BAGIAN 26. IN A RUSH

1.9K 59 5
                                    

Ilustrasi: Sinetron Arjuna, kenapa produk lokal yang lumayan berkualitas justru sulit bersaing di negeri sendiri ya?   

Bertahun-tahun kemudian setelah peristiwa kepergian Arjuna...

Di istana kerajaan Dwaraka, yang dipimpin oleh Prabu Sri Kresna, tengah mendapat kunjungan rombongan dari kerajaan Mandura. Rombongan dipimpin langsung oleh raja Mandura sendiri, Prabu Baladewa, membawa serta adik perempuan tersayang, Dewi Subadra. Selain itu ternyata juga disertai rombongan dari Hastina, yang membawa raja muda agung Prabu Duryudana, didampingi pamannya Patih Sangkuni dan beberapa saudaranya para Kurawa. Sehingga suasana di istana Dwaraka pun seketika menjadi meriah dan penuh dengan kesibukan karena kunjungan tamu agung dan para pembesar dari kerajaan Mandura dan Hastina.

Apa yang menjadi maksud dari kunjungan tersebut? Tidak lain dan tidak bukan ternyata untuk membahas lamaran Prabu Duryudana terhadap Dewi Subadra!

Secara empat mata, Baladewa pun berbicara pada Sri Kresna berkaitan dengan lamaran tersebut.

"Adik Narayana," sapa Baladewa dengan nama kecil Sri Kresna. "Duryudana sudah siap untuk mengajukan lamaran secara resmi pada dinda Subadra. Kedatangannya kesini dengan rombongan dari Hastina sudah menunjukkan kesungguhan dan kemantapan hatinya memilih adik kita untuk menjadi permaisuri di Hastinapura."

"Tentu saja, kanda Kakrasana, aku juga bisa melihatnya..." sahut Sri Kresna sambil tersenyum.

"Tapi adik... Subadra tampaknya masih belum bisa menerima dengan senang hati keinginan Duryudana, padahal menurutku sungguh beruntung bila Subadra bisa menjadi permaisuri di kerajaan Hastina, yang sejak dulu hingga sekarang selalu menjadi sekutu yang baik bagi Mandura," lanjut Baladewa. "Bahkan Subadra bersikeras untuk menemuimu terlebih dahulu sebelum membahas lebih lanjut perihal lamaran dari Hastina ini. Duryudana pun ternyata sama bersikerasnya dan akhirnya mengikuti kami ke Dwaraka."

"Hmm... begitu ya..." gumam Sri Kresna.

"Jadi bagaimana, adik?" tanya Baladewa mulai kehilangan kesabaran melihat Sri Kresna hanya mengangguk-ngangguk dari tadi mendengar penjelasannya.

Sri Kresna menarik nafas panjang, lalu berkata, "Aku pun tidak bisa memaksa dinda Subadra, kanda. Perilakunya berbicara lebih keras daripada suaranya, bukan?"

"Ayolah, adik. Bukankah dia selalu mendengarkan perkataanmu? Bahkan dibanding perintahku sebagai kakak tertua, dia lebih menurutimu."

Sri Kresna tersenyum lagi, lalu berkata, "Karena aku biasanya hanya menyarankan hal yang tidak jauh berbeda dari keinginannya, kanda."

"Itu dia! Dan kemana keinginannya membawa Subadra kini? Menjadi gadis pemimpi yang menanti pangeran yang tak kunjung datang, bukan? Bahkan entah kemana laki-laki pujaannya itu kini! Kita semua tahu bahwa Arjuna terusir dari Indraprasta karena berbuat dosa dan sudah menghilang karena malu. Apa lagi yang Subadra harapkan dari laki-laki semacam itu, adik?"

"Ah, apakah Subadra pernah berkata bahwa dia masih menanti Arjuna?"

"Tidak, tentu tidak! Tapi akhirnya aku bisa tahu juga dari setiap tindak-tanduknya di istana Mandura. Semua kenangan masa kecilnya bersama Arjuna di istana Mandura selalu menjadi tempat favoritnya, makanan favoritnya, juga pembicaraan favoritnya dengan para dayang yang mengasuh mereka dahulu. Apalagi bila Ratu Drupadi dari Indraprasta datang ke Mandura, habis waktu mereka berdua bercengkrama membahas kenangan masa lalu bersama Arjuna," keluh Baladewa panjang lebar.

Sri Kresna menepuk bahu kakaknya itu, lalu berkata, "Kau memang kakak yang terbaik, Kakrasana. Aku tahu di dalam hatimu itu bahwa engkau sangat memperhatikan dan menyayangi dinda Subadra."

MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang