15- Tugas perdana

4.2K 469 11
                                    

____

Cinta itu ibarat kupu-kupu. Semakin kamu kejar, maka kupu-kupu itu akan semakin menjauh.

-LINA

-LINA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

^¤^

Alea berjalan dengan senyum mengembang saat melihat Fizan di depan rumahnya, ekspresi yang jauh berbeda saat Dafa datang. Mulai hari ini Fizan yang akan menjadi sopir Alea ke sekolah, bukan ia yang meminta tapi Fizan yang maksa. Alea sudah menolak, tapi cowok itu tidak menyerah, Fizan punya seribu jurus untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Fizan membujuk Mamanya Alea dan sudah pasti wanita itu menyetujuinya.

"Udah siap?" tanya Fizan membuat Alea mengangguk.

Deru motor menemani perjalanan mereka, Alea memperhatikan jalanan sekitarnya. Tidak ada yang mulai membuka suara, baik Alea maupun Fizan sedang berusaha berpikir topik apa yang harus dibahas selama perjalanan yang terasa canggung ini.

"He'em," dehem Fizan saat motornya berhenti karena lampu merah.

"Lo kenapa?"

"Nggak apa-apa, berasa sepi aja."

"Siapa bilang sepi?" tanya Alea. "Jalanan macet gini dibilang sepi. Aneh."

Fizan menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Maksud gue, kenapa lo diam aja."

Alea mengangguk, "Oh ... gue nggak tau harus ngomong apa, gue aslinya nggak cerewet kok apalagi sama orang baru. Gue bakal cerewet sama orang yang udah buat nyaman kalo cerita."

"Yaudah, makanya gue berusaha deket sama lo supaya lo nyaman ngobrol sama gue."

"Asal jangan ninggalin pas lagi nyaman-nyamannya," kekeh Alea.

Fizan tertawa keras, membuat pengendara di sekitarnya menatapnya aneh.

***

"Bunda!" teriak Dafa sambil menurungi anak tangga.

Arina yang sedang sibuk di dapur menatap Dafa tajam. "Nggak usah pake teriak, di sini buka hutan," ucap Arina, ia menghampiri Dafa yang sedang menyantap sarapan.

"Gimana sekolah kamu? Kamu nggak sering bolos lagi, kan?"

Dafa menggeleng, "Nggak lagi dong. Dafa, 'kan udah tobat."

"Kemarin Om Genta kemari, katanya kamu buat ulah lagi di sekolah?"

Tuh bapak-bapak ember aja kayak Dora, Dafa membatin.

"Kata siapa? Dafa udah tobat, suer." Dafa mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

"Taubat apanya? Kalo taubat itu nggak akan ngulangin lagi. Lagian Bunda nggak bakal percaya kalo kamu bakal berubah. Dari zaman kudanil, kamu tetap kayak gini."

After You (TERBIT) Where stories live. Discover now