the nerd boy | 20

3K 206 4
                                    

Sheila menuntun Adit berjalan munuju UKS. Sekarang Sheila merasa kesal kepada Adit maupun Leo, menurutnya perilaku mereka berdua sangatlah kekanakan. Dan Sheila tidak suka itu.

Dengan perasaan berkecamuk, Sheila mengambil kotak P3K yang berada di lemari kaca khusus. Ia berjalan menuju Adit. Sedangkan Adit menatap Sheila takut-takut, entahlah ia merasa bersalah. Tangan Sheila memegangi luka lebam Adit di wajah, sesekali Adit meringis kesakitan. Entah mengapa Sheila begitu pilu melihatnya, bagaimanapun ini juga karenanya.

Mata lentiknya itu masih setia menatap mata teduh Adit. Adit dapat merasakannya, tatapan Sheila sangatlah sendu. Dari sorotnya Adit dapat melihat bahwa cewek itu sekarang sedang tidak baik-baik saja. Bukan hanya itu, disaat pertemuan mereka pertama kali di pagi hari itu. Adit dapat melihatnya, Sheila pasti memiliki alasan sendiri atas perlakuannya yang terkesan nakal dan keras.

Cukup lama mereka menatap satu sama lain. Sheila tersadar, ia dengan segera memutuskan kontak mata terlebih dahulu. Ia menjadi salah tingkah. Lalu dibukanya kotak P3K dan mulai mengobati luka-luka Adit, baik di wajahnya ataupun di tangannya. Jujur ini pertama kalinya Sheila memegang dan menggunakan benda-benda seperti ini. Dan tentunya ini karena seorang Aditya Pramuja.

"Maaf." Kata itu muncul begitu saja dari mulut Adit. Sheila menjadi tambah kesal, Adit tidak salah, Sheila tahu itu. Tapi mengapa cowok itu yang meminta maaf?

"Aku gak berniatan buat nyakitin Leo," jelasnya.

"Kalau kamu marah sama aku gak papa kok."

Sheila yang masih mengobati luka Adit. Ia membuang perban yang dibawanya begitu saja. Tatapan elangnya itu ia tujukan kepada Adit. Adit yang melihatnya menjadi ngeri sendiri. Secara perlahan tangan mungil Sheila menggapai bibir merah muda milik Adit, ia menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Adit. Seolah memperintahkan Adit untuk diam,darah Adit berdesir begitu saja. Sama halnya dengan Sheila, ia linglung tidak mengerti apa yang ia lakukan. Dengan cepat Sheila melepaskan tangannya, matanya menatap Adit lekat.

"Lo gak salah, jadi gak seharusnya lo bicara kayak gitu," tegas Sheila. Adit meneguk salivanya dalam, mencerna perkataan Sheila tersebut.

"Lagian lo kan tahu kalau Leo itu anak karate. Mau cari mati lo? Terus yang gue recokin lagi nanti siapa?" gerutu Sheila kesal. Namun Adit dapat menyimpulkan jika Sheila kini tengah khawatir padanya.

"Jangan ulangi," pinta Sheila dengan nada pelan.

Sheila mengulum bibirnya sejenak, "Gue minta maaf atas perlakuan Leo tadi." Adit yang mendengarkan mendadak kesal, mengapa Sheila repot-repot berbicara seperti itu?

"Bagaimanapun ini juga karena gue kan?" Jelas Sheila yang diangguki Adit.

Sheila mengukir senyum manisnya, mata Adit menangkap senyum itu. Perlahan bibirnya juga ikut tersenyum. Dengan jahil Sheila memegang luka lebam Adit yang telah diobatinya secara tiba-tiba, Adit pun mengaduh kesakitan.

"Sakit Sheila" rintih Adit. Sheila terkekeh geli, betapa lucunya Adit saat seperti itu.

"Cemen banget sih jadi cowok," ledek Sheila.

Adit memutar mata malasnya lalu berkata, "Terus tadi pas nonjok Leo masih kelihatan cemen ya?"

Sheila tampak berpikir, sebenarnya tadi aksi Adit oke juga. Cowok itu sangatlah beda tadi, bagaimana tidak? Adit yang terbilang anak baik menjadi brutal seperti itu. Bukan hanya itu, Sheila lebih dibuat kagum lagi karena gerakan Adit yang cukup mahir. Adit dan Leo sama kuatnya.

"Gue cukup terkejut lihat lo bisa nonjok kayak tadi," ungkap Sheila jujur.

Adit terkekeh geli, dahulu ia juga pernah ikutan organisai pencak silat sewaktu SMP. Tetapi ia sudah berhenti disaat memasuki SMA, hal itu ia lakukan setelah perginya suami Risa, Ayah Adit.

The Nerd BoyWhere stories live. Discover now