BAGIAN 4. SRIKANDI DAN KALUNGAN BUNGA

1.6K 82 0
                                    

Ilustrasi: Srikandi, dalam versi pewayangan Jawa

Beberapa tahun ke belakang...

Dru kecil selalu penasaran pada satu kamar di istana yang terlarang untuk siapa pun memasukinya sesuai perintah Raja Pancala. Konon menurut cerita Dhaima, kamar tersebut bekas putri Raja yang tanpa diketahui alasannya pergi begitu saja dari istana Pancala dan tidak pernah kembali lagi. Namun semakin lama, Dru semakin tidak tahan dengan rasa penasarannya. Bahkan tanpa sepengetahuan Dhaima bertugas mengasuhnya sedari kecil, Dru akhirnya bisa menyelinap dan memasuki kamar tersebut.

Dru kecil melihat ke sekeliling kamar misterius tersebut, yang penuh dengan debu karena tidak pernah dibersihkan. Dia pun berjalan berkeliling dan matanya mencari-cari hal-hal yang sekiranya menarik dan memberi petunjuk tentang sosok putri yang hilang itu. Setiap gerakannya dibuat sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara atau pun jejak. Sampai akhirnya dia membuka laci di samping tempat tidur, lalu menemukan secarik kertas terlipat seperti surat. Dibukanya kertas itu, ternyata berisi tulisan seperti sebuah puisi.

BRATA SUKMA WICARA

Cinta tak pernah menuntutmu apapun
Hati manusialah yang tak kuasa merelakan kehilangan cinta
Cinta sesungguhnya datang dan pergi sesukanya
Hati manusialah yang seringkali membukakan pintu penuh harap untuk cinta
Atau justru menutupnya rapat-rapat karna tak ingin terpedaya misteri cinta

Ketika cinta datang di saat pintu hatimu terbuka walau tak kau sadari
Cinta pun hadir mengisi kekosongan di semua sudut ruang kesenduanmu
Menemani keseharianmu dan ceriakan sejuta senyuman di wajahmu
Menghangatkan peraduan kesendirian malammu dalam pelukan mimpi indah
Menghiasi taman hatimu dengan bunga merekah bermekaran penuh warna

Engkau merasakan indahnya jatuh cinta
Engkau hanya menginginkan keberadaan cinta di sampingmu
Engkau pun seakan tak sanggup melanjutkan hidup jika harus terbunuh rindu
Engkau ingin cinta selamanya bersamamu

Tetapi suatu hari cinta berkata dia tidak bisa tetap tinggal
Kenapa? Hatimu bertanya-tanya dengan panik
Cinta tersenyum penuh arti, lalu menjawab lembut
Engkau memang telah menempuh waktu meninggalkan masa lalumu
Tetapi sayangnya masa lalulah yang belum sepenuhnya meninggalkanmu

Kau pun tersadar dan mungkin hanya bisa menangis dalam hati
Benarkah cinta akan segera pergi dan tak pernah kembali?
Aku akan kembali, cinta berkata memberi harapan
Jalani karmamu dan perjuangkan kebesaran takdirmu
Walaupun kehidupan sampai harus terenggut dengan menyakitkan
Demi kembalinya cinta yang sejati untukmu suatu saat nanti
Bila memang seluruh arti hidup saat ini hanya untuk kehidupan selanjutnya

Dru kecil termenung sejenak setelah membaca puisi tersebut, lalu dilipatnya kertas itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Tak lama kemudian Dru pun berjalan keluar dari kamar tersebut dan berhasil menyelinap kembali ke kamarnya dengan membawa secarik kertas berisikan puisi tersebut. Dru menduga, tentunya puisi ini milik sang putri yang hilang tersebut. Dru menyimpannya baik-baik, seolah sebagai kenang-kenangan dari kakak yang tak pernah ditemuinya tersebut.

***

Hari ini kehebohan terjadi di istana Pancala. Srikandi, putri raja yang pergi menghilang semasa kecil tiba-tiba kembali ke istana, bertahun-tahun setelah kejadian saat Dru kecil menyelinap ke dalam kamarnya. Putri itu tidak mempedulikan siapa pun kecuali hanya ingin menemui adik perempuannya, yaitu Drupadi. Drupadi sendiri tentunya bingung dan memang sebenarnya tidak pernah bertemu dengan kakaknya itu. Namun Srikandi sangat bersikeras untuk bertemu dengan Dru sesegera mungkin. Walau tidak ada yang tahu alasannnya, akhirnya Srikandi bisa menemui Drupadi di kamarnya.

"Hai, saudariku, Drupadi," sapa Srikandi.

"Hai, ehm, Kanda Srikandi," balas Dru agak tergugup sambil menatap sosok Srikandi yang sangat tidak mirip putri raja, bahkan tidak mirip seorang wanita karena tubuhnya tampak agak gagah seperti laki-laki.

Srikandi tidak peduli tatapan bingung Dru, dia mendekat lalu memeluk sosok Drupadi, layaknya seorang kakak memeluk adik yang sudah sangat lama tidak ditemuinya. Dru yang masih ragu-ragu hanya bisa membalas pelukan Srikandi dengan canggung. Namun suasana canggung tidak berlangsung lama, karena Srikandi dengan begitu semangat menceritakan semua kejadian masa lalunya pada Dru. Cerita yang sangat menarik bagi Dru dan tidak pernah dia sangka-sangka, bahwa kakaknya tersebut kembali ke istana karena dirinya.

Srikandi pun memulai ceritanya.

"Semasa aku masih kecil, aku selalu tertarik dengan sebuah kalungan bunga yang tergantung di tiang balai pertemuan istana Pancala. Tidak ada yang berani menyentuhnya dan ayahanda raja pun melarang semua orang untuk mengusiknya. Anehnya bunga dalam kalungan itu tidak pernah layu, justru semakin indah. Aku tidak tahan dan tanpa diketahui siapa pun aku mengambil kalungan bunga itu dan mengenakannya. Seketika ingatanku tersedot ke masa lalu, kepada kehidupanku sebelumnya yaitu sebagai Dewi Amba, kekasih Resi Bisma, panglima kerajaan Hastina..."

Di masa lalu, Dewi Amba adalah seorang putri kerajaan Kasi yang dilarikan oleh Pangeran Bisma ke Hastina bersama dua orang adiknya, putri Ambika dan Ambahini. Tetapi Dewi Amba memilih untuk tidak menikah dengan raja Hastina saat itu, Prabu Wicitrasena, karena Dewi Amba jatuh cinta pada Bisma. Tetapi karena Bisma telah bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya, cinta Amba harus kandas dan mereka hanya bisa bersama bila Bisma terkalahkan atau tewas sehingga mereka bisa bersatu di kehidupan selanjutnya. Kini Dewi Amba telah menitis pada Srikandi, dan tengah bersiap-siap untuk menebus takdirnya mengalahkan Resi Bisma demi cinta Dewi Amba.

Kalungan bunga yang dikenakan Srikandi adalah pemberian Dewa Subramanya, putra Batara Siwa pemimpin kahyangan, kepada Dewi Amba dahulu. Kalungan bunga tersebut sebagai anugrah pada Dewi Amba dan akan memberikan kesaktian pada pemakainya untuk mengalahkan Bisma. Tetapi tidak ada satu orang pun yang mau menerimanya karena tak sanggup menantang Bisma, termasuk Prabu Drupada yang kala itu digadang-gadangkan sebagai raja perkasa setaraf dengan Bisma. Akhirnya Dewi Amba dengan marah melemparkan kalungan bunga itu ke tiang balai pertemuan dan meninggalkannya. Ternyata akhirnya Srikandi-lah yang mengambil kalungan bunga tersebut.

Sejak mengenakan kalungan bunga itu, ingatan Srikandi berubah menjadi ingatan Dewi Amba. Dia pun meninggalkan istana demi menjaga rasa dendam dan cintanya pada Bisma untuk menghindari munculnya konflik antara Pancala dan Hastina, yang dirasa belum waktunya. Dia hidup di hutan dan memperkuat fisiknya layaknya laki-laki, agar suatu saat bisa bertarung dengan Bisma.

Srikandi melanjutkan ceritanya, "Hingga beberapa hari yang lalu, seorang peramal tua datang kepadaku di dalam hutan dan bercerita tentang dirimu, Drupadi. Engkaulah wanita yang akan menentukan jalan sejarah, yang akan membawa peperangan terbesar dan membuatku bisa menjemput takdirku untuk mengalahkan Bisma untuk menyatukan cinta kami..."

Seluruh cerita Srikandi sendiri sudah merupakan cerita yang membuat Drupadi terpana, dan semakin terhenyaklah setelah mendengar kalimat terakhir tadi.

"Takdirmu dan takdirku tidak terpisahkan, adikku Drupadi," ucap Srikandi.

Pembicaraan kedua kakak beradik yang belum pernah berjumpa tersebut berlanjut sepanjang hari dan malam, dan tentunya satu nama peramal yang sama muncul dari pembicaraan mereka, peramal bersosok kakek tua yang bernama Resi Abiyasa.

Dan tentunya tak lupa, secarik kertas bertuliskan puisi Brata Sukma Wicara pun akhirnya kembali ke tangan pemiliknya.

MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTAKde žijí příběhy. Začni objevovat