BAGIAN 29. ROMAN PICISAN

1.6K 56 2
                                    

Ilustrasi: Wahyu Makutarama

Sekembalinya Sri Kresna dari Kuil Sommath, dia menemui Baladewa dan mengingatkan pesan ayah mereka, Basudewa, yaitu bila Subadra menikah supaya dinaikkan kereta emas, disertai kembang mayang kayu Dewanaru dari Suralaya, dengan diiringi gamelan Lokananta, berpengiring Bidadari. Kemudian mempelai laki-laki harus menyerahkan mas kawin berupa kerbau Danu. Baladewa walaupun berat hati terpaksa menyampaikan amanat ayah mereka itu pada Prabu Duryudana.

Duryudana tentunya tidak bisa menerima persyaratan yang dirasanya tidak masuk akal itu, dia pun melayangkan protes pada Baladewa, sahabat dan guru yang sudah dianggapnya seperti saudara tua.

"Apa-apaan ini, Kanda Baladewa? Apalagi yang kurang dari aku, Raja Muda Hastina dan semua hadiah terbaik yang kami bawa untuk Dewi Subadra?" sergah Duryudana.

"Aku ... ehm ... ini semua amanat dari ayahanda Basudewa, adik Duryudana..." elak Baladewa. "Tolong dipahami itu... dan atas nama dinda Subadra, aku mohon maaf bila menyinggung adik beserta rombongan Hastina..."

"Ini semua permainan Sri Kresna, bukan begitu ananda Baladewa?" tukas Sangkuni, paman Duryudana.

Baladewa hanya terdiam. Sangkuni pun melanjutkan.

"Aku sudah bisa menduganya sejak kami tiba di Dwaraka, ananda. Sri Kresna dan Subadra terus berkelit dari kami, dan kini meminta hal yang hampir tidak mungkin!" ucap Sangkuni. "Dan aku pun tidak aneh bila Sri Kresna juga menyampaikan amanat Basudewa itu ke Indraprasta, bukan?"

Baladewa masih terdiam, namun akhirnya mengangguk dan berkata, "Benar, kami pun menyampaikan amanat tersebut ke Indraprasta, karena dinda Subadra memaksa. Tetapi utusan ke Indraprasta akan sangat terlambat daripada kalian, bukan? Kurirnya baru akan berangkat dan entah kapan sampai ke Indraprasta..."

"Hmm... kurasa kau kurang pintar dibanding kedua adikmu, Baladewa," ucap Sangkuni dingin. "Kau mungkin mengira kami diam saja di istana Dwaraka menerima jamuan, tetapi diam-diam kami berusaha mengikuti gerak-gerik Sri Kresna termasuk di kuil Sommath. Dan tadi siang jelas ada satu sosok dari Indraprasta yang datang lalu pergi lagi dari sana. Orang yang akan bergerak jauh lebih cepat dari kurir mana pun di dunia ini."

"Siapa orang itu?" tanya Baladewa heran karena memang tidak tahu.

"Tentu saja si anak Bima itu, Gatotkaca!" sahut Duryudana sambil mengepalkan kedua tangan dengan geram.

***

Benarlah bahwa Gatotkaca bisa dengan cepat tiba di Indraprasta dan langsung menemui Bima!

"Ayahanda!"

"Ada apa, Gatot?" tanya Bima yang terheran-heran melihat anaknya itu berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Bima sendiri sedang sibuk memotong tanaman dan bunga, karena mengurus taman istana Indraprasta memang selalu menjadi hobinya.

"Ayahanda, aku sudah menemukan paman Arjuna!" seru Gatotkaca setiba di hadapan Bima.

"Apa? Benarkah, Gatot?" Bima seketika berdiri sambil melempar gunting rumput yang sejak tadi dipegangnya.

"Benar, ayahanda! Aku baru saja menemui Paman Arjuna di Dwaraka!"

"Syukurlah, Gatot!" seru Bima dengan gembira lalu memeluk Gatotkaca dan dengan semangat diangkatnya badan Gatotkaca seperti seorang ayah mengangkat anaknya yang masih kecil. Gatotkaca pun kaget diperlakukan begitu rupa namun dia diam saja beberapa saat, sampai kemudian...

MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTAМесто, где живут истории. Откройте их для себя