the nerd boy | 21

2.7K 199 5
                                    

Bulpoint warna hitam itu dipegang Sheila lalu ia ketuk-ketukkan di meja tempat duduknya. Seharusnya sudah lima menit yang lalu bel masuk berbunyi, namun hingga saat ini bel sekolahannya itu belum berbunyi juga.

Apakah bel sekolah rusak?

Atau— listriknya yang mati?

Atau juga, para guru lupa untuk membunyikannya?

Banyak pertanyaan terlintas di benak Sheila. Tapi jauh dari itu, sebenarnya ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Adit. Cowok itu sukses membuat Sheila menjadi khawatir, ada apa dengan Sheila sebenarnya?

Mata lentik Sheila menatap setiap sudut kelasnya. Teman sekelasnya itu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Misalnya seperti membaca novel, mengerjakan soal-soal, dan ada juga yang sedang berunding maupun berdebat akan sebuah soal. Sheila menjadi iri sendiri, pasalnya hanya ia lah yang terbilang bodoh di sini. Nilainya itu selalu dibawah rata-rata, tentunya Sheila menjadi nomor satu jika dihitung dari belakang. Berbeda hal nya dengan Adit, cowok itu sangat pintar dari beberapa hal. Itu semua ia buktikan dari beberapa prestasi yang dicapainya. Maka tak heran jika Adit menjadi kesayangan atau anak emas para guru.

Sheila mengerucutkan bibirnya bosan, ia beranjak dari duduknya. Sheila mendadak ingin pergi keluar. Selama Sheila menjadi penghuni kelas  XI IPA A, ia sama sekali belum mendapatkan teman yang cocok. Sifat Sheila yang terkenal keras dan nakal membuat teman sekelas Sheila enggan mendekatinya. Mereka hanya tidak mau mencari masalah, bukannya tidak mau berteman. Tapi Adit tidak seperti itu, sikap Adit selalu baik kepada Sheila. Walaupun sudah beberapa kali Sheila memperlakukan Adit dengan tidak baik, namun cowok itu masih baik kepada Sheila.

Langkah Sheila terhenti dikala melihat laki-laki yang tengah berbicara dengan salah satu temannya, Rebecca. Meskipun laki-laki itu hanya terlihat punggungnya saja, Sheila dapat menebak jika itu ialah Adit. Dan pertanyaan Sheila disini ialah; untuk apa Rebecca berbicara dengan Adit?

"Lo gak apa-apa kan?" Kata Rebecca dengan nada khawatir.

Adit berusaha tersenyum, ia sebisa mungkin tidak membuat orang akan khawatir kepadanya. "Tenang aja aku gak apa-apa."

"Beneran?" kekeuh Rebecca, sengaja ia tidak memanggil Adit dengan sebutan 'Kakak' yah meskipun kedua orang tua mereka belum menikah, namun Rebecca tetap akan menghargai Adit. Tapi ia masih tahu tempat dimana ia memanggil Adit dengan sebutan itu, Rebecca juga butuh waktu.

"Iya beneran, udah sana kamu ke kelas. Nanti dicariin lagi sama teman kamu," perintah Adit kepada Rebecca. Rebecca hanya bisa menurut, tidak ada alasan baginya untuk membantah perintah Adit.

Sedangkan Sheila yang mendengarkan semua dibalik tembok masih membeku.

Mengapa Adit sangat perhatian kepada Rebecca?

Dan mengapa Rebecca sangat khawatir kepada Adit?

Sebenarnya mereka ada hubungan apa?

Pertanyaan itu terus menghantui pikiran Sheila. Ia mendecak, ada atau tidaknya hubungan mereka tidak selayaknya Sheila seperti ini. Toh, ia bukan siapa-siapanya kan? Bibir ranum Sheila menekuk begitu saja, ia mendadak kecewa dengan semua ini.

⋆⋆⋆

Setelah kembalinya Adit dari ruangan BK, menurutnya ada yang tidak beres dalam diri Sheila. Terbukti cewek itu diam sedari tadi hingga bel pulang sekolah telah berbunyi, bukan hanya itu, Adit sudah mencoba untuk menanyakan hal apa saja sekedar mencari topik pembicaraan dengan Sheila. Tetapi hanyalah kebungkaman Sheila yang ia dapatkan, mungkin Sheila butuh waktu sendiri saat ini.

Sheila berjalan lunglai menuruni tangga menuju gerbang sekolahannya. Ia akan langsung pulang kali ini, kebetulan sopir pribadinya itu sudah bisa bekerja kembali. Hari ini Sheila dan Adit tidak  belajar bersama, dikarenakan hari ini bukanlah jadwal les privat Sheila. Dan Sheila sangat merasa beruntung kali ini, entahlah ia hanya malas melihat wajah Adit.

The Nerd BoyWhere stories live. Discover now