the nerd boy | 22

2.7K 207 6
                                    

Sinar matahari pagi menembus kaca kamar Sheila, hal itu membuat Sheila membuka matanya perlahan. Matanya yang lentik berubah menjadi sembab dan bengkak. Itu akibat kemarin. Bahkan Sheila masih menggunakan seragam sekolahnya. Hatinya kemarin benar-benar sakit, ia tidak bisa menjadi Sheila yang kuat waktu itu. Sepanjang malam yang dilakukan Sheila hanyalah meringkuk sambil menangis, Emmi yang menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu pun menyerah, Sheila sangat keras kepala.

Jarum jam menunjuk ke arah pukul setengah sembilan, artinya sekarang Sheila sudah terlambat untuk ke sekolah. Tapi Sheila tidak mempersalahkan, toh ia tidak ada semangat sama sekali untuk berangkat sekolah. Sedangkan Emmi mengerti akan keadaan cucunya itu, Sheila butuh waktu untuk menyendiri. Ia juga sudah mengizinkan kepada wali kelas Sheila jika dirinya tidak bisa masuk hari ini dengan alasan keadaan Sheila sedang tidak baik.

Emmi menaiki tangga dengan membawa nampan berisi segelas susu dan nasi goreng pedas kesukaan Sheila. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar Sheila, beruntung kamarnya sudah tidak dikunci lagi. Kornea mata Emmi menangkap sosok Sheila yang benar-benar berantakan.

"Ya ampun Sheila!" Pekik Emmi berjalan terburu meletakkan nampannya di atas meja, lalu menghampiri Sheila yang berada di atas kasurnya.

"Sayang," lerih Emmi sendu.

Sheila menatap Emmi linglung, tangannya langsung merengkuh tubuh Emmi yang rapuh. Sheila sangat merasa bersalah, ia adalah beban bagi Neneknya itu. Sheila membenci dirinya sendiri, pastinya Emmi sangat mengkhawatirkannya semalam, tapi Sheila malah tidak memperdulikannya.

"Nenek," rintih Sheila pelan. Emmi mengelus pundak Sheila pelan, ia sangat menyayangi cucunya ini. Walaupun Sheila selalu membuatnya kesal, namun ia tidak bisa bohong jika Sheila sudah menjadi bagian hidupnya.

"Nenek maafin Sheila," ujar Sheila penuh penyesalan.

Emmi menggeleng pelan, tangannya masih setia mengelus pundak Sheila. "Enggak sayang, kamu gak salah."

Sheila melepaskan pelukannya, ia menatap Emmi merasa bersalah. "Sheila udah jadi beban Nenek dan selalu buat Nenek susah."

"Jangan bilang gitu, Shel. Nenek sayang sama kamu, kamu sama sekali tidak menjadi beban Nenek," jelas Emmi jujur.

Sheila menggeleng lalu merangkul Emmi kembali, "Nenek bohong kan? Sheila selalu susahin Nenek."

"Enggak, Sheila."

Sheila terdiam, ia bersyukur masih ada orang yang peduli dengannya di dunia ini. Setidaknya Sheila memiliki alasan untuk hidup kali ini, Neneknya. Sheila berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan merepotkan dan menyusahkan Emmi lagi. Sheila harus bisa membuat Emmi bangga kepadanya. Sheila memohon kepada Tuhan supaya Sheila bisa hidup bersama Emmi lebih lama lagi. Sheila tidak akan rela jika ditinggalkan sosok Emmi nanti.

"Sudah Sheila, kamu makan dulu gih. Dari kemarin kan belum makan," perintah Emmi.

Sheila melepaskan pelukannya, lalu tersenyum lebar. Ia akan menujukkan bahwa ia kuat, dirinya adalah Sheila bukan gadis yang lemah. Langkah Sheila yang lemas menuju meja tempat dimana nampan berada, ia memakan habis nasi goreng serta susu yang dibawakan oleh Emmi. Sheila tidak mau lagi membuat Emmi khawatir kepadanya. Sedangkan Emmi yang melihat cucunya itu memakan lahap, hatinya terenyuh.

"Enak gak Shel, makanannya? Itu yang buat Nenek loh."

Sheila mengelapi bibirnya yang comot akibat susu. Lalu mengangguk dan berkata, "Enak banget, masakan Nenek emang gak ada yang ngalahin."

Emmi tersenyum hangat, setelah beberapa bulan akhirnya ia mendapatkan sosok Sheila seperti dulu lagi. Sheila yang manis dan hangat, bukannya Sheila yang dingin dan tak punya hati.

The Nerd BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora