BAGIAN 28. MAWAR MERAH

1.7K 53 0
                                    

Ilustrasi: Arjuna the archer

Jadi apa langkah selanjutnya bagi Arjuna untuk menyelamatkan Subadra dari kemelut cinta yang sudah di ujung tanduk?

Arjuna, Sri Kresna dan Subadra pun merundingkan rencana dan menghabiskan banyak waktu di kuil Sommath hingga beberapa hari sejak acara doa tersebut, dengan beralasan untuk menyiapkan dan memantapkah hati Subadra guna menerima lamaran Duryudana. Maka rombongan tamu dari Hastina pun terpaksa bersabar menunggu di Dwaraka. Baladewa pun mau tidak mau harus menemani dan ikut menetap sementara di Dwaraka, belum menyadari kejadian sebenarnya tentang keberadaan Arjuna di Kuil Sommath.

Sri Kresna pun seringkali mendiskusikan peran Baladewa yang menjadi kunci dalam penentu jodoh Subadra, kepada Arjuna dan Subadra.

"Arjuna, peran Baladewa sangat penting dalam permasalahan kita ini," jelas Sri Kresna pada Arjuna. "Kakak kami yang tertua ini-lah yang paling bersikeras untuk memberikan restu untuk pernikahan Subadra. Bagaimana pun melobi hati Baladewa supaya berpaling dari Duryudana kepada dirimu menjadi kunci keberhasilan hubunganmu dengan Subadra."

Arjuna mengangguk pasrah sambil berkata, "Kalau dalam hal itu rasanya aku sudah tertinggal jauh dari Duryudana, kanda."

"Kurasa juga begitu, dalam hal ini kurasa kita membutuhkan bantuan dari saudara-saudaramu, para Pandawa, dan harus cepat," lanjut Sri Kresna. "Bagaimana cara menghubungi mereka dengan cepat, Arjuna?"

Arjuna berpikir sejenak, lalu menjawab, "Aku pikir mungkin bisa, kanda. Sepengetahuanku, Gatotkaca selalu mencariku dari angkasa sejak kepergianku dulu. Dan karena tidak tega membiarkannya terbang tak tentu arah ke seluruh negeri, aku diam-diam selalu memberikan jejak padanya kendati aku tidak menemuinya langsung. Supaya dia bisa mengira-ngira dimana kira-kira posisiku, dan memberinya bahan untuk laporan ke Indraprasta."

"Itu hal yang bagus sekali, Arjuna. Lakukanlah segera dan panggillah Gatotkaca segera kesini!" ucap Sri Kresna.

"Baik, Kanda."

Arjuna pun merapal ajian lalu mengeluarkan busur dan panah saktinya. Setelah membidik, dilesatkannya anak panah ke angkasa. Panah tersebut pun memancarkan cahaya di langit seperti komet alias bintang berekor dengan ekor yang sangat panjang. Dengan cahaya sedemikian dahsyat terangnya seharusnya bisa dlihat jadi jarak ratusan bahkan mungkin ribuan kilometer. Setelah memberi tanda untuk Gatotkaca, Arjuna berkata.

"Aku biasanya memberi jejak pada Gatotkaca bila sudah akan berpindah tempat atau negara, kutuliskan pesan pada anak panah untuknya tentang tempat persembunyianku yang sebelumnya. Lalu dia akan terbang dan mendatangi tempat itu untuk mencari jejak peninggalanku. Kali ini aku menulis pesan pada Gatotkaca untuk segera menemuiku di Dwaraka, di sini di Kuil Sommath."

"Kau yakin Gatotkaca akan segera datang, Arjuna?" tanya Subadra harap-harap cemas.

"Kuyakin begitu. Gatot paling bisa diandalkan selama ini."

"Aku juga sangat percaya pada hal itu, Arjuna," ucap Sri Kresna dengan bersungguh-sungguh, sambil pikirannya menerawang jauh ke masa depan. Bahwa pengorbanan Gatotkaca untuk Arjuna suatu saat akan menjadi penentu hidup dan mati Arjuna nantinya. Dan hal itu sudah digariskan sepertinya bahkan sejak Gatotkaca dilahirkan.

"Jadi apakah rencana Kanda yang harus melibatkan saudaraku, Pandawa?" tanya Arjuna pada Sri Kresna.

Sri Kresna termenung sejenak, lalu menjawab, "Kalau kau juga ingin melamar Subadra, tentunya kau harus membawa rombongan, bukan? Keluargamu, sahabat-sahabatmu, juga mas kawin yang layak bagi Subadra. Hanya Pandawa yang bisa menolongmu saat ini, karena pasti mereka sudah memaafkanmu. Apalagi kudengar dari Subadra, bahkan Drupadi sepertinya sangat berterima kasih atas perbuatanmu, Arjuna, seolah kau sangat berjasa besar baginya. Jadi pastilah Indraprasta akan datang menolongmu. Bahkan kuharap juga pertolongan dan dukungan untukmu akan datang dari mertua Pandawa, Prabu Drupada dari Pancala."

MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTAWhere stories live. Discover now