the nerd boy | 19

2.7K 216 11
                                    

Adit kini berada di kediaman Sheila, ia akan membantu Sheila belajar hari ini. Sehabis dari sekolah tadi, Adit langsung ke rumah Sheila. Karena Risa juga sedang sibuk mengurusi butiknya. Perihal Adit akan menjadi guru privat Sheila, ia sudah meminta izin kepada Risa. Tentunya Risa mengizinkannya dan mendukung. Selama itu perbuatan baik, mengapa tidak?

Sheila meregangkan otot-otot nya, hampir dua jam lamanya ia berkutat dengan soal-soal yang diberikan Adit untuk dikerjakan. Sheila menatap Adit yang tengah membaca buku.

"Dit, udah dulu ya. Gue capek," ujar Sheila mengeluh. Adit mengangguk, ia sebenarnya juga lelah.

Sheila beranjak mengambil beberapa alat untuk melukis, lalu ia berjalan menuju Adit.

"Kamu mau ngapain?" tanya Adit.

"Dulu disaat gue ngerasa jenuh, gue suka nggambar perasaan gue lewat lukisan."

"Dan kayaknya gue lagi jenuh deh, jadi kepengen ngelukis gitu."

"Tapi gue bingung mau ngelukis apaan. Perasaan gue kosong, tapi gue ngerasa jenuh," lanjut Sheila.

"Jenuh sama soal-soal," tebak asal Adit.

Sheila mengedikkan bahunya tak tahu. Ia juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba menjadi seperti ini. Sheila memandangi Adit, lalu pikirannya melayang begitu saja.

"Dit, lo diem aja deh." Adit mengernyitkan dahi tak mengerti.

"Diem aja, gue mau ngelukis lo." Sheila memegang kuasnya, tangannya yang mungil itu bergerak lincah kesana kemari. Adit hanya bisa terdiam, mengapa Sheila sangat berbeda jika seperti ini sih?!

Sheila menghela napasnya lega, akhirnya ia dapat menyelesaikan lukisannya. Hanya butuh waktu tiga puluh menit ia dapat menyelesaikannya. Sheila menatap hasil lukisannya dengan mata berbinar, walaupun hasilnya masih banyak yang kurang. Namun cukup lumayan.

Adit memperhatikan Sheila yang sudah berhenti melakukan kegiatannya. Dengan ragu ia berkata, "Udah belum?"

Sheila menghadap Adit lalu mengangguk pelan. Dengan rasa penasaran ia beranjak dari duduknya, lalu mendekati Sheila. Matanya berbinar kagum, Sheila benar-benar punya bakat!

"Bagus banget," puji Adit.

Sheila tersenyum sombong, "Lo tahu gak, Dit. Bisa aja nih lukisan jadi jelek, soalnya orangnya aja jelek. Untung yang ngelukis orang cantik, jadi hasilnya cantik deh."

Adit memutar mata malasnya. Jelas sekali Sheila mengejek dirinya, memang Adit tidak seganteng Leo. Adit cukup tahu diri, ia hanya seorang cowok cupu. Perlu di garis bawahi itu! Adit diam-diam mengumpat, mengapa ia membandingkan dirinya sendiri dengan Leo sih?!

"Kamu tahu gak Shel, kenapa soal-soal fisika itu susah?" Sheila tampak berpikir, tapi ia menggeleng tidak tahu.

"Ya kamunya aja tuh yang bego, coba deh kalau kamu pintar. Semua soal yang menurut kamu susah jadi mudah," cengir Adit. Memangnya ia tidak bisa menjatuhkan Sheila apa?! Walaupun nanti akan mendapatkan resiko yang tragis.

Sheila memukul bahu Adit kasar. Enak saja cowok itu berkata jika ia bego. Walaupun kenyataannya seperti itu sih. Tapi rasanya Sheila tidak dapat terima. Dasar Adit nyebelin!

****

Adit berjalan menuju perpusatakaan, seperti biasa ia akan mencari beberapa buku sebagai bahan belajar nanti saat di rumah. Karena hari ini ia tidak ada kesibukan sama sekali.

Langkah Adit terhenti melihat Leo tengah menatapnya tajam. Adit menjadi risih, tatapan Leo benar-benar menusuk. Leo menyeringai mendapati orang yang ditunggu nya dari tadi sudah terlihat. Ia mengepalkan tangannya keras, Leo menghampiri Adit. Tanpa rasa sabar, Leo menghantam pipi Adit dengan pukulan kerasnya. Adit terkejut, ia memegangi pipinya seraya meringis. Leo kenapa? Adit tidak tahu motif apa yang dilakukan laki-laki itu kepadanya.

The Nerd BoyWhere stories live. Discover now