BAGIAN 3. RAMALAN

1.6K 79 0
                                    

Ilustrasi: Drupadi dan "5".

Pelajaran demi pelajaran harus terus dijalani oleh Dre muda, sebagai ksatria utama penghancur musuh, salah satunya ilmu prinsip keksatriaan dan filosofinya. Dre selalu bersikeras agar Dru juga bisa mengikuti pelajaran-pelajarannya, khususnya yang berbau teori dan tidak banyak praktek di luar istana. Selain memang Dru ternyata sangat pintar dan berminat pada ilmu pengetahuan, Dre sengaja selalu mengajak Dru karena kehadiran Dru sangat bisa mengurangi rasa bosan yang kadang timbul di tengah pelajaran. Seperti saat ini, mereka berdua tengah mengikuti pelajaran dari seorang pengajar yang masih muda dan idealis, yang selalu jadi korban adu pendapat dengan Dru dan justru menjadi hiburan tersendiri bagi Dre.

"...dan apa yang menjadi kewajiban seorang ksatria, Pangeran?" tanya sang pemuda yang sebetulnya sangat cerdas dan sudah jadi pengajar tersebut, mengetes pengetahuan Dre.

Dre pun menjawab, "Seorang raja yang berjiwa ksatria harus dihormati karena kebijaksanaannya, menghargai sesama raja dan ksatria, memimpin rakyatnya dengan adil dan penuh kasih. Di medan perang ksatria harus berani dan tak takut mati, karena yang mati akan masuk ke kahyangan di tingkat tertinggi. Ksatria harus membantu siapa pun yang meminta perlindungannya, pemurah kepada yang membutuhkan, dan memegang teguh perkataannya walaupun berakibat kehancuran bagi dirinya..."

"dan..." ujar sang pengajar lagi.

Dre termenung sambil mengingat-ngingat pelajaran, sekaligus memancing Dru untuk membantunya menjawab.

"Dendam..." bisik Dru. "...leluhur..."

Dre menghela nafas, lalu meneruskan, "... dan yang paling penting, seorang ksatria harus berbakti pada leluhurnya dengan menjaga kehormatan dan nama baik keluarga."

Sang pengajar yang masih muda itu mencoba menahan rasa kesalnya, lalu berkata pada Dre, "Tolong nanti sampaikan pada tuan putri bahwa bantuan seperti itu hanya akan menghambat kemajuan pangeran dalam pelajaran. Mungkin sebaiknya tuan putri tidak perlu lagi mengikuti pelajaran ini. Bukankah Tuan Putri tidak akan mendampingi saat pangeran sedang naik kereta kuda di medan perang?"

Dru mendengus kesal dari balik tirai yang membatasinya dengan Dre dan sang pengajar. Kendati dia tidak bisa melihat wajah Dre dan sang pengajar, dia bisa membayangkan juga kekesalan sang pengajar yang sebenarnya tidak setuju bahwa Dru mengikuti pelajaran keksatriaan.

Namun demi menghormati gurunya, Dru berkata dari balik tirai, "Aku mohon maaf, Guru. Aku berjanji tidak akan mengganggu pelajaran sang pangeran lagi." Ucapan yang sudah berkali-kali Dru ucapkan dalam setiap pelajaran Dre yang dia ikuti.

Sang guru menanggapinya namun berkata kepada Dre, "Pangeran, tolong ingatkan juga bahwa kemarin dan kemarinnya lagi tuan putri sudah menjanjikan hal yang sama."

Dre hanya tertawa sambil berkata, "Mohon maaf, Guru. Adikku memang memiliki ingatan yang kurang baik dan sering lupa dengan perkataannya sendiri. Namun dengan sifatnya yang pemberani dan tangguh, mungkin guru bisa mengajarinya menjadi wanita ksatria."

"Itu bukan bidangku, Pangeran. Seorang wanita lebih baik belajar merawat suami dan anak-anaknya daripada prinsip keksatriaan dan peperangan. Aku akan mengusulkan hal ini ada sang Raja kelak daripada permasalahan ini kerap muncul di pelajaran kita," ujar sang pengajar muda tersebut. "Aku rasa pelajaran hari ini sudah cukup pangeran, aku mohon pamit."

Sang pengajar menatap tirai yang membatasinya dengan Dru, lalu berkata, "Aku juga mohon pamit kepada Tuan Putri."

Dru tidak tahan untuk mengganggu sang pengajar, dia membuka tirai lalu tersenyum semanis mungkin sambil membungkuk kepada sang guru. Sang guru yang tengah membawa buku-bukunya di tangan sampai terjengkang karena kaget dan bukunya pun berjatuhan dari tangannya. Dre segera membantu sang guru berdiri sambil mengambilkan buku-buku yang jatuh. Sementara Dru kembali menutup tirai sambil tertawa geli melihat reaksi sang guru yang kaget.

MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTAWhere stories live. Discover now