the nerd boy | 28

2.5K 187 4
                                    

"Shel, Nenek kamu meninggal."

Empat kata itu meluncur dengan lancarnya dari mulut Adit. Sheila membeku, ia menatap nanar Adit tidak percaya. Namun disaat Sheila menatap Adit, sayangnya ia tidak menemukan kebohongan dalam sorot mata itu.

Perlahan namun pasti, hati Sheila teriris saat itu juga. Air matanya memanas, ingin keluar dari tempatnya. Lalu kepalanya ia gelengkan kuat seolah tidak percaya dengan apa yang kitakan Adit.

"Gak! Lo bohong, Dit!" Teriak Sheila berlari cepat menuju kamar Neneknya. Ia masih tidak percaya dengan semua ini. Memangnya Adit itu siapa? Berani-beraninya mencari masalah dengan Sheila menggunakan lelucon seperti ini.

Tubuh Sheila bergetar hebat saat melihat Neneknya berbaring di atas tempat tidurnya. Wajahnya sangat tenang, seolah tidak memiliki beban apa-apa. Bibirnya juga pucat dan tubuhnya kaku. Mulut Sheila ternganga, ia menjerit keras. Lalu menangis saat mengetahui Emmi sudah tidak bernapas lagi.

"Shit!" pekik Sheila keras.

Napasnya berderu kencang, tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Sheila menatap sekeliling. Untung hanya mimpi, batinnya. Namun rasanya itu sangat nyata, Sheila tidak pernah mengalami mimpi buruk seperti itu.

"Sheila," panggil Emmi pelan. Sheila memandang Emmi dengan sorot khawatir, ia takut jikalau mimpinya akan menjadi kenyataan nanti.

"Kamu sudah bangun, sayang?" Tanyanya mendekati Sheila.

Sheila yang masih trauma, ia menetralkan deru napasnya terlebih dahulu. Tenang, Sheila. Itu cuma mimpi. Kalimat itu terngiang dalam benaknya, setidaknya membuat Sheila tenang.

"Shel?" ulang Emmi. Sheila menoleh saat itu juga, bibirnya kelu hanya untuk sekedar menjawab.

"Tadi badan kamu panas. Nenek khawatir sama kamu." Ujar Emmi mengelus pelan rambut panjang Sheila.

"Udah tau kalau kamu gak bisa hujan-hujanan. Kenapa masih ngelakuin? Dasar anak bandel kamu Shel," celoteh Emmi terkikik, ia hanya bercanda dengan perkataannya itu.

"Bandel gini, Nenek sayang banget sama Sheila," ucapnya.

Tanpa dikomando air mata Sheila terjatuh begitu saja. Ia tidak mampu menerima jika Neneknya suatu saat nanti akan meninggalkannya, Sheila tidak mampu untuk itu. Cukup sudah ia kehilangan Papanya, tapi ia tidak rela jika akan ditinggalkan oleh sosok Emmi.

Walaupun kesannya Emmi sangat cerewet dan suka mengatur-atur namun Sheila tahu, kalau Neneknya itu sangat menyayanginya. Emmi melakukan ini untuk kebaikan Sheila.

"Kenapa kamu nangis Shel?" tegur Emmi ketika melihat cucunya itu mengeluarkan air matanya.

Sheila tersadar dengan segera ia menghapus air matanya sendiri. Lantas memandangi Emmi tanpa henti. Ia merengkuh tubuh yang sudah tua itu.

"Nenek jangan pernah ninggalin Sheila ya?" ujar Sheila. Emmi yang mendengarkannya tidak mengerti akan maksud Sheila.

"Kenapa kamu bilang gitu?" tanya Emmi penasaran.

"Nenek gak akan biarin cucu Nenek ini bakalan sendirian disini!" lanjutnya.

Sheila sedikit tenang mendengarnya, memang benar apa yang dikatakan Emmi. Mana mungkin ia meninggalkan Sheila sendirian? Sheila melepaskan pelukannya itu. Ia menghadap Emmi dengan raut serius.

"Maafin Sheila ya Nek, kalau buat susah terus," sesalnya.

Emmi tersenyum dan berkata, "Gak sayang."

"Maafin Sheila juga karena belum bisa buat Nenek bangga." Kata Sheila menundukkan kepalanya dalam.

"Nenek selalu bangga sama kamu, Shel. Jangan pernah bilang kayak gitu lagi," tutur Emmi.

The Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang