaki jembatan. Matanya difokuskan dengan sengaja menghadap objek dari kaki-kaki jembatan tersebut tanpa mau berpaling menelanjangi objek lain. Diam-diam, tangannya dia sembunyikan dibalik saku gaun hitamnya. Menyelubungi satu lingkar kecil yang dulu pernah bersemayam di salah satu jemari kecilnya.

"'Ndak pernah kepikiran buat mbale toh, Mbak?"

"Balik ke mana? Rumahku, 'kan, ya di sini."

"Mbale karo mas itu, loh, maksudku."

Bibirnya terdiam lagi. Stagnan di tempat semula seperti pikirannya yang tak juga beranjak dari masa lampau. Memorinya seakan terputus di waktu yang telah lama berlalu. Dia membisu. Seperti dahulu ketika seharusnya ia menjawab setelah ditanya.

"Mbak 'ndak ada pikiran mbale karo mas Firdza?" Lelaki yang sejak tadi terus bertanya kali ini malah memperjelas kalimat interogatif sebelumnya. Faiha memejamkan mata, mengembuskan napas dengan berat seakan itulah terakhir kali ia melakukannya. Dalam hati ia mengucap kalimat-kalimat yang sama untuk menyeimbangkan kembali sesuatu dalam rongga dadanya. Astaghfirullah ... astaghfirullah....

"Selalu ada alesan buat kembali, tapi bukan berarti semuanya bisa diwujudkan sesuka hati, Bas."

Faiha berbalik meninggalkan tempatnya semula. Gaunnya berkibar-kibar tertiup angin. Kain panjang yang menutupi kepalanya juga tak mau kalah diperebutkan angin. Dadanya merasa tercubit ketika mengingat kembali bayangan wajah itu, membawanya kembali pada kilas balik masa lalu.

Bila Fatimah dan Ali tidak pernah saling berkata tentang cinta, tapi tetap dipersatukan dalam kisah cinta abadi, lalu bagaimana dengan Faiha yang hanya mencinta secara sepihak?

Faiha meraih gulungan kertas yang ia susupkan di dalam saku. Jalinan rambut pada ujung-ujung tirai matanya menyentuh permukaan wajah ketika ia menarik napas.

"Sabtu, 14 Desember 2017 ... Masjid Istiqlal ... Firdza Adzani, menikah dengan ... Andini Mawangsari."

Faiha melepas gulungan kertas itu begitu saja.

Pitanya terbang, kertasnya melayang.

Terbawa angin

Selalu ada alasan untuk kembali, tapi bagaimana kalau hati tak saling memberi pelukan hangat?


Tamat

Mbale [bahasa Jawa]: balik

HypnagogicWhere stories live. Discover now