the nerd boy | 04

4.1K 295 6
                                    

Lelah, menggambarkan keadaan Adit saat ini. Ia pulang dengan angkutan umum. Tapi karena jalan yang biasa dilewati angkutan umum dari rumahnya masih jauh, jadilah Adit berjalan kaki. Padahal jarak antara jalan utama dengan kompleksnya masih jauh. Itulah sebabnya Adit lebih memilih naik motor sendiri dibanding angutan umum.

Sebenarnya Adit tidak terlalu marah kepada Sheila. Karena kembali ke awal lagi, jika setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda. Adit dapat memaklum itu, tapi masalahnya. Bagaimana nanti Adit akan menjelaskan kepada Bundanya, soal motornya? Ia tidak dapat mengelak ataupun berbohong.

Setelah memikirkan segala unek-unek disepanjang jalan. Adit telah sampai di depan rumahnya. Di sana sudah ada motor Bundanya, Farisa. Akrabnya dipanggil Risa. Adit semakin bingung, harus menjelaskan seperti apa. Mendapati Risa yang sudah berada di rumah. Karena Risa biasanya jam saat ini, masih berada di butiknya.

Adit membuka pintu pelan-pelan. Ia menghembuskan napas, lalu mengucapkan aalam. Risa yang berada di ruang makan menyiapkan makanan, tersenyum melihat putranya sudah pulang.

"Udah pulang? Sana ganti baju dulu, gih. Habis itu makan." Suruh Risa yang mendapati Adit tengah bersalaman tangan dengannya. Adit tersenyum, lantas mengangguk. Ia memasuki kamarnya dan mengganti pakaiannya.

Tak menunggu waktu lama, Adit keluar dari kamarnya. Ia menggunakan kaos hijau toska dengan celana pendek selutut. Melihat Risa yang sudah duduk di kursi, Adit menyusulnya dan duduk tepat depan Risa. Dengan wajah datar, Risa membantu Adit mengambil makanannya.

"Bunda baru sadar, kalau kamu pulang gak bawa motor," ujar Risa disela-sela kegiatannya. Adit meneguk ludahnya, apa yang ia akan katakan?

"Kemana motor kamu?" tanya Risa menatap putranya.

"Bilang yang sebenarnya, Bunda gak bakal marah," desak Risa.

"Ceritanya panjang, Bun," timpal Adit. Risa mengerutkan dahinya tidak mengerti. Adit menghela nafas, dengan kesal ia menceritakan kejadiannya. Di mulai dari ia bertemu dengan Sheila, sampai kunci motornya yang dibawa.

"Jadi gitu, makanya Adit pulang gak bawa motor," ujar Adit.

"Bunda jadi penasaran deh sama Sheila," tutur Risa.

Adit mendelik, "Eh Bunda gak usah ikut campur masalah Adit, ya."

"Adit nanti bakal nyelesain sendiri, kok," ucap Adit.

Risa tertawa, "Nggak sayang. Bunda percaya kok sama kamu."

"Kamu yang sabar ya, Dit. Tapi kalau Sheila udah keterlaluan sama kamu, Bunda gak bakal diem aja." Lanjut Risa menatap tajam Adit.

Adit menggeleng, "Nggak, Bun. Aku yakin kalau Sheila itu anaknya aslinya baik kok."

"Ya ... Bunda kan, cuma nggak terima aja kalau kamu diginiin."

"Udah, Bunda nggak usah khawatir sama Adit, ya. Adit baik-baik aja, kok." Risa tersenyum mendengarkannya. Ia bangga memiliki anak yang berhati baik seperti Adit.

"Ya sudah, kamu lanjut makan lagi, gih." Adit memakan makanannya.

"Oh iya, Bunda kok pulang jam segini? Tumben." Tanya Adit selesai makan.

"Ada waktu luang, apa salahnya Bunda makan siang sama kamu?"

Adit terkekeh, "Nggak ada yang salah. Tapi Bunda nggak capek apa?"

"Nggak sayang," balas Risa.

"Adit, kalau semisalnya ...."

Adit mengerutkan dahinya bingung. Menunggu perkataan Risa selanjutnya. "Apa, Bun?"

The Nerd BoyWhere stories live. Discover now