the nerd boy | 35.1

3.1K 197 1
                                    

Memikirkan kalimat Rebecca sewaktu tadi, membuat Sheila terus kepikiran. Sheila tahu betul, kalau Rebecca tidak berbohong soal itu. Temannya itu selalu berteguh pegang dengan perkataannya.

Adit menyukai Sheila.

Dan ....

Sheila juga menyukai Adit.

Bukankah itu sempurna? Setidaknya Sheila lega, karena bukan hanya dirinya merasakan itu.

Terkadang Sheila merasakan jika dirinya tengah dipermainkan oleh takdir, entah bagaimana caranya dirinya bisa jatuh hati dengan sosok yang sangat ia benci.

Hh, cinta memang selucu itu.

Tok tok tok.

"Non Sheila ada yang nyariin." Terdengar suara asistennya dari luar. Sheila mendecak, selalu saja begini.

"Non."

"Ck, iya-iya."

Gadis berambut corak kehijauan itu pun membuka pintunya, lalu berjalan menuruni puluhan anak tangga. Namun pergerakannya terhenti, di anak tangga terakhir. Pandangan matanya yang tenang pun berubah menjadi tajam, seolah menuntut.

"Sheila, katanya kamu sakit ya? Kamu sakit apa sayang? Kenapa bisa sakit? Jangan sakit Shel ... Jangan buat Mama khawatir sama kamu ya sayang." Lontaran panjang lebar itu keluar dari mulut Maya.

Sheila mengepalkan tangannya, bukan rasa benci yang ia rasakan. Ia merasa kasihan melihat penampilan Sang Mama yang begitu berantakan, hati Sheila teriris saat melihat pipi sebelah kanan Mamanya terdapat luka.

Memang Sheila tidak tahu apa yang terjadi dengan Mamanya, tapi melihat Mamanya seperti ini membuat Sheila delima. Rasa benci dan iba beradu menjadi satu.

"Sheila ...." rintih Maya pelan, perlahan ia pun berjalan mendekati buah hatinya.

Bahkan Maya ingin menghukum dirinya sendiri, melihat bekas luka di wajah Sheila, membuatnya merasa gagal menjadi seorang Ibu.

Maya pun tersadar, dari awal ia juga salah. Ia mengambil jalan yang salah, hingga kehilangan keluarga sendiri. Maya merasa bahwa ia pantas mendapatkan ini, dibenci oleh anaknya sendiri. Diperlakukan tidak baik oleh orang yang sangat ia sayangi, terkadang Maya berpikir jika ia memang tidak pantas untuk menjadi sesosok Ibu untuk Sheila.

Meskipun begitu, Maya tidak akan menyerah untuk mendapatkan hati Sheila. Karena Maya tahu, jika Sheila pasti membutuhkan sosok seorang Ibu.

Sheila terdiam saja disaat Maya semakin mendekatinya. Maya yang berjalan lemah, menggapai tangan anaknya seolah ingin meminta maaf atas segala apa yang telah terjadi. Sheila pun hanya diam, ia tidak meronta di kala tangan Maya menyentuh tangannya.

"Sheila maafkan Mama," ucap Maya tulus.

"Mama tahu kalau selama ini Mama salah."

"Mama mohon, maafkan Mama."

"Mama ... gak bisa hidup tanpa kamu Shel." Perlahan namun pasti, tangisan Maya pecah, sedari tadi ia mencoba untuk menahannya, akan tetapi pertahanannya itu runtuh dalam sekejap.

"Pergi!" ucap Sheila dingin.

"Sheila?" kata Maya tak percaya.

"Pergi sekarang juga," ujarnya mengulangi.

"Sheila ... Mama mohon!"

"Kenapa? Kenapa Mama baru sadar sekarang hah?!" bentak Sheila keras.

"Mama kemarin kemana saja?"

"Kenapa Mama baru ada sekarang? Kenapa Mama baru menyadari kesalahan Mama sekarang?" Suara Sheila melirih pelan.

"Sayang ... Mama mint— "

The Nerd BoyWhere stories live. Discover now