the nerd boy | 16

2.8K 213 7
                                    

Adit sudah meminta maaf atas tindakan Adara sewaktu di kantin. Sheila tidak terlalu mempersalahkan masalah itu sebenarnya. Ia juga merasa bersalah, ia tidak tahu kalau Adit tidak bisa memakan makanan pedas.

Sekarang Adit sudah sampai di depan rumah besar Sheila. Ia dan Sheila sepakat untuk mengambil jadwal tambahan tiga hari dalam seminggu. Kebetulan kegiatan itu langsung dilaksanakan hari ini juga. Namun Sheila memberi syarat kepada Adit, agar semua ini tidak ada yang tahu. Katanya Sheila malu kalau ia diam-diam melakukan hal ini. Tapi Sheila juga tidak dapat mengelak jika perbuatannya ini untuk kebaikan dirinya sendiri.

Sheila sebenarnya juga sudah memiliki guru les sendiri. Tentunya Emmi yang memilihkan, ia tidak mau cucunya itu tidak ada perkembangan sama sekali. Namun Sheila menolak semua itu, ia tidak cocok dengan guru lesnya. Makanya Sheila berjanji sendiri kepada Emmi untuk mencari guru les sendiri. Emmi hanya bisa menuruti permintaan Sheila.

Sheila tersenyum melihat Adit yang sudah sampai. Ia melihat dari balkon kamarnya. Adit, cowok itu juga melihat Sheila di atas. Sheila beranjak, ia menuruni tangga kamarnya.

Di ruang tamu, Sheila melihat Emmi dan Adit saling berbicara. Sheila menghampiri mereka berdua.

"Jadi kamu yang namanya Adit?" tanya Emmi memastikan.

Adit mengangguk pelan, "Iya, Nek. Saya Adit."

Emmi tersenyum, seperti nya Adit anak yang baik. Pikirnya.

"Kamu yang sewaktu itu jenguk Sheila kan?" kata Emmi.

"Iya, waktu itu saya," jawab Adit sopan. Emmi menanyakan itu hanya untuk memastikan. Karena Adit waktu di rumah sakit tidak memakai kaca mata, berbeda dengan sekarang. Cowok itu menggunakan pakaian santai namun rapi dengan kaca matanya.

"Ya sudah kamu duduk dulu," suruh Emmi.

"Gak usah. Adit ayo langsung aja ke belakang," bantah Sheila. Emmi menghela napasnya, mencoba mengerti Sheila.

"Kita belajarnya di taman belakang aja," ulangnya.

Sheila berjalan menuju taman belakang dengan Adit yang mengikutinya dibelakang. Tadi Sheila sudah memindahkan beberapa bukunya di tempat duduk, dekat teman rumahnya.

Adit duduk dengan canggung di kursi yang ada. Ia agak terpukau dengan desain rumah Sheila yang kesannya kuno dan antik. Tapi masih sangat mewah. Adit tidak berbohong, bahkan rumahnya sendiri kemungkinan besarnya setengahnya rumahnya Sheila. Sheila membuka bukunya. Sedangkan Adit memperhatikannya.

"Dit, ajarin gue tentang pembagian dong." Adit terkejut tentunya. Apa Sheila belum bisa menghitung hanya untuk pembagian? Yang benar saja.

"Ya sudah mana buku kamu," pinta Adit. Sheila menyerahkan buku coret-coret annya.

"Coba kamu hitung, 96 dibagi 8 berapa?" Sheila menghitung untuk mencari jawabannya. Bahkan Sheila butuh waktu lima menit sendiri untuk menyelesaikannya.

"Nih udah!" Sheila menyerahkan hasil menghitungnya. Adit membelalakan matanya tak percaya. Hasil perhitungan Sheila salah.

"Kok bisa delapan sih?" geram Adit. Sheila mengedikkan bahunya tak tahu.

"Mana gue tahu, betul kan jawaban gue?" tebak Sheila terkekeh.

"Sama sekali gak," tanggap Adit cepat.

"Aku jadi penasaran deh. Gimana kamu ngitung sesuatu? Kalau dasarnya aja gak bisa," sindir Adit halus.

"Ya elah, Dit. Sekarang kan zamannya modern. Gue punya HP kenapa gak gue pake kalkulator aja?" Adit memutar mata malasnya.

Sepertinya akan susah untuk mengajari Sheila. Mengingat cewek itu belum menguasai cara pembagian. Hal itu tidak terpikir olehnya, pasti akan sangat sulit untuk ini. Tapi Adit tidak boleh menyerah, ia bisa mengasah otak Sheila yang semula offline menjadi online secara perlahan. Adit yakin jika Sheila bisa melakukannya.

The Nerd BoyWhere stories live. Discover now