the nerd boy | 11

3.2K 229 10
                                    

Malam yang cukup terang. Adit bersama Risa— Bundanya, memasuki salah satu restaurant. Malam ini mereka akan bertemu dengan Feri, seperti apa yang dikatakan Risa sewaktu lalu.

"Bunda senyum mulu dari tadi," rayu Adit melihat Risa menahan senyumnya.

"Apa sih, Dit. Bunda deg-degan tau!" Adit menggeleng kecil atas tingkah Risa itu.

Langkah mereka menuju salah satu meja. Di sana sudah ada Feri dengan penampilannya yang cukup rapi. Dan satu lagi, seorang anak perempuan yang umurnya setara dengan Adit, mungkin. Mereka berdua duduk tepat berada di hadapan kedua orang itu.

Adit terkejut mendapati teman Sheila— Rebecca berada di sini. Apakah Rebecca yang dimaksud Risa akan menjadi adiknya?

"Silakan duduk. Pasti kamu Adit ya?" tebak Feri ramah. Adit tanpa dikomando tersenyum mengiyakan.

"Kamu temannya Sheila?" tanya Adit memastikan. Rebecca menatap Adit sejenak, lantas menghela napas.

"Pa, aku mau bicara sama Adit sebentar boleh gak?" pinta Rebecca.

"Lho kalian udah saling kenal?" timpal Feri terkejut.

"Kita satu sekolah, Pa." Jelas Rebecca malas-malasan.

"Kok Papa baru tahu?" Rebecca mengedikkan bahu tak tahu. Ia beranjak dari duduknya, yang disusul Adit mengikutinya dari belakang.

"Kamu udah tahu?" tanya Adit. Rebecca mengangguk antusias.

"Hm. Gue tau lo, karena Tante Risa cerita sama gue." Adit masih terkejut mendengarkannya.

"Apa kamu gak keberatan sama semua ini?" Entah mengapa Adit menanyakan ini.

Rebecca diam, bibirnya mendadak susah untuk menjawab. Ia memikirkan beberapa hari lalu. Rebecca sudah mengetahui ini semua di jauh hari. Memang susah untuk menerima semua ini. Feri, Papanya selalu meyakinkan kepada Rebecca jika nanti akan baik-baik saja. Rebecca mencoba percaya semua itu, ia memikirkan sampai sakit-sakitan dua hari itu. Tapi ia sadar, Papanya juga berhak bahagia. Maka untuk itu Rebecca setuju atas pernikahan Papanya dengan Bunda nya Adit.

"Nggak," jawab Rebecca singkat.

Napas Adit mendadak berat, mengapa dunia sesempit ini sih? Mengapa Rebecca nantinya yang akan menjadi adiknya?

"Gue mau lo sembunyiin ini semua." Kata Rebecca itu berhasil membuat tak bisa berkata-kata.

"Bilang aja gue adek durhaka nanti. Tapi ini demi persahabatan gue sama Sheila."

"Lo tau kan dari pertama Sheila ketemu sama lo kayaknya udah benci banget sama lo. Gue gak mau Sheila tahu kalau lo Kakak gue nanti, gue takut Sheila jauhin gue. Bisa kan?"

Adit terhenyak, memang benar yang dikatakan Rebecca. Sheila tidak suka Adit, faktanya seperti itu. Tapi ia juga tidak dapat membiarkan persahabatan antara Rebecca dan Sheila rusak begitu saja, akibat dirinya.

"Oke." Rebecca tersenyum mendapati jawaban Adit tersebut.

Rebecca sudah mempertimbangkan semua ini. Ia sangat mengenal Sheila, sebenarnya Sheila itu anak yang baik. Tapi semenjak Sheila ditinggal pergi Papanya, sifatnya sedikit keras.

⋆⋆⋆

Siang ini adalah jadwal Bu Asih mengajar, tapi guru itu tidak segera datang sedari tadi. Mungkin kelas akan mengalami jam kosong. Sheila menyukai itu, mengingat Bu Asih juga termasuk guru yang penting dan super sibuk.

Seperti biasa, Sheila hanya duduk manis seraya melipatkan kedua tangannya di atas meja, lalu menenggelamkan kepalanya. Ia mengantuk, itu menjadi rutinitasnya. Adit yang berada di sampingnya, menatap Sheila diam-diam. Sejenak ia teringat perkataan Rebecca semalam.

The Nerd BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora